SATUAN
ACARA PENYULUHAN
(SCABIES)
Program
Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Madani
Jalan
Wonosari KM 10 Piyungan, Bantul
Daerah
Istimewa Yogyakarta
Bidang
Studi :
S1 Ilmu Keperawatan
Topik : Skabies
Sasaran : Santriwan Kelas 1 Bin
Baz 2
Waktu :
30 menit
Hari/Tgl : Kamis, 04 Februari 2012
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Masjid Bin Baz 2
I.
Identifikasi
Masalah
Skabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap
sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini
adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit
scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei
tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli
atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya,
penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh
garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4
milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat
penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu
jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin.
Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang
bercabang.
Penanganan
skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies seperti
mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
Syarat
obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
II.
Standar
Kompetensi
Diharapkan
Santriwan Kelas 1 Bin Baz 2 dapat mengerti tentang penyakit skabies.
III.
Kompetensi
Dasar
Diharapkan
Santriwan Kelas 1 Bin Baz 2 dapat menjelaskan penyakit skabies meliputi pengertian
skabies, bahaya penyakit skabies, etiologi atau penyebab skabies, klasifikasi
skabies, dan kiat dalam penanganan atau pengobatan skabies
IV.
Indikator
Diharapkan Santriwan Kelas 1 Bin Baz 2 dapat menjelaskan
dan menyebutkan tentang:
1. Pengertian
skabies.
2. Etiologi
atau penyebab skabies.
3. Cara
penularan skabies.
4. Tanda
– tanda skabies.
5. Penanganan
atau Pengobatan skabies.
V.
Waktu
: 30 menit
VI.
Bahan/alat
yang diperlukan :
a) Slide
b) LCD
c) Leaflet
VII.
Model
penyuluhan :
Ceramah dan
tanya jawab
VIII.
Persiapan
Penyuluh
mencari artikel tentang penyakit scabies dan penanganan atau pengobatan
penyakit skabies.
IX.
Kepanitiaan
Ketua
:
Novriwan
Narasumber
:
Satya Putra Lencana
Sekretaris
:
Nur Amin Fatah Bisri
Bendahara
:
Suip
Sec.
Acara :
Purnawirawan
Sec.
Humas :
Ujang Farid Budiman dan Alek Sandra
Sec.
Dokumentasi dan Fasilitator : Wajib
Haryono
Sec.
Evaluasi :
Setioko dan Zuhud Bakhtiar
X.
Setting
Tempat
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Ket
:
PM : Pemberi Materi
S : Santri
M : Mudir
PA : Pembawa Acara
XI.
Kegiatan
Penyuluhan
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Kegiatan Peserta
|
1
|
3 menit
|
Pembukaan:
a) Memberi
salam
b) Perkenalan
c) Menjelaskan
tujuan penyuluhan
d) Menyebutkan
materi / pokok bahasan yang akan disampaikan
|
Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatiakn materi yang disampaikan
|
2
|
20 menit
|
Pelaksanaan / penyampaian materi:
a) Pengertian scabies
b) Etiologi atau penyebab scabies
c) Cara penularan scabies
d) Tanda - tanda scabies
e) Penanganan atau Pengobatan skabies
|
Menyimak dan memperhatikan
|
3
|
5 menit
|
Evaluasi:
a) Memberi kesempatan kepada peserta
untuk bertanya
b) Memberi pertanyaan kepada peserta:
Pengertian skabies, cara penularan
skabies, dan penanganan skabies yang utama.
|
Peserta bertanya mengenai masalah yang belum dipahami
Peserta menjawab pertanyaan
|
4
|
2 menit
|
Penutup:
a) Menyimpulkan
materi yang telah disampaikan
b) Mengakhiri pertemuan dengan
mengucapkan terimakasih dan salam
|
Peserta menjawab salam
|
XII.
Evaluasi
:
Metode
evaluasi : Tanya jawab
Jenis
pertanyaan : Lisan
Pertanyaan
:
1. Apa
pengertian skabies?
2. Sebutkan
cara penularan skabies?
3. Sebutkan
penanganan skabies yang utama?
Jawab
:
1. Skabies
adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian
hominis (sejenis kutu, tungau) dan ditularkan melalui kontak langsung atau
tidak langsung.
2. Cara
penularan skabies yaitu :
a. Kontak
langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan berhubungan seksual.
b. Kontak
tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
3. Penanganan
skabies yang utama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi scabies seperti
mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama.
XIII.
Referensi
:
a. Djuanda,
Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
b. Harahap,
Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan 1. Hipocrates : Jakarta.
XIV.
Lampiran
1. Materi
2. Media
yang digunakan (slide, leaflet)
XV.
Pengesahan
Yogyakarta, 04 Februari 2011
Sasaran Pemberi
Materi Penyuluhan
(Santriwan Kelas 1 Bin Baz ) (Satya
Putra Lencana)
Mengetahui,
Pembimbing
(Dian
Miftahul Mizan S. Kep. Ns)
MATERI PENYULUHAN
SKABIES
A. Pengertian
Skabies
Penyakit ini disebut juga kudis, the itch, seven
year itch, Noerwegian itch, penyakit ampera, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Skabies adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau),
ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan
ditularkan
melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Pada tahun 1687, Benomo menemukan kutu skabies pada
manusia dan Von hebra pada abad XIX telah melukiskan tentang pengetahuan dasar
dari penyakit ini.
B. Etiologi atau penyebab Skabies
Skabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman
sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabiei ini termasuk filum
Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang
lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah
dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya
2-3 hari dan pada suhu kamar 21̊ C dengan kelembaban relatif 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan
membuahi kutu betina dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan
menggali lobang ke dalam epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam stratum
korneum dan lucidum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari
setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang
kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu
dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian
kutu mati diujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang
berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur
tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang
digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu
penderita mengalami rasa gatal.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa
minggu bahkan berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan
sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu
berada diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal.
Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.
C. Patofisiologi
Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari
tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan
karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang
kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
D. Gejala
Klinis Skabies
Ada
4 tanda cardinal berikut :
- Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
- Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna(pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
- Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
E. Epidemiologi
Skabies
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi
epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta
ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam Penyakit akibat Hubungan Seksual
(P.H.S).
F. Cara
penularan Skabies
1. Kontak
langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan berhubungan seksual.
2. Kontak
tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain. Penularannya
biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang
berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var, animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
G. Tanda
– Tanda Skabies
1. Bintik
merah yang mudah menyebar
2. Gatal
terutama di malam hari
3. Kadang
bernanah karena infeksi bakteri akibat garukan
H. Klasifikasi
Skabies
- Scabies pada orang bersih, Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
- Scabies pada bayi dan anak, Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
- Scabies yang ditularkan oleh hewan, Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
- Scabies nodular, Nodul terjadi akibat reaksi hypersensitifitas. Tempat yang sering di kenai adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
- Skabies inkognito, Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin di sebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.
- Scabies terbaring ditempat tidur (bed ridden), Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.
- Scabies Norwegia atau scabies krustosa, Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnasis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat di tegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita radiasi mental (Down’s syndrome) sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes doralis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksit jangka panjang).
I. Komplikasi
Skabies
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu
atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk
impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak
kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu
glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat
antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang
terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan
dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang
tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali
sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena
heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan
secara berlebihan.
J. Penanganan
dan Pengobatan Skabies
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga
kebersihan untuk membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti
pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak
boleh dipakai bersama.
Syarat
obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis
obat topical :
1. Belerang
endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak
efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan
iritasi.
2. Emulsi
benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama
benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion, termasuk
obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan
wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali
dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4. Krokamiton
10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal.
Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada
50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah
24 jam pemakaian terakhir.
5. Krim
permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian
antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di
area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.