LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI
BANGSAL KUNING RSUD YOGYAKARTA.
Disusun Oleh :
Satya
Putra Lencana
M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hipertensi tidak mempunyai sebab yang khusus tapi
multi factor itu sebagai respon terhadap peningkatan cardiac output atau adanya
tekanan perifer.
Factor – factor yang berpengaruh terhadap dua kekuatan tersebut adalah :
Genetic, Obesitas, Stress lingkungan.
Kehilangan jaringan elastis dan arteriosclerosis aorta dan arteri besar
lain.
Hipertensi skunder dapat sebagai akibat dari bermacam – macam penyebab
primer.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi dua :
1.
Atas yang tidak dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi
alkohol dan garam).
2.
Dan yang dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis
kelamin, dan umur) dan garam).
B.
Tujuan
1.
Meningkatkan
pengetahuan tentang Hypertensi,
penyebab, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan dan cara
pencegahannya.
2. Mengkaji, Membuat
Perencanaan, Melaksanakan, serta Mengevaluasi Kasus hypertensi dalam bentuk
Asuhan Keperawatan.
C.
Perumusan Masalah
1.
Pengetahuan
tentang hypertensi, secara mendasar.
2.
Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pathway, penatalaksanaan
penyakit hypertensi, diagnosa dan
intervensi.
3.
Asuhan
keperawatan pada hypertensi.
HIPERTENSI
A.
DEFINISI
Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Hypertensi adalah peningkatan dari tekanan diastolik
diatas standar dihubungkan dengan usia.
( ppk dep. Kes
1993 )
Hypertensi adalah tingkat tekanan darah dimana
komplikasi yang mungkin timbul adalah menjadi nyata.
( soeparman
& sarwono w.e 1990 )
Hypertensi adalah seseorang yang mempunyai tekanan
darah sistol diatas 160, dan tekanan diastol diatas 95mmhg.
(dr. Boedi
warsono 1979 )
Jenis -
Jenis Hipertensi
Penyakit
hipertensi sering disebut sebagai the
silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga
sebagai heterogeneous group of disease
karena dapat menyeang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok
sosial-ekonomi.
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu:
a. Hipertensi
primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.
Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti:
v Bertambahnya
umur,
v Stres
psikologis,
v Dan
hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen pasien hipertensi diperkirakan
termasuk dalam kategori ini.
b. Golongan
kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah pasti,
misalnya :
v
Ginjal yang tidak berfungsi,
v
Pemakaian kontrasepsi oral,
v
Dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah.
Pembagian Hypertensi menurut (
media aeuscolopis fkui 1982)
a.
Mid Hypertension : tekanan diastole 90 - 110 mmHg
b.
Modessatif Hypertension :
tekanan diastole 110 - 130
mmHg
c.
Severe Hypertension :
tekanan diastole > 130 mmHg
Klasifikasi Hypertensi
v
Hypertensi sistolik adalah
peninggian tekana sistolik tampa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik, dan
kriteria bila peninggian tekanan > 2x tekanan diastolik dikurangi 15mmhg,
tampa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik atau tekanan sistolik lebih
dari 2x tekanan diastolik, bila tekanan diastolik tidak melebihi 90mmhg. ( soeparman & sarwono, 1990) atau Sistolik
adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi
(saat jantung mengkerut).
v
Hypertensi diastolik adalah sangat
jarang dan hanya terlihat dengan peninggian yang ringan dari tekanan diastolik,
misalnya 120/100mmhg dan ini umumnya ditemukan pada anak – anak dan dewasa
muda. ( H. Tagor G.M 1997 ). Atau Diastolik
adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali
(pembuluh nadi mengempis kosong).
v
Hipertensi maligna adalah hipertensi
yang sangat parah, yang bila tidak di obati, akanmenimbulkan kematian dalam
waktu 3 – 6 bulan.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997)
sebagai berikut :
No
|
Kategori
|
Sistolik (mmHg)
|
Diastolik (mmHg)
|
1.
|
Optimal
|
<120
|
<80 span="span">80>
|
2.
|
Normal
|
120 – 129
|
80 – 84
|
3.
|
High Normal
|
130 – 139
|
85 – 89
|
4.
|
Hipertensi
|
|
|
|
Grade 1 (ringan)
|
140 – 159
|
90 – 99
|
|
Grade 2 (sedang)
|
160 – 179
|
100 – 109
|
|
Grade 3 (berat)
|
180 – 209
|
100 – 119
|
|
Grade 4 (sangat berat)
|
>210
|
>120
|
Klasifikasi tekanan darah menurut The
Joint National Comitte On Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood
Preassure Th 1993.
Kategori
|
Sistolik (mmHg )
|
Diastolik ( mmHg )
|
Normal
Normal tinggi
Hypertensi stadium 1
Hypertensi stadium 2
Hypertensi stadium 3
Hypertensi stadium 4
|
130
130 – 139
140 – 159
160 – 179
180 – 209
> 210
|
< 85
85 – 89
90 – 99
100 – 109
110 – 119
> 120
|
Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan
untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan
zat-zat gizi. Berdasarkan diastolik dan sistolik.
B.
ETIOLOGI
Hipertensi primer tidak mempunyai sebab yang khusus
tapi multi factor itu sebagai respon terhadap peningkatan cardiac output atau
adanya tekanan perifer.
Factor – factor yang berpengaruh terhadap dua kekuatan tersebut adalah :
v
Genetic
v
Obesitas
v
Stress lingkungan
v
Kehilangan jaringan elastis dan arteriosclerosis
aorta dan arteri besar lain.
Hipertensi skunder dapat sebagai akibat dari bermacam
– macam penyebab primer.
Penyebab secara umum:
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi dua :
1)
Atas yang tidak dapat dikontrol
(seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan
garam).
2)
Dan yang dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis
kelamin, dan umur) dan garam).
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua
adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor yaitu aliran
darah dan resisten darah. Tekanan darah arteri sama dengan tekanan cardiac
output. meningkatnya tkanan darah akan menyebabkan meningkatnya tahanan
vaskulerperifer, meningkatkan cardiac output vasokontriksi ketika aliran darah
ke ginjal menurun. ini karena sekresi renindan bentuk angiotensin akan
menyebabkan meningkatnya sekresi aldosteron menyebabkan retensi air dan sodium
di ginjal. Akibatnya terjadi peningkatan volume cairan ekstra seluler.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatnya cardiac
output dan meningkatnya tekanan arteri. Sistem saraf simpatik juga mengontrol
tekanan darah oleh non pineptin dalam situasi setress menyebabkan vasokontriksi
primer biasanya mulai dengan meningkatnya secara intermeffen tekanan darah dan
hal lain yang menopang meningkatnya tekanan darah biasanya tanpa gejala.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Peningkatan tekanan darah kadang – kadang merupakan
satu – satunya gejala pada hipertensi dan tergantung dari tinggi rendahnya
tekanan darah, gejala yang timbul berbeda – beda kadang hipertensi berjalan
tanpa gejala dan batu timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ
target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung.
Gejala klinis
penderita hypertensi sbb:
1)
Gejala akibat tekanan darah yang meningkat.
a.
Sakit kepala occipital, terutama pada pagi hari
b.
Berdebar – debar
c.
Mudah lelah
d.
Epitaksis
e.
Migrain
f.
Sukar tidur
g.
Rasa berat ditengkuk
h.
Rasa mudah marah.
2)
Gejala – gejala penyulit dari pada target organ.
a.
Ginjal :
kemungkinan timbul kegagalan ginjal menahun.
b.
Mata dikenal dengan Hypertension retineae yang bradenya
menurut keith w, sbb:
Brade 1 : penyempitan/ spasma dari pembuluh darah.
Brade 11 : crossing phenomena
Brade 111 : eksudasi di
perdarahan
Brade 1V : pupil edema.
c.
Jantung
v
Hypertrofi dan dilatasi ventrikel kiri.
v
Sistolik ejection mur – mur akibat dari dilatasi
ventrikel kiri.
v
Payah jantung
v
Penyakit jantung iskemik.
3)
Gejala – gejala secara umum.
a.
pusing,
b.
muka merah,
c.
sakit kepala,
d.
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,
e.
tengkuk terasa pegal, dan lain-lain.
f.
kerusakan ginjal,
g.
pendarahan pada selaput bening (retina mata),
h.
pecahnya pembuluh darah di otak,
i.
serta kelumpuhan.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berbagai macam pemeriksaan yang rutin dikerjakan
sebagai work up dari penderita hypertensi adalah sbb:
1.
Pemeriksaan urine, yang meliputi :
a.
Albumin
b.
Reduksi
c.
Sedimen
d.
Biakan urine ( bila da tanda infeksi uru gental ).
e.
BD urine.
2.
Pemeriksaan darah, yang meliputi :
a.
Hb untuk melihat adanya anemia.
b.
BUN, serum kreatinin untuk melihat adanya kerusakan
pada ginjal
c.
Colesterol dan trigiseda pada kasus hypertensi sebagai
faktor predisposisi.
d.
Glukosa untuk melihat adanya hyperglikemia karena DM
adalah pencetus hypertensi
3.
Pemeriksaan EKG, yang meliputi :
a.
Apakah ada hypertrofi jantung
b.
Adakah tanda – tanda ischemia jantung.
c.
Adakah tanda – tanda eritmia.
4.
Pemeriksaan thorax, yang meliputi :
a.
Adakah pembesaran jantung
b.
Adakah tanda – tanda
bendungan paru
5.
Pemeriksaan funduscopy
Untuk melihat tanda dari hipertensi retinopathy.
6.
Pemeriksaan IVP atas indikasi sbb :
a.
Umur < 25 thn, tekanan diastolik > 110 mmhg
b.
Umur > 25 thn, tekanan diastolik > 130 mmhg.
c.
Tidak ada respon dengan obat.
d.
Hypertensi ditandai dengan tanda – tanda penyakit
ginjal.
F. PATHWAYS
G.
PENATALAKSANAAN
1.
Pencegahan
a.
Life style
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan
yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Perubahan pola makan menjurus ke
sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah
serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya
penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis,
dan hipertensi.
Pengaturan menu bagi penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan empat cara.
1)
Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri
dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75
gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).
2)
Cara kedua, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas.
3)
Cara ketiga, diet tinggi serat.
4)
Dan keempat, diet rendah energi (bagi yang kegemukan
b.
Ambang Batas Rasa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium
memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Natrium dan klorida
merupakan ion utama cairan ekstraseluler.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam
dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat
kita yang umumnya boros menggunakan garam.
Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan
untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit
untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit
dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah
(warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang
berasal dari penyedap masakan (MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada
taraf yang sangat mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual
makanan, dan penyedia jasa katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di
Indonesia sudah begitu bebasnya, sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan
lain-lain, dengan seenaknya menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang
jelas.
2.
Imbangi
Kalium
Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium)
merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah
kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan
dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi
dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1.
Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan
lain-lain. Secara alami, banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium
dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian
menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke
dalamnya.
Sebagai contoh, rasio kalium terhadap natrium pada
tomat segar adalah 100:1, menjadi 10:6 pada tomat kaleng dan 1:28 pada saus
tomat. Contoh lain adalah rasio kalium terhadap natrium pada kentang bakar
100:1, menjadi 10:9 pada keripik, dan 1:1,7 salad kentang.
Dari data tersebut tampak bahwa proses pengolahan
menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung
menaikkan tekanan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SIRKULASI
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
DI RUANG KUNING RSUD
YOGYAKARTA
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 7 Januari 2008
Jam :
8.00 WIB
No. CM :
05007031
Tanggal Pengkajian :
10 Januari 2008
Jam :
09.00 WIB
Diagnosa Medis :
Hipertensi
- BIODATA
a.
Identitas klien
Nama : Ny .K
TTL : Yogyakarta /
27-08-1978.
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Wiraswasta.
Pekerjan :
Ibu rumah tangga
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status :
Menikah
No. CM :
05007031
Alamat : Jl. Veteran, Gg.
Belik 2 No. 1009
b.
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. D
TTL : Yogyakarta /
27-08-1970
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status : Menikah
Alamat : Jl. Veteran, Gg.
Belik 2 No. 1009
Hub.dg klien : Suami klien
- RIWAYAT KESEHATAN
a.
Keluhan
utama
Pasien mengeluh “saya sakit
kepala yang datangnya secara spontan”.
b.
Riwayat
penyakit sekarang
Ø Waktu terjadinya sakit
Pasien mengatakan, “saya sakit kepala sejak 3 hari
yang lalu”
Ø Proses terjadinya sakit
Pasien mengatakan, “saya sakit kepala saat sedang
bekerja, mata berkunang-kunang / kabur, dan rasa berat di tengkuk”
Ø Upaya
yang telah dilakukan
Pasien
mengatakan, “saat terjadi sakit ini, saya lalu meminum obat Paramek yang saya
beli di warung, tetapi tidak kunjung sembuh dan datang ke rumah sakit ini”
Ø Hasil
pemeriksaan sementara / sekarang
Ø
Dari hasil pemeriksaan sekarang yang telah
dilakukan di dapatkan data TD : 140/90
mmHg, Suhu: 39,5OC
Nadi : takikardia 120x/menit, R :
28X/menit, TB:
152 cm, BB : 47 kg
c.
Riwayat
penyakit dahulu.
Pasien mengatakan, “ Dua tahun yang lalu saya pernah di opname dirumah
sakit karena terkena serangan jantung ringan.
d.
Riwayat
kesehatan keluarga.
Pasien mengatakan, “adanya riwayat hipertensi pada keluarga saya”.
e.
Riwayat
kesehatan lingkungan klien
Pasien mengatakan, “saya berada di lingkungan yang
bersih, bebas dari berbagai macam penyakit menular.
f.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
:
Tinggal satu rumah
:
Meninggal
:
Klien
: Memiliki riwayat penyakit
yang sama dengan klien
- POLA FUNGSI KESEHATAN
a.
Persepsi
terhadap kesehatan :
Sehari-hari pasien pekerja
aktif, selalu kontrol darah tinggi ke dokter dengan pola makan yang sehat
sesuai dengan yang di anjurkan oleh dokter.
b.
Pola
aktifitas dan latihan
Sebelum terkena hipertensi
Klien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Dan
kemampuan perawatan diri klien selama
berada di rumah sakit adalah sbb:
Sebelum sakit :
Aktivitas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan atau minum
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Mandi
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Toeliting
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Berpakaian
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Mobilitas di tempat tidur
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Berpindah
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Di bantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Di bantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total/ tidak
mampu.
Selama sakit :
Aktivitas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan atau minum
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Mandi
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Toeliting
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Berpakaian
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Mobilitas di tempat tidur
|
-
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
Berpindah
|
-
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Di bantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Di bantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total/ tidak
mampu.
c.
Pola
istirahat dan tidur
Terjadi
kelemahan dan sukar untuk beristirahat ditambah dengan kecemasan dari
penyakitnya (spt pusing, sesak nafas, mual, muntah). Kuantitas tidur pasien sebelum
masuk RS 8 jam. Dan selama berada di rumah sakit 5 jam
sehari. Pasien
sering terbangun di tengah tidurnya karena sesak nafas.
d.
Pola
nutrisi dan metabolisme
Klien makan
makanan yang mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol (gorengan, kej,
telur)
e.
Pola
eliminasi
Pasien mengalami
gangguan ginjal seperti infeksi.
f.
Pola
kognitif dan perseptual
1)
Status
mental
Klien terlihat
cemas, klien
merasa takut dengan penyakit yang di
alaminya.
2)
Bicara
Klien sering terlihat diam dan tidak banyak bicara
3)
Pendengaran.
Pola pendengaran pasien normal,pasien tidak menggunakan alat
Bantu pendengaran apapun.
4)
Penglihatan
Penglihatan pasien normal, pasien tidak menggunakan kacamata
atau kontak lensa
5)
Manajemen
nyeri
Nyeri pada dada dan perut bagian atas.
g.
Pola
konsep diri atau persepsi diri
1)
Harga
diri : Tidak terganggu (klien tdk
merasa malu dg penyakitnya).
2)
Ideal
diri : Terganggu (klien ingin segera
sembuh, dan ingin segera pulang untuk melakukan aktivitas seperti biasanya)
3)
Gambaran
diri : Terganggu (klien menyadari bahwa ia sakit karena pola
hidupnya yang tidak baik)
4)
Peran
diri : Teganggu,
klien tidak bisa melakukan peran diri.
5)
Identitas
diri : Terganggu (klien terlihat cemas ).
h.
Pola
koping
1)
Klien
tidak mempunyai masalah selama berada di rumah sakit.
2)
Klien
tidak mengalami perubahan sebelumnya
3)
Klien
tidak takut terhadap kekerasan
4)
Pandangan
terhadap masa depan klien ingin lebih maju, klien ingin sembuh dari penyakitnya.
5)
Klien
tidak pesimis terhadap penyakitnya, tidak ada penyakit di dunia ini yang tidak
ada obatnya asalkan berusaha dan ada keinginan.
i.
Pola
seksual reproduksi
Terjadi
penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan untuk menghilangkan
rasa nyeri. Seperti anti nyeri seperti antasid.
j.
Pola
peran hubungan
1)
Status
perkawinan : belum kawin.
2)
Pekerjaan : wirauasaha
3)
Kualitas
bekerja : pekerja aktif.
4)
System
dukungan : sepenuhnya
dari keluarga.
5)
Hub.
dg Ling : sangat baik
k.
Pola
nilai dan kepercayaan
Klien beragama
islam, klien termasuk taat beragama, klien selalu berdo’a meminta kesembuhan selama sakit.
- PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan
umum
|
Pasien
mengatakan kepala saya masih pusing
|
||
TTV
|
TD
: 180/110 mmHg, Suhu : 39,5oc, RR : 30x/Menit, Nadi : 120x/menit
|
||
Tingkat
Kesadaran
|
Compos
Mentis
|
||
GCS
|
Eye
: 4 Verbal: 5 Motorik : 6. Total = 15
|
||
BB
|
|
||
Skala
nyeri
|
Tingkat
6
|
a. Kulit, Rambut, Kuku
Ø
Inspeksi
: Warna kulit dan kuku pecah, rambit sedikit.
Ø
Palpasi :
Suhu 37,8-38,8°C, kulit
kering.
b. Kepala
Ø Inspeksi : Bentuk meshosepal,rambut berwarna hitam tidak mudah patah dan rontok.
Ø
Palpasi
: Kulit terdapat lesi.
c. Mata
Ø
Inspeksi : Adanya anemis pada
konjungtiva karena efek dari epitaksis, letak simetris, sclera berwarna putih, refleks pupil positif.
Ø
Palpasi
: Tidak ada pembengkakan
pada kelopak mata.
d. Telinga
Ø
Inspeksi
: Bentuk simetris, fungsi
pendengaran normal.
Ø
Palpasi : Tidak terjadi pembengkakan
pada telinga.
e. Hidung
Ø
Inspeksi
: Fungsi penciuman baik,
tidak ada secret, hidung pasien bersih.
Ø
Palpasi : Tidak terjadi peradangan
pada hidung.
f. Mulut
Ø
Inspeksi
: Mukosa mulut kering.
Ø
Palpasi : Tidak terjadi pembengkakan
pada mulut.
g. Leher
Ø
Inspeksi
: Terdapat pembesaran
kelenjar tiroid.
Ø
Palpasi : Kelenjar limfe, tiroid
teraba..
Ø
Auskultasi
: Tekanan sistolik dan
diastoli lebih dari normal.
h. Dada
Ø
Inspeksi : Bentuk simetris
Ø
Palpasi : Tidak terjadi peradangan.
Ø
Perkusi : Dada terasa berdebar-debar.
Ø
Auskultasi : Tidak ada sonor
i.
Abdomen
Ø
Inspeksi : Terdapat luka post operasi
Ø
Palpasi : Terjadi nyeri sekitar
abdomen
Ø
Perkusi : Aktivitas usus menurun
Ø
Auskultasi : Bising usus menurun.
j.
Ekstrimitas
Ø Inspeksi
Tidak ada luka
pada ekstrimitas bawah dan atas, simetris kanan dan kiri, tidak ada patah
tulang pada ektrimitas, warna kulit sawo matang.
Ø Palpasi
Akral hangat, denyut nadi perifer kuat,
tidak ada nyeri tekan pada kedua tangan dan kedua kaki..
Ø Kekuatan
otot
4
|
4
|
4
|
4
|
k. Anus
dan Rectum : Terasa ada tekanan pada
rectum.
l.
Muskulus Skeletal
Ø
Otot :
Kontraksi otot lambat, kekuatan dan gerakannya lemah
Ø
Tulang
: Terjadi nyeri tekan.
Ø
Persendian : Lemas tidak mampu
melakukan ROM
m. Neurologi
: Gerakan dan sensasi lemah,
kurng menjaga diri
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin/
hematokrit : bukan diagnostik tetapi
mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor – faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
BUN/ kreatin : memberikan informasi
tentang perfusi/ fungsi ginjal.
Glukosa : hiperglkemia (diabites
militus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hypetensi).
Kalium serum : hipokalemia dapat
mengindikasikan adanya aldosteron utama penyebab atau menjadi efek samping
terapi diuretik.
Kalsium serum
:
peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
Kolesterol dan
trigeliserida serum:
peningkatan dapat mengindikasikan pencetus/ adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler0
Pemeriksaan
tiroid :
hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
Kadar
aldosteron urin/ serum : untuk mengkaji aldosteron primer (penyebab)
Urinalisa : darah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/ adanya diabetes.]
VMA urin
(metabolit katekolamin) : kenaikandapat mengindikasikan adanya feokromositoma
(penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma
bila hipertensi hilang timbul.
Asam urat : hiperurisemia telah menjadi
implikasi sebagai faktor resiko adanya hypertensi
Steroid urin: kenaikan dapat
mengindikasikan hiperadrinalisme,
feokromositoma, atau disfungsi pituitari, sindrom cushing’s; kadar renin juga
dapat meningkat
IVP : dapat mengidentifikasi
penyebab hipertensi, spt penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ ureter.
Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi
klasifikasi pada area katub; deposit pada dan/ takik aorta; pembesaran jantung
CT skan : mengkaji tumor serebral,
CSV, ensafalopati, atau feokromositoma.
EKG : dapat menunjukkan
perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan:luas, peninggian gelombang p adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- DATA FOKUS
Data subyektif
|
Data obyektif
|
v
Pasien mengatakan, “saya sakit kepala belakang, terutama pada pagi hari
v
Pasien mengatakan, “saya merasa berdebar – debar”
v
Pasien mengatakan, “saya mudah lelah.
v
Pasien mengatakan, “saya sukar tidur.
v
Pasien mengatakan, “kepala saya pusing,
v
Pasien mengatakan, saya merasa nyeri dada.
v
Pasien mengatakan “Tengkuk saya terasa pegal”
|
v TD : 180/ 110 mmHg
v Takikardia berbagai
disritmia.
v Kulit pucat
v Epitaksis
v Dispnea/
nafas pendek.
v Penurunan
nadi perifer
v Muka
merah,
v Aritmia
v Nausea
v Tingkah
laku ekspresif
|
- ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
SYIMPTOM
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
Ds : -
v Pasien mengatakan “Tengkuk
saya terasa pegal”
v
Pasien mengatakan, saya merasa nyeri dada.
Do :
|
Intoleransi aktivitas
|
Kelemahan.
|
Ds : -
Do :
v Kulit pucat
v Napas pendek
v Penurunan nadi perifer
|
Penurunan curah jantung.
|
Afterload
|
Ds :
v
Pasien mengatakan, “saya sakit kepala belakang, terutama pada pagi hari
Do
:
v Tingkah
laku ekspresif
|
Nyeri
akut
|
Peningkatan
tekanan vaskular cerebral.
|
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskular cerebral.
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan afterload
D.
INTERVENSI
JAM/TGL
|
NO DX
|
TUJUAN /NOC
|
INTERVENSI/ NIC
|
RASIONAL
|
10
Januari 2008
|
1.
|
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam di harapkan nyeri/
ketidaknyamanan dapat teratasi
dg
kriteria hasil sbb: .(1605) Pain Level
v (160501) Mengenali faktor penyebab
v (160502) Mengenali jenis nyeri
v (160509) Mengenali penyebab dari
nyeri.
v (1605010) Nyeri menggunakan buku catatan.
v (1605011) Melporkan kontrol nyeri.
|
Pain Management (1400)
v
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
v
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
v
Tingkatkan
istirahat.
v
Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
v
Monitor
penerimaan pasien ttg manajemen nyeri.
|
|
10
Januari 2008
|
2.
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di
harapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi dg kreteria hasil sbb: Activity Tolerance (0005).
v (000501) Kebutuhan
oksigen terpenuhi untuk melakukan aktivitas.
v (000502) Laju
jantung normal untuk respon aktivitas.
v (000506)
ECG nomal
v (000507) Warna kulit normal.
v (0005013)
Laporan aktifitas kehidupan sehari-hari.
|
Therapy Activity (4310)
v Bantu klien untk
mengidentifkasi aktivitas yg
mmpu dlakukan.
v Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yg sesuai dg kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
v Bantu klien untk
mengidentifkasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untk aktivitas yg
diinginkan.
v Bantu utk mndapatkan alat
bantu aktivitas spt kursi roda,krek.
v Bantu klien untk
mengidentifkasi aktivitas yg sukai.
v Bantu klien utk membuat
jadwal latihan diwaktu luang.
v Bantu pasien/ keluarga
untk mengidentifkasi kekurangan dlm beraktifitas.
v Sediakan penguatan positif
bagi yg aktif baraktifitas.
v Bantu pasien utk mengembangkan
motivasi diri dari penguatan.
v Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spritual.
|
|
10
Januari 2008
|
3
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam
di harapkan jantung dapat memompa
darah secara efektif.(0400) Dg
kriteria hasil sbb:
v
(040001) Tekanan darah menurun.
v
(040002) Laju jantung menjadi normal
v
(040003) Index jantung normal
v
(040004) Menghilangkan fraksi jantung.
v
(04005) Intoleransi aktivitas
berkurang
v
(04006) Nadi kuat.
v
(04007) Ukuran jantung normal
v
(04009)
Tidak ada rentan nadi di leher.
v
(040010) Tidak ada dysrhythmia.
v
(040011) Hilangnya suara jantung yang
tidak normal.
v
(040012) Tidak ada angina (perasaan
sakit atau tercekik pd tenggorokan).
v
(040013) Tidak terdapat edema
v
(040014) Tidak ada edema paru.
v
(040015) Tidak ada pengeluaran peluh
yg berlebihan.
v
(0400160) Tidak ada perasaan mual.
v
(040017) Tidak terjadi fertigo.
|
Perawatan
jantung.(4040)
v
Evaluasi
adanya nyeri
v
Catat
adanya disritmia jantung
v
Catat
adanya tanda dan gejala yang menandakan gagal jantung
v
Monitor
status kardiovaskuler
v
Monitor
status pernafasan yg menandakan gagal jantung.
v
Monitor abdomen sebagai indikator penurunan
perfusi.
v
Monitor
balance cairan.
v
Monitor
adanya perubahan tekanan darah
v
Monitor
rspon pasien terhadap efek pengobatan anti aritmia
v
Atur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.
v
Monitor
toleransi aktivitas pasien
v
Monitor
adanya dyspnue, fatigue, takipnue, dan ortopnue.
v
Anjurkan
untuk menurunkan setress
v
Dorong
keluarga agar memberikan suport kpd pasien.
|
|
E.
IMPLEMENTASI
Hari/tgl
|
Jam
|
No Dx
|
Tindakan
|
Respon
|
Paraf
|
11
Jan 2008
|
10.00
WIB
10.15 WIB
14.00 WIB
15.00 WIB
17.00 WIB
17.20 WIB
20.00 WIB
20.00 WIB
21.00 WIB
21.10WIB
22.00 WIB
|
1
1
2
2
2
2
3
3
2
|
Mengkaji
skala nyeri pasien
Melakukan
tehnik relaksasi (Guide Imagery)
Membantu
klien untuk latihan ROM
Memberikan
pendidikan kesehatan untuk menguatkan motivasi klien
Menanyakan
keadaan pasien (emosional, fisik dan spiritual)
Bantu klien ke kamar mandi
Menanyakan
kepada pasien bagaimana keadaan nyerinya sekarang.
Mengukur
TTV pasien (suhu, nadi, TD, dan RR)
Menganjurakan
pasien untuk menurunkan stress
Mengatur
posisi pasien semi vowler
Menganjurkan
pasien untuk banyak istirahat tidur
|
S
:
· Pasien mengatakan, masih merasa
nyeri”
O
:
· Skala nyeri 6
· Wajah pasien terlihat merah karena
menahan nyeri.
S
:
Pasien
mengatakan, “saya merasa lebih nyaman”.
O
:
Telah
dilakukan tehnik ralaksasi
S
:
· Pasien mengatakan “senang”
O
:
· Pasien mencoba berlatih secara
aktif
S
:
· Pasien mengatakan, “ia mas saya
mengerti”
O
:
· Pasien mendengarkan dengan baik.
S
:
· Pasien mengatakan, “saya merasa
tenang, dan tidak ada cemas”
O
:
TD
: 120/ 80 mmHg
S
: 37,5OC
N
: 100 x/menit
RR
: 30 x/menit
S
:
Pasien
mengucapkan “terima kasih”
O
:
Pasien
BAK dan BAB
S
:
· Pasien mengatakan, “nyeri saya
sedikit berkurang”
O
:
· Skala nyeri pasien 3
· TD : 120/80 mmHg
S
: Pasien mengucapkan “terima kasih”
O
:
TD
: 120/ 80 mmHg
S
: 37,5OC
N
: 100 x/menit
RR
: 30 x/menit
S
:
Pasien
mengatakan “ia mas saya mengerti”
O
:
Pasien
terlihat tenang, dan relaks
S
: -
O
:
Pasien
terlihat tenang, dan lebih nyaman.
S
:
· Pasien mengatakan, “ia mas saya
mengerti”
O
:
· Pasien terlihat mulai memejamkan
mata
|
Excel
Excel
Rasyid
Rasyid
Excel
Rasyid
Rasyid
Rasyid
Excel
Excel
rasyid
|
F.
EVALUASI
Tgl
/ hari
|
Jam
|
No dx
|
Catatan
Perkembangan
|
TTD
|
12
Jan 2008
12
Jan 2008
12
Jan 2008
|
08.00
WIB
09.00
WIB
09.00
WIB
|
1
2
3
|
S :
v Pasien
mengatakan “rasa sakit kepala dan pusing saya sudah berkurang”.
O :
v TD : 120/ 80 mmHg
v Pasien terlihat tenang
A :
v
Masalah teratasi
P :
v
Pertahankan intervensi (Pertahankan kondisi pasien)
S :
v Pasien mengatakan “Tengkuk
saya sudah tidak terasa pegal”
v
Pasien mengatakan, “rasa nyeri dada saya mulai berkurang
O :
v Skala nyeri pasien 6 menjadi 3
v TD : 120/80 mmHg
A : Masalah teratasi
P :
v
Pertahankan intervensi (Pertahankan kondisi pasien)
S :
v Pasien
mengatakan masih susah nafasnya.
O :
TD
: 120/ 80 mmHg
S
: 37,5OC
N
: 100 x/menit
RR
: 30 x/menit
A :
v
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
v
Mengkaji pola pernafasan klien
v
Kolaborasi dengan dokter untuk dalam penanganan pola pernafasan klien.
|
Excel
Rasyid
Rasyid
|
H.
KESIMPULAN
Hypertensi adalah seseorang yang mempunyai tekanan
darah sistol diatas 160, dan tekanan diastol diatas 95mmhg.
Hipertensi primer tidak mempunyai sebab yang khusus
tapi multi factor itu sebagai
respon terhadap peningkatan cardiac output atau adanya tekanan perifer.
Factor – factor yang berpengaruh terhadap dua kekuatan tersebut adalah :
Genetic, Obesitas, Stress lingkungan, Kehilangan
jaringan elastis dan arteriosclerosis aorta dan arteri besar lain. Hipertensi skunder dapat sebagai akibat
dari bermacam – macam penyebab primer.
DAFTAR PUSTAKA
Merilynn, E
doenges.1997. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. EGC.AKARTA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC