MAKALAH TENTANG ASPEK SOSIAL
BUDAYA
DALAM
PENDIDIKAN KESEHATAN
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
PROMOSI KESEHATAN
SEMESTER III
Dosen Pengampu : Ns. Erick Endra Cita S. Kep
Disusun Oleh :
Satya Putra Lencana
M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul
makalah ilmiah ini yang penulis ambil adalah “Aspek Sosial Budaya dalam Pendidikan Kesehatan”.
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran
bagi Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta dalam memenuhi tugas Promosi Kesehatan Semester III.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini, diantaranya
:
1. Darmasta Maulana ,S.Kep. M.Kes. selaku dosen pengampu.
2. Teman
– teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun makalah ini.
Semua
pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Penulis
menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar karya tulis ilmiah ini
sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian
akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak
dan sebagai media pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga
dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Yogyakarta,
30
Agustus 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR (Preface)
.................................................................................. i
DAFTAR ISI (Contents)
........................................................................................... ii
BAB I LANDASAN
TEORI
A.
Sosial Kebudayaan
1. Pengertian ................................................................................................................. 1
2. Unsur
Kebudayaan ..................................................................................................... 2
3. Aspek
Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan
dan
Perilaku Kesehatan ............................................................................................... 2
4.
Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan
dan
Perilaku Kesehatan ............................................................................................... 3
5. Perubahan
Sosial Budaya ............................................................................................ 4
6. Makanan
Dan Budaya ................................................................................................ 4
7. Manfaat
Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari
Kebudayaan .............................................................................................................. 7
B. Kesehatan
1.
Pengertian
Kesehatan ................................................................................................ 8
2.
Faktor
yang Mempengaruhi Kesehatan ......................................................................... 8
3.
Prinsip
Pendidikan Kesehatan ...................................................................................... 9
4.
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan .......................................................................... 10
C.
Pranata Sosial
1. Pengertian Pranata Sosial ........................................................................................... 10
2. Fungsi Pranata Sosial ................................................................................................ 11
3. Ciri-Ciri Pranata Sosial .............................................................................................. 11
4. Jenis-Jenis Pranata Sosial .......................................................................................... 12
BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan
............................................................................................................. 15
2. Saran
..................................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................... 16
BAB I
LANDASAN TEORI
ASPEK SOSIAL
BUDAYA
DALAM
PENDIDIKAN KESEHATAN
A.
SOSIAL KEBUDAYAAN
1.
Pengertian
Sosial Kebudayaan
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau
dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat).
Budaya dari kata
Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal
yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung
cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, moral, pengetahuan, hukum,
kepercayaan, adat istiadat, & ilmu.
Sosial Budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan
pemikiran dan budi nuraninya dalam kehidupan bermasyarakat
Secara
sederhana kebuadayaan dapat
diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan.
Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan
adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan belajar
maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya.
Taylor dalam bukunya Primitive Culture, memberikan
definisi kebudayaan sebagai
keseluruhan
yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral,
hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain
serta kebiasaankebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil karya
manusia sebagai bagian dari lingkungannya (culture is the human-made part of
the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan
manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk
terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa
disebut budaya.
2.
Unsur
Kebudayaan
Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7
unsur : yakni sistem religi dan upacara keagamaan,
sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian,
sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur
itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.
3.
Aspek
Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Ada
beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :
a.
Umur
Jika
dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi,
sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis
Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit
yang berbeda pula. Misalnya
dikalangan
wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak
menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada
hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan
petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan
disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja
diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran
pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial
Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola
penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan
masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan
sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang
status ekonominya rendah.
Menurut
H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan :
Ø Self
concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan
kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,
terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain.
Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita lakukan,
kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
Ø Image
kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image
kelompok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan
terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,
sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan
besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.
4.
Aspek
Budaya yang
Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan
Menurut
G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan al :
a. Pengaruh
tradisi
Ada
beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat.
b. Sikap
fatalistis
Hal
lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota masyarakat
dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang
sakit.
c. Sikap
ethnosentris
Sikap
yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan
kebudayaan pihak lain.
d. Pengaruh
perasaan bangga pada statusnya
Contoh
: Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk
makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata
masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan
mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh
norma
Contoh
: upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan
karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan
dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh
nilai
Nilai
yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh
: masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal
mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas
putih.
g. Pengaruh
unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan.
Kebiasaan
yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang
ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil,
akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.
h. Pengaruh
konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan
perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah
konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis
faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk
memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
5.
Perubahan
Sosial Budaya
Menurut
Koentjaraningrat, bahwa perubahan budaya yg tjd di masy dpt dibedakan kedalam
beberapa bentuk :
a. Perubahan
yg tjd secara lambat dan cepat
b. Perubahan
yang pengaruhnya kecil dan besar
c.
Perubahan yang direncanakan dan yg tdk
direncanakan
6.
Makanan
Dan Budaya
a. Definisi
Makanan
Makanan
adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau
unsurunsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang
berguna bila dimasukkan dalam tubuh.
b. Kebudayaan
Menentukan Makanan
Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah
semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat
dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan
tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya.
Lewat konsep-konsep budaya itulah
sejumlah
makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam
prakteknya bisa jadi justru dihindari.
Contoh
:
Ø Adanya
pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang
dimasak dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan
cacingan, sakit perut, dan sakit mata .
Ø Bagi
gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang
dianggap tabu) karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan
kelamin dan reproduksi .
Jadi,
dapat kita pahami bahwa adanya masalah gizi di Indonnesia bukan hanya karena
masalah sosek, tapi juga karena alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan
makanan tetapi terpaksa tidak dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman
atau karena larangan agama
c. Istilan
Makanan “Food Versus Nutrimen”
Masalah
aktivitas makan tidak semata-mata sebagai aktivitas fisik manusia untuk
pemenuhan naluriahnya seperti lapar, tetapi
juga di dalamnya dilekati oleh pengetahuan budaya. Lewat pengetahuan budaya
itu, masyarakat manusia mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah yaitu
nutrimen (nutriment) dan makanan (food).
Ø Nutriment
adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga
kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu
diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya.
Ø Food
adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat
penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu
(larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan
panas, dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah
semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat
dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan
tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya.
Ø Jellife
& Bennet 1962 menyatakan : “Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan sukar
sekalipun, hanya makan sebagian dari bahan-bahan yang sebenarnya dapat dimakan
tersedia”.
d. Klasifikasi
Makanan
Variasi
klasifikasi makanan antara lain :
Ø Menurut
prestise – status
Ø Pertemuan
sosial
Ø Usia
Ø Keadaan
sehat – sakit
Ø Nilai
simbolik – ritual
e. Peranan
Simbolik Makanan
Ø
Sebagai ungkapan ikatan sosial
Misal
:
Ø Menawarkan
makanan sebagai simbolis ungkapan persahabatan, perhatian, kasih sayang
Ø Tidak
memberi makanan sebagai ungkapan simbolis permusuhan, kemarahan
Ø Sebagai
ungkapan kesetiakawanan kelompok
Misal
: makan bersama, berkumpul dimeja besar melambangkan keakraban keluarga
Ø Makanan
dan stress
Misal
: terpenuhinya makanan kesukaan – kebiasaan membuat dirinya tenang.
Ø Simbolisme
makanan dalam bahasa
Kualitas
makanan digunakan untuk menggambarkan kualitas manusia. Misal : wajah susu madu diartikan sebagai
seseorang dengan wajah kuning langsat .
f. Pembatasan
Budaya Terhadap Kecukupan Gizi
a.
Kegagalan melihat hubungan antara
makanan dan kesehatan
Adalah
kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu dapat
digunakan sebaik-baiknya untuk kesehatan, misal :
Ø Susunan
hidangan yang cenderung ditafsirkan berdasar kuantitasnya tanpa memperhatikan
kualitas.
Ø Kepercayaan
/ tabu terhadap makanan yang tidak menguntungkan kesehatan bila tabu tersebut
diterapkan.
b. Kegagalan
untuk mengenali kebutuhan gizi pada anak-anak.
Ø Kegagalan
budaya masyarakat memahami bahwa anak-anak memerlukan makanan khusus.
Ø Kepercayaan/tabu
terhadap makanan yang merugikan anak-anak.
Ø Ketidaktahuan
gizi / kecukupan gizi anak.
7.
Manfaat
Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan
1. Di dalam semua religi atau agama, ada
kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan,
gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam
2 rangka memperbaiki status gizi,
seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi yang
tidak bertentangan dengan agamanya.
2. Dengan
mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui organisasi apa saja yang ada di
masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana
yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan
strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan
masyarakat.
3. Petugas
kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka
petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan
pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
4. Petugas
kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa
kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
5. Selain
itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena
petugas kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat untuk menyampaikan pesan kesehatan.
6. Sistem
mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata pencaharian ada
kaitannya
dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
7.
Teknologi dan peralatan masyarakat
setempat . Masyarakat akan lebih mudah
menerima pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan
peralatan yang dikenal masyarakat.
B. KESEHATAN
1. Pengertian
Kesehatan
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang
lain.
Definisi
yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang
menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif
bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen
rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau
perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan
adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan
kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan
kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang
khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
UU No.23,1992
tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di
dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian integral kesehatan.
2. Faktor
yang Mempengaruhi Kesehatan
Kesehatan dipengaruhi
oleh lingkungan, perilaku, petugas kesehatan, keturunan. Blum (1974).
Green (1980),
kesehatan diperngaruhi oleh faktor perilaku dan non perilaku .
Perilaku
dipengaruhi oleh faktor:
v Predisposisi (predispocing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya
v Pendukung (enabling factor) yang terwujud dari
lingkungan fisik seperti tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan
v Pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan
3. Prinsip
Pendidikan Kesehatan
Ø Berfokus pada klien
Pendidikan kesehatan adalah
hubungan terapeutik yg berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik. Klien dgn
isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan dlm pemberian pelayanan
kesehatan. Klien dianjurkan utk meng-ekspresikan perasaan dan pengalamannya
kepada petugas kesehatan
Ø Bersifat holistik
Dalam memberikan pend.kes
harus dipertimbangkan klien scr keseluruhan, tdk hanya berfokus pada spesifik
saja. Petugas kesehatan dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan,
keyakinan dan filosofi personal
Ø Negosiasi
Petugas kesehatan dan klien
bersama - sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting utk
diketahui. Jika sudah ditentukan kemudian dibuat perencanaan yg dikembangkan
berdasarkan masukan dari klien dan petugas kesehatan
Ø Interaktif
Pendidikan kesehatan
adalah suatu proses yg dinamis dan interaktif yg melibatkan partisipasi dari
petugas kesehatan dan klien
Penkes dapat dilakukan
dimana saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, perilaku
kesehatan, pendidikan kesehatan tidak dapat dipaksakan oleh karena pendidik
hanya berperan menciptakan suasana. Pendidikan kesehatan berhasil bila sikap
dan perilaku masyarakat berubah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang
lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat
dari berbagai dimensi, antara lain :
Ø Dimensi sasaran
pendidikan kesehatan, antara blain :
a. Pendidikan kesehatan individual
b. Pendidikan kesehatan kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat
Ø Tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di sekolah
b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan
c. Pendidikan kesehatan di tempat - tempat kerja
d. Pendidikan kesehatan di rumah tngga/ tempat tinggal
e. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum
Ø Tingkat pelayanan kesehatan.
Berdasarkan five levels of prevention (leavel
& clark), yaitu :
a.
Promosi kesehatan (health promotion), misal: peningkatan gizi
b.
Perlindungan khusus (specific protection), misal : immunisasi,
perlindungan kecelakaan tempat kerja.
c.
Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), misal
: pencarian kasus, surveillance, pencegahan penyebaran penyakit menular
d.
Pembatasan kecacatan (disability limitation) misal : perawatan utk
menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi lbh lanjut
e.
Pemulihan (rehabilitation), misal : latihan penderita patah tulang,
pendidikan masyarakat utk menggunakan tenaga cacat
C. PRANATA
SOSIAL
1. Pengertian
Pranata Sosial
Pranata sosial
adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh
masyarakat dipandang penting, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
masyarakat. ( Pranata sosial lebih merupakan suatu system norma yang mendasari
tindakan orang untuk mencapai tujuan yang oleh masyarakat dianggap penting atau
sistem norma yang mendasari tindakan orang untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya.)
Tujuan utama
diciptakan pranata sosial adalah agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi
secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga
masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan norma-norma
sosial. Secara umum, pranata sosial mempunyai beberapa fungsi.
2. Fungsi-fungsi
pranata sosial.
Ø
Memberikan
pedoman kepada anggota masyarakat dalam hal bertingkah laku dan bersikap dalam
menghadapi masalah kemasyarakatan.
Ø
Menjaga
keutuhan dan integrasi masyarakat.
Ø
Memberikan
pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, artinya
sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
3. Ciri-Ciri
Pranata Sosial :
Ø
Memiliki
Lambang-Lambang/Simbol
Ø
Memiliki
Tata Tertib dan Tradisi
Ø
Memiliki
Satu atau Beberapa Tujuan
Ø
Memiliki
Nilai
Ø
Memiliki
Usia Lebih Lama (Tingkat Kekekalan Tertentu)
Ø
Memiliki
Alat Kelengkapan
4. Jenis-jenis
Pranata Sosial
a.
Pranata
Keluarga
Adalah bagian dari pranata
sosial yang meliputi lingkungan keluarga dan kerabat. Keluarga adalah satuan
kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Satuan kekerabatan dapat
disebut keluarga disebabkan adanya perkawinan atau keturunan. Berdasarkan
jumlah anggotanya, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti dan keluarga
luas.
•
Keluarga
inti atau batih (nuclear family) adalah satuan kekerabatan yang terdiri atas
ayah dan ibu (orang tua) beserta anak-anaknya dalam satu rumah. Ada juga
keluarga inti yang belum atau tidak mempunyai anak.
•
Keluarga
luas (extended family) adalah satuan kekerabatan yang terdiri atas lebih dari
satu generasi atau lebih dari satu keluarga inti dalam satu rumah. Misalnya,
keluarga yang memiliki kakek atau nenek, paman atau bibi, keponakan, dan
lain-lain yang tinggal serumah.
Ø
Fungsi
Pranata Keluarga
•
Fungsi
reproduksi; keluarga merupakan sarana untuk memperoleh keturunan secara sehat,
terencana, terhormat, sesuai dengan ajaran agama, dan sah di mata hukum.
•
Fungsi
keagamaan; pada umumnya suatu keluarga penganut agama tertentu akan menurunkan
agama atau kepercayaannya kepada anak-anaknya. Anak-anak akan diajari cara
berdoa atau beribadah sesuai dengan keyakinan orang tuanya sejak dini.
•
Fungsi
ekonomi; keluarga merupakan suatu wadah dalam usaha mengembangkan serta
mengatur potensi dan kemampuan ekonomi.
•
Fungsi
afeksi; norma afeksi ada dan diadakan oleh para orang tua untuk mewujudkan rasa
kasih sayang dan rasa cinta, sehingga dapat menjaga perasaan masing-masing
anggota keluarga agar tercipta kerukunan dan keharmonisan hubungan di dalam
keluarga.
•
Fungsi
pendidikan; keluarga merupakan satuan kekerabatan yang pertama kali dikenal
oleh anak, sehingga di keluargalah anak memperoleh pendidikan pertamanya dari
orang tua atau kerabat lainnya.
•
Fungsi
sosialisasi; memberikan pemahaman tentang bagaimana seorang anggota keluarga
bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain dalam keluarga.
b.
Pranata
Agama
Adalah seperangkat
aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, mengatur
hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan antara
manusia dengan lingkungannya. Pranata agama memiliki fungsi pokok untuk
memberikan pedoman bagi manusia untuk berhubungan dengan Tuhannya dan
memberikan dasar perilaku yang berpola dalam masyarakat. Fungsi pokok tersebut
jika dijabarkan menjadi:
•
Membantu
mencari identitas moral.
•
Menjelaskan
arah dan tujuan hidup manusia.
•
Meningkatkan
kualitas kehidupan sosial.
•
Mengatur
hubungan manusia dengan lingkungan alam.
5.
Pranata
politik
Adalah seperangkat norma dan status yang mengkhususkan
diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Secara rinci fungsi pranata
politik diuraikan sebagai berikut:
•
Melembagakan
norma melalui undang-undang.
•
Menyelenggarakan
pelayanan umum.
•
Melindungi
warga negara.
6.
Pranata
ekonomi
Adalah sistem norma atau kaidah yang mengatur tingkah
laku individu dalam masyarakat guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Secara
umum dapat dikatakan bahwa fungsi pranata ekonomi adalah mengatur hubungan
antarpelaku ekonomi dan meningkatkan produktifitas ekonomi semaksimum mungkin.
Selain itu, pranata ekonomi berfungsi untuk mengatur distribusi dan pemakaian
barang dan jasa yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia.
7.
Pranata
pendidikan
Adalah seperangkat peraturan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya. Adapun yang menjadi fungsi dari pranata pendidikan yaitu:
•
bertindak
sebagai perantara pemindahan warisan budaya
•
mempersiapkan
pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja
•
mempersiapkan
peranan sosial yang dikehandaki
•
memperkuat
penyesuaian diri dan mengembangkan hubungan sosial
•
meningkatkan
kemajuan melalui keikutsertaan dalam riset ilmiah.
BAB
II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa aspek social
budaya dalam pendidikan kesehatan sangat beragam dan perlu diketahui sebagai
dasar dalam menerapkan prinsip-prinsip pendidikan dalam kesehatan.
B. SARAN
1. Sebagai petugas kesehatan perlu
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan
mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu
dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
2. Kita juga perlu mempelajari bahasa
lokal agar lebih mudah berkomunikasi,
menambah
rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
DAFTAR PUSTAKA
PERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. PT. Abadi,
Jakarta.
Soekidjo Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori
dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo,
2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta
Fisher, Augrey,
1986, Theories of Communication (Terjemahan Soejono Trimo), Bandung, Remaja
Karya
Green, 1980,
Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John Hopkins University,
Maryland, Mayfield Publishing Company
Koentjaraningrat,
1996, Pengantar Anthropologi
Elling, Socio
Cultural Influences On Health and Health Care
Foster, 1973,
Traditional Societes in Technological Change
Elling,Ray,H,socio
cultural influences on health and helth care
Foster,G,M, traditional
societes in technological change,1973.Loentjaraningrat,pengantar
anthropologi,1996
Kresno,sudarti,dkk.pencarian
pertolongan pengobatan bagi anak balita
dengan diare di Jakarta utara,1996
Notoatmodjo,Soekidjo,promosi
kesehatan teori dan aplikasi,edisi revisi,rineka cipta,Jakarta,2010