LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT ASMA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
KEPERAWATAN DEWASA II
Dosen Pengampu : Ns. Erick Endra Cita S. Kep
Disusun Oleh :
Satya
Putra Lencana
M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2012
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Tidak
ada definisi asma yang diterima secara universal, asma merupakan penyakit paru
obstruktif, difusi dengan (1) hiperreaktifitas jalan nafas terhadap berbagai
rangsangan dan (2) tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang
dapat terjadi secara spontan atau sebagai akibat pengobatan dikenal juga
sebagai penyakit jalan nafas reaktif kimplek asma mungkin mencakup bronchitis
mengi, mengi akibat virus dan asma terkait atopik. (Waldo E. Nelson, MD 2000)
Asma
adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh peningkatan reaktifitas
trakea dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi dan
dispnea; penyempitan karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan
peningkatan sekresi. (Susan Martin Tucker, 1998)
Asma
adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversible dan
berbeda dari obstruksi pernafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun
bronchitis kronis yang bersifat ireversibel dan kontinyu. (Reeves, 1999)
Asma
merupakan penyakit obstruksi pada jalan nafas yang bersifat reversible, dimana
terjadi penyempitan pada saluran pernafasan akibat adanya inflamasi dan
hiperresponsif pada bronki.
B. ETIOLOGI
Belum diketahui secara
jelas, factor pencetus (menurut dr. Muhardi Muhiman, 1998) adalah :
1.
Reaksi
alergi (Reeves, 2000)
Terhadap debu, asap,
produl, pembersih, bau, udara dingin, ispa dan stres.
2.
Keturunan
(Reeves, 2000)
Infeksi bakteri atau
virus pada saluran pernafasan. Kondisi yang memperburuk keadaan klinis pada
penderita yang lama adalah :
Ø Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara menerus
Ø Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
Ø Pemakaian sedative yang berlebihan
C. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas divus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih
dari :
- Kontraksi
otot–otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas.
- Pembengkakan
membran yang melapisi bronkhi.
- Pengisian
bronkhi dengan mukus yang kental
- Otot –
otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak
dihasilkan dan alfeoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap
didalam jaringan paru.
Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun ang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sek
mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen
dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator)
seperti histamin, bradikinin, dan prostaglanin serta anafilaksis dari substansi
yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini, dalam jaringan paru
mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial di atur oleh
impuls saraf vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau
nonalergik, ketika ujung sarap pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang
dilepaskan meningkat.
D. TANDA DAN GEJALA
Ø Cold dengan rhinorrhea disertai ; iritabilitas, batuk, takipnea,
mengi
Ø Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
Ø Kelainan pada roentgenogram
Ø Jalan nafas obstruktif pada usia awal (30 % < 1tahun dan 50-55
% < 2 tahun)
Ø Kelenjar mukosa hyperplasia
Ø Penyempitan jalan nafas
Ø Kurang kelenturan statis paru-paru
Ø Kerangka iga lentur
Ø Kurang jumlah serabut otot
Ø Kurang ventilasi kolateral
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada
anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan timbulnya episode
mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khusunya pada malam
hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversible baik
secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya
timbul bila pasien terpajan factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat
individual.
F. KLASIFIKASI ASMA
Menurut GINA (Global
Inisiatif for Asma) diikuti Heru Sundaru, 2000.
1.
Asma
Intermitten
Gejala
klinis : kambuhan < 1-2 x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2 x
sebulan, eksaserbi dapat mengganggu aktivitas tidur.
2.
Asma
persisten ringan
Gejala
klinis : kambuhan 1-2 x seminggu, tetapi < 1 x/hari, gejala asma malam hari
> 2 x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur.
3.
Asma
persisten sedang
Setiap hari
sesak nafas atau kambuh. Gejala asma malam hari > 1 x seminggu, eksaserbasi
mengganggu aktivitas dan tidur.
4.
Asma
persisten berat
Kambuhan sering, gejala
sesak terus menerus atau continue. Gejala asma malam hari sering, aktivitas
fisik terbatas karena asma.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ø Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
Ø Foto rontgen dada
Ø Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Ø Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
Ø Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun
(alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH,
penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)
H. POTENSI KOMPLIKASI
Ø Edema pulmoner
Ø Gagal pernafasan
Ø Status asmatikus
Ø Pneumonia.
F. PENATALAKSAAN
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu,
hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka
serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat.
Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja
memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia,
dan atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering
mengakibatkan hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah
arteri. Cairan diberikan karena individu
dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan cairan tidak
kasat mata dengan hiperventilasi.
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Ø
Tempat :
Ruang Sakinah, R.S At-Turots Al-islamy,Yogyakarta
Ø
Hari
: Rabu, 04 Agustus 2010
Ø
Waktu :
08.00.
- Biodata
1. Identitasa pasien
·
Nama : Bpk. J
·
Jenis
kelamin : Laki-laki
·
Umur : 70 tahun
·
Agama : Islam
·
Pekerjaan : Pensiunan TNI AL
·
Pendidikan : SMA Bhayangkara
Yogyakarta
·
Alamat : Pare 3, Sidoluhur,
Godean, Sleman.
·
Suku : Jawa
·
No. RM : 34.862
·
Diagnosa
medis : Asma
·
Tanggal
pengkajian : 04-Agustus-2010
2. Penanggung jawab
·
Nama : Ny. Murjinem
·
Jenis
kelamin : perempuan
·
Umur : 65 tahun
·
Pekerjaan : ibu rumah tangga
·
Pendidikan : SMP
·
Alamat : Pare 3, Sidoluhur,
Godean, Sleman.
·
Agama : Islam.
·
Suku : Jawa
·
Hubungan
dengan pasien : Istri pasien
- Riwayat kesehatan
1.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh
sesak nafas.
2.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada
tanggal 01 agustus 2010, pada hari senin pagi bapak JM datang ke rumah sakit
at-turots al-islamy dengan keluhan sesak nafas dari 2 hari yang lalu, sudah
periksa ke puskesmas tapi masih belum juga sembuh, kemudian Bpk. JM datang ke
rumah sakit at-turots, dan didaptkan hasil pemeriksaan sementara TD : 120/80
mmHg, R : 30X/mnt, S : 38 C, N : 84X/mnt, terdapat sputum.
3. Riwayat
kesehatan dahulu
Ø
Penyakit yang pernah dialami : pasien pernah mengalami penyakit asma 2
bulan yang, kemudian pasien periksa ke puskesmas dan sembuh.
Ø Riwayat alergi : Debu
Ø Imunisasi : Campak dan polio
Ø Obat-obatan : -
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien ada juga yang menderita penyakit asma
seperti klien yaitu nenek klien.
5. Genogram.
Keterangan :
·
Perempuan :
·
Laki-laki :
·
Penderita :
6.
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien tinggal di lingkungan bersih dan sehat, yang mana
tempat tinggal pasien masih di lingkungan pedesaan yang jauh dari kebisingan
dan keramaian, jadi kemungkinan pencemaran asap pabrik maupun kendaraan
bermotor masih sangat jarang ditemukan.
- Pola Fungsi Kesehatan ( Gordon
·
Persepsi Terhadap Kesehatan
Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya membeli obat diwarung atau
apotek. Jika pengobatan tersebut tidak
berhasil baru berobat ke puskesmas atau ke dokter.
·
Pola Aktivitas Latihan
Aktivitas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Mandi
|
√
|
|
|
|
|
Berpakaian
|
√
|
|
|
|
|
Eliminasi
|
√
|
|
|
|
|
Mobilisasi di
tempat tidur
|
√
|
|
|
|
|
Makan
|
√
|
|
|
|
|
Keterangan
:
0
: mandiri 3 :
dibantu orang lain dan alat
1
: dibantu sebagian 4 : tergantung / tak mampu
2
: perlu bantuan orang lain.
·
Pola Istirahat Tidur
Ø
Sebelum
sakit : klien tidur kurang lebih 8 jam per hari dan
tidak mengalami gangguan saat tidur.
Klien tidak pernah tidur siang.
Ø
Saat
sakit : Pola istirahat tidur sering terganggu karena
sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan batuk – batuk.
·
Pola Nutrisi Metabolik.
Ø
Sebelum
sakit : Klien makan 3 x sehari dengan
jenis makanan nasi, sayur, lauk, dan
dengan komposisi penuh. Klien minum 8
gelas per hari dan terkadang minum susu.
Ø
Saat
sakit : Pasien mengatakan mudah merasa
kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa tidak mampu dalam mengunyah
makanan, Pasien mengatakan tidak nafsu makan
·
Pola Eliminasi.
Ø
Sebelum
sakit : Eliminasi normal, BAK dan BAB tidak membutuhkan bantuan orang lain.
Ø
Selama
sakit :
BAB dan BAK klien normal, tidak mengalami diare dan tidak memerlukan
bantuan orang lain untuk eliminasi.
·
Pola Kognitif Perseptual.
Ø
Sebelum
sakit : Status mental sadar, bicara
normal dan pendengaran jelas.
Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya baik.
Ø
Selama
sakit : pasien mengatakan status mental klien sadar,
berbicara normal dan pendengaran jelas.
Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya baik.
·
Pola Konsep Diri.
Ø Sebelum
Sakit : Sebagai
seorang kakek yang mempunyai 5 buah cucu dan sering bermain dengan
cucu-cucunya yang masih kecil setiap
harinya
Ø Saat
Sakit : Berkurang dan kegiatan, aktivitasnya
terganggu.
·
Pola Koping.
Ø
Apabila
klien memiliki masalah biasanya sering bercerita dan meminta pertimbangan
kepada keluarganya.
·
Pola Seksual Reproduksi.
Ø
Sebelum
sakit : klien tidak pernah mengalami gangguan pada saat berhubungan intim
dengan istrinya.
Ø
Setelah
sakit : klien tidak pernah berhubungan intim dengan istrinya, karena sakit.
·
Pola Peran Hubungan.
Ø
Sebelum
sakit :
Klien sudah menikah, aktivitas sehari-hari klien bagus dan tidak
mengalami gangguan.
Ø
Selama
sakit : Klien sudah menikah, aktivitas
klien masih dapat dikerjakan meskipun sering merasa terganggu dengan
penyakitnya.
·
Pola Nilai dan Kepercayaan.
Ø
Klien
beragama islam, selama sakit aktivitas ibadah klien tidak mengalami gangguan.
- Pemeriksaan Fisik.
1.
Tanda –Tanda Vital
Ø
Nadi : 90x / menit. (rentang normal 60-90 x / menit)
Ø
Suhu : 37 ºC. (rentang normal 36 ºC-37 ºC)
Ø
Tekanan
darah : 110 / 70 mmHg. (rentang normal 130-70 mmHg)
Ø
Pernafasan : 30 x / menit. (16-24x / menit)
2. Keadaan umum
Ø Kesan
umum : Cukup
Ø Wajah
: Eksperesi datar
Ø Kesadaran : Composmentis
Ø Penafsiran
umum : 54 tahun.
Ø Bentuk
badan : Ideal
Ø Bicara : Pelan & lemah
Ø
Cara berbaring &
bergerak : Pasien bisa berbaring dan
bergerak secara aktif
Ø Pakaian,
kerapian, dan kebersihan badan : Serasi.
3. Kulit, Rambut, dan
Kuku.
Ø Inspeksi
·
Warna kulit :
sawo matang
·
Lesi : tidak ada
·
Jumlah rambut : agak jarang, sudah ubanan
·
Waran kuku : putih kemerahan
·
Bentuk kuku : susudt 160 º
Ø Palpasi
·
Suhu : 37 ºC.
·
Kelembapan : Tidak ada
·
Tekstur : Kasar
·
Turgor : elastisitas / mobilitas baik,
apabila dicubit maka kurang dari 2 detik akan kembali ke warna semula
·
Edema : tidak ada
4. Kepala
Ø Inspeksi
·
Kesimetrisan wajah : Simetris antara kanan & kiri
·
Tengkorak : Simetris (frontal menghadap
kedepan & Pariental menghadapkebelakang)
·
Rambut : Lurus, jumlah
rambut agak jarang, sudah ubanan.
·
Kulit kepala : tak ada lesi, tidak berketombe
Ø Palpasi
·
Kulit kepala : Tak ada nyeri tekan.
·
Deformitos : Tak ditemukan kelainan
pada tulang kepala.
5.
Mata
Ø Inspeksi
·
Tampak : Cowong
·
Bentuk bola mata :
Bulat
·
Kelopak mata
: tidak menutupi pupil dan skelera
·
Konjungtiva
: anemis
·
Skelera : Putih porcelain.
·
Kornea : Hitam berkilau, transparan, dan halus.
·
Iris : Warna coklat.
Pupil
dextra : Hitam, teratur, mengecil apabila disinari cahaya
dapat mengecil.
Sinistra : Hitam, teratur, mengecil
apabila disinari cahaya dapat mengecil.
·
Lensa : -
·
Gerakan : Kedua mata
bergerak sama pada satu arah tatapan.
·
Lapang pandang : Luas.
·
Visus : -
Ø Palpasi
·
Tekanan bola mata : tak ada nyeri tekan.
6.
Telinga
dan Hidung
Ø Inspeksi
·
Bagian luar : bersih, warna serasi seperti warna
kulit tak ada lesi.
·
Bagian dalam : bersih, tidak ada kotoran
·
Ingus :
tidak ada
·
Pendarahan : tidak ada
·
Penyumbatan : tidak ada
Ø Palpasi
·
Septum : tidak ada nyeri tekan
·
Sinus-sinus : tidak ada nyeri tekan.
7.
Mulut
Ø Inspeksi
·
Bibir : warna agak hitam, tidak
sumbing, tak ada lesi.
·
Gigi : warna putih, taka ada
tumor pada gusi, gigi masih lengkap
·
Lidah : simetris, tak ada lesi,
warna merah muda.
·
Mucosa : kering
Ø Palpasi
·
Pipi : tak ada nyeri,tak ada
lesi.
·
Palatum : tak ada pembengkakan dan
fisura.
·
Dasar mulut : tak ada pembengkakan.
·
Lidah : tak ada lesi, tak ada
nyeri tekan.
8.
Leher.
Ø Inspeksi
·
Bentuk leher : simetris.
·
Warna kulit : sama dengan warna kulit sekitarnya
(sewo matang).
·
Edema : tak ada.
·
Gerakan : flexi dan ekstensi normal.
Ø Palpasi
·
Tidak ada nyeri tekan
pada kelenjar limfe
·
Tidak ada nyeri tekan
pada kelenjar tiroid.
·
Tidak ada nyeri tekan
pada trakea.
9.
Dada
dan Paru-paru
Ø Inspeksi
·
Bentuk : normochest (anter-poster
dengan transeversal 1:2).
·
Kulit : serasi dengan warna
kulit sekitarnya.
·
Payudara : tak ada tumor.
·
Frekuensi dan Irama : irama nafas abnormal, terlihat
dispnea
Ø Palpasi
·
Benjolan / masa tidak
ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi (bunyi)’
·
Pengembangan dada : Inspirasi dan Ekspirasi sama
Ø Perkusi : terdengar
suara redup
Ø Auskultasi :
wheezing, orthopnea,
10. Jantung
Ø Inspeksi :
tak ada edeme, lesi
Ø Palpasi :
tak ada nyeri tekan pada costa 4,5 sinistra.
Ø Perkusi :
terdengar bunyi redup
Ø Auskultasi :
S1 & S2 terdengar normal (lup,dup).
11. Abdomen
Ø Inspeksi
·
Bentuk : simetris
·
Distensi : kelenturan perut normal
·
Kontur Permukaan : keriput
·
Penonjolan : tak ada
Ø Auskultasi
·
Peristaltik usus :
20x / permenit
·
Bising arteri : tak ada
·
Bising vena` : tak ada
Ø Palpasi :tak ada nyeri tekan
Ø Perkusi :terdengar bunyi
tympani.
12. Anus dan Rectum.
Ø Inspeksi : tidak
ada edema, tidak ada kemerahan (hemoroid).
Ø Palapasi : tidak
ada nyeri tekan.
13. Alat kelamin.
Ø Inspeksi : tak
ada lesi.
Ø Palpasi :
tak ada nyeri tekan.
14. Ektremitas.
Ø kekuatan
otot otot 4 4
4 4
Ø Tak
ditemukan adanya edema perifer.
Ø Ujung
jari baik kaki maupun tangan masih lengkap.
15. Pemeriksaan penunjang
Ø Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
Ø Foto rontgen dada
Ø Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Ø Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST).
Ø Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun
(alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH,
penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)
16. Program terapi
(Berdasarkan resep yang jelas
terbaca)
·
Dexametason :
Untuk mencegah reaksi alergi, menurunkan berat dan
frekwensi spasme jalan nafas.
·
Dextrometofan :
Untuk menekan batuk menetap agar hemat
energi dn pasien dapat istirahat
·
Meal planning dan
istirahat cukup
·
Megurangi beban stress,
pasien diusahakan rileks.
17. Penatalaksanaan.
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu,
hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka
serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat.
Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja
memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia,
dan atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering
mengakibatkan hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah
arteri. Cairan diberikan karena individu
dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan cairan tidak
kasat mata dengan hiperventilasi.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN.
1.
Data Fokus
Ø Data Subyektif :
·
Pasien
merneluh sesak nafas
·
Pasien
mengatakan agak susah berbicara karena jalan nafasnya agak terhambat.
·
Pola
istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam
hari dan batuk – batuk.
·
Pasien
mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa
tidak mampu dalam mengunyah makanan.
·
Pasien
mengatakan tidak nafsu makan.
·
Pasien
mengatakan agak susah bernafas.
Ø
Data
Obyektif.
·
Wheezing.
·
Orthopneu.
·
Terdapat
sputum.
·
Tidur
hanya 4 jam.
·
Mata
cowong.
·
Mucosa
kering.
·
Konjungtiva
anemis
·
Dispnea.
·
Warna
kulit pucat.
·
Frekuensi
nafas lebih dari 30x / menit.
·
Irama
nafas abnormal.
·
Pasien
sering terlihat memegangi dadanya.
2.
Analisa Data
Dx
|
Tgl
|
Sympton
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
01.08.10
|
Ds :
· Pasien merneluh sesak nafas
· Pasien mengatakan agak susah bernafas.
· Pasien mengatakan agak susah berbicara karena jalan
nafasnya agak terhambat.
Do :
· Wheezing.
· Orthopneu.
· Terdapat sputum.
|
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
|
Asma
|
2
|
01.08.10
|
Ds :
·
Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah maka nan
dan merasa tidak ma mpu dalam mengunyah makanan.
·
Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
·
Do :
· Mucosa kering
· Konjungtiva pucat.
|
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
|
Tidak
mampu dalam memasu kkan makanan.
|
3
|
01.08.10
|
Ds :
·
Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas
pada malam hari dan batuk – batuk.
Do :
· Tidur hanya 4 jam / hari
· Mata agak cowong.
· Konjungtiva anemis
|
Gangguan Pola Tidur
|
Napas pendek
|
4
|
01.08.10
|
Ds :
· Pasien megneluh sesak nafas
· Pasien mengatakan agak susah bernafas.
Do :
·
Pasien sering terlihat meme gangi dadanya.
|
Nyeri Akut
|
Agen Cidera Biologis
|
3.
Prioritas
Masalah
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan asma.
2.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak
mampu dalam memasu kkan, mencerna
mengabsorsi ma kanan.
3.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologi
4.
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan napas pendek.
C.
RENCANA INTERENSI
No. Dx
|
Tgl
|
Tujuan (NOC)
|
Tindakan (NIC)
|
Rasional
|
1
|
01.
08.
10
|
Setelah
dilakukan Askep selama 3x24 jam jalan nafas menjadi efektif degan kriteria :
-
tidak ada sekresi
lender
-
Respirasi 18-20
x/menit
-
Tidak ada retraksi
otot bantu bantu dada
|
-
Melatih batuk efektis
-
Vibrasi
-
Berikan air hangat
-
Anjurkan banyak minum
air
|
-
Dengan melatih batuk
efektif dan vibrasi dapat menghilangkan sekresi lendir
-
Dengan pemberian air
hangat anjurkan banyak minum secret menjadi encer berupa derajat spasme
bronkus terjadi dengan obstruksi nafas dan dapat dimanifestasikan adanya
bunyi nafas
-
|
2
|
01.
08.
10
|
Setelah
dilkukan askep selama 3x24 kebutuhan
nutrisi terpenuhi dan kriteria
-
BB naik
-
Nafsu makan naik
|
-
Kaji kebiasaan diet,
evaluasi BB dan ukuran tubuh
-
Berikan makan porsi
keciltapi sering
-
Timbang BB
-
Konsultasi denganahl
gizi / tim medis yang lain
-
Berikan oral care
secara teratur
|
-
Pasien distress
pernafasan sering muntah karena produksi spuntum dan obat
-
Meningkatkan masukan
kalori, menurunkan kelemahan. Untuk menentukan kebutuhan kalori di dasarkan
pada kebutuhan individu
-
Rasa tak enak mau
mencegah nafsu makan dan membuat mual dan muntah denganpeningkatan kesulitan
nafas
|
3
|
01.
08.
10
|
Asuhan
keperawatan selama 3x24 jam nyeri akan hilang dengan criteria hasil :
- Nyeri pasien
terkontrol
- Aktivitas pasien
meningkat,
-Pasien bisa
istirahat
|
-
Berikan tindakan
nyaman (perubahan posisi, latihan nafas)
-
Menekan dada selama
batuk
-
|
-
Menghilangkan
ketidaknyamanan
-
Mengontrol
ketidaknyamanan dada sementara
-
Meningkatkan
keefektifan paya batuk
-
|
4
|
01.
08.
10
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama 3 x24 jam, tidur menjadi nyaman dengan kriteria :
-
Kelelahan dan
kelemahan menurun
-
Aktivitas meningkat
-
Tidur menjadi nyaman
|
-
Jelaskan pentingnya
istirahat da perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
-
Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk istirahat / tidur
-
Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan
-
Bantu posisi tidur
semi fowler (1/2 duduk)
|
-
Tirah baring
diperlukan unuk menurunkan kebutuhan metaolik, meghemat energi
-
Pasein mungkin nyaman
dengan kepala tinggi / menunduk ke depan meja atau bantal, mungkin nyaman
tidur di kursi
-
Meminimalkan
kelelahan dan membantu keseimbangan suplay kebutuhan O2
-
Posisi semi fowler
akan mempermudah pernafasan. Orang yang distress berat akan mencari posisi
yang paling nyaman untuk dapat bernafas
|
D. IMPLEMENTASI
No.Dx
|
Tgl
|
Tindakan
|
Respon
|
1
|
01-
08-2010
|
-
Melatih batuk efektif
-
Vibrasi
-
Berikan air hangat dan anjurkan banyak minum. Auskultasi
bunyi nafas.
-
Pertahankan keadaan
lingkungan minimum
|
- bisa megeluarkan secret (sering dan
berwarn putih dan agak encer)
- pasien bisa bernafas normal
20 x/menit
|
2
|
02-
08-2010
|
-
Kaji kebiasaan diet,
evaluasi BB dan ukuran tubuh
-
Berikan makan porsi
kecil tapi sering
-
Timbang BB
-
Konsultasi dengan
ahli gzi/tim medis yang lain
-
Berikan oral care
|
-
nafsu makan meningkat
4x1 (setengah porsi habis)
|
3
|
03-
08-2010
|
-
Berikan tindakan nyaman (perubahan posisi, latihan nafas)
-
Menekan dada selama
nafas berlangsung
|
-
saat batuk, dada tidak begitu nyeri, pasien nyaman denganposisi semi
fowler
|
4
|
04- 08-2006
|
-
jelaskan pentinya
istirahat dan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
-
Bantu memilih posisi nyaman untuk tidur atau istirahat
- Bantu aktivitas perawatan diri
yang diperlukan
|
-
tidur nyaman,jarang
terbangun
|
E.
EVALUASI
Tgl
|
NO.Dx
|
Catatan
Perkembangan
|
Paraf
|
04-08-10
|
1
|
S : Saya merasa lea dan bisa
bernafas (setelah diberi air hangat)
Sering mengeluarkan secret (setelah
vibrasi dan latihan batuk efektif)
O
: Pasien bernafas 22 x/menit
Sekret warna putih agak encer
A : Tujuan
tercapai sebagian
P : Lanjutkan perawatan melebarkan
jalan nafas
|
|
|
2
|
S : Saya ingin
makan terus tapi tidak habis
O : Makan 4 x 1
(setengah porsi)
A : Tujaun
tercapai sebagian
P
: Pantau menu pasien dan lanjutkan
pengobatan
|
|
|
3
|
S : Saya merasa
nyeri dada
O : Tangan diletakkan di atas
dada, pasien terlihat mengernyitkan
dahi dan mengaduh
A : Tujuan
tercapai sebagian
P : Kaji ulang tindakan untuk
menghilangkan rasa nyeri dan lanjutkan pengobatan
|
|
|
4
|
S : Saya nyaman
dnegan posisi tidur semi fowler
O : Wajah tampak
segar, nafas normal
A : Tujuan
tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Suratno
. 2007.penyakit asma .
(www. Info-sehat.Com).31 Desember 2007.
Ø
Priharjo
Robert, 2006, Pengkajian fisik
keperawatan, EGC, jakarta,
Ø
Santosa
Budi, 2005-2006, panduan diagnosa
keperawatan nanda, Prima medika.