MAKALAH PENYAKIT PNEUMONIA

Selasa, 09 Oktober 2012


MAKALAH TENTANG PENYAKIT PNEUMONIA


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
KEPERAWATAN DEWASA II (KMB)
SEMESTER III

Dosen Pengampu : Arif Rohman Mansur S. Kep, Ns.








Disusun Oleh :
Satya Putra Lencana
M11.01.0015



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2012



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir. Lansia individu, bagaimanapun, berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait. Karena beban yang sangat tinggi penyakit di negara berkembang dan karena kesadaran yang relatif rendah dari penyakit di negara-negara industri, komunitas kesehatan dunia telah menyatakan untuk 2 November Hari Pneumonia Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan terhadap penyakit.  Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi mereka 75 tahun lebih dari usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40% individu yang membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit antara 5-10% diterima ke unit perawatan kritis. Demikian pula, angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-individu ini juga lebih cenderung memiliki episode berulang dari pneumonia. Orang-orang yang dirawat di rumah sakit untuk alasan apapun juga berisiko tinggi untuk pneumonia. Pneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah stroke yang menyulitkan penyembuhan pasien. Insidens yang tinggi dari pneumonia nosokomial merupakan masalah yang sering terjadi di rumah sakit.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu pneumonia?
2.      Mengapa sesorang bisa terkena pneumonia?
3.      Apa yang menyebabkan seseorang terkena pneumonia?
4.      Bagaimana tanda serta gejala dari pneumonia?
5.      Bagaimana Asuhan Keperawatan serta diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus pneumonia?

C.    TUJUAN

1.      Untuk menjelaskan apa itu Pneumonia
2.      Untuk menjelaskan penyebab penyakit Pneumonia, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam tubuh.
3.      Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien Pneumonia.
4.      Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan utamanya terhadap penderita Pneumoia

D.    MANFAAT

  1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan khususnya pneumonia
  2.  Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan pneumonia dan penatalaksanaan masalah keperawatan
  3.  Dengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal terhadap tanda dan gejala yang berhubungan dengan Pneumonia.




BAB II
LANDASAN TEORI

A.    DEFINISI

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.
Pneumonia adalah infeksi atau radang yang cukup serius pada paru-paru. Dari jenis-jenis pneumonia itu ada yang spesifik/khusus yang disebut dengan tuberkulosis atau tbc atau Tb, yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosa. Jenis yang lain, adalah SARS yang adalah pneumonia akibat -sampai hari ini- virus.
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit).
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis, adalah pun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasa.
( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997)
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.

B.     TANDA DAN GEJALA

  •  Batuk nonproduktif
  • Ingus (nasal discharge)
  • Suara napas lemah
  • Retraksi intercosta
  • Penggunaan otot bantu nafas
  • Demam
  • Ronchii
  • Cyanosis
  • Leukositosis
  • Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
  • Batuk
  • Sakit kepala
  • Kekakuan dan nyeri otot
  • Sesak nafas
  • Menggigil
  • Berkeringat
  • Lelah.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan muntah - kekakuan sendi.
Secara umum dapat dibagi menjadi :
Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

C.      ETIOLOGI

 Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
Etiologi:
·         Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus
·         Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
·         Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini
·         Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
·         Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:
·         Virus sinsisial pernafasan
·         Hantavirus
·         Virus influenza
·         Virus parainfluenza
·         Adenovirus
·         Rhinovirus
·         Virus herpes simpleks
·         Sitomegalovirus.
·         Virus Influensa
·         Virus Synsitical respiratorik
·         Adenovirus
·         Rubeola
·         Varisella
·         Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
·         Pneumococcus
·         Streptococcus
·         Staphilococcus
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus sinsisial pernafasan - adenovirus - virus parainfluenza dan - virus influenza.
Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun.

D.      PATHOFISIOLOGI

 Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

E.       PATHWAY



























F.       PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
PENGOBATAN

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
  • Oksigen 1-2 L/menit.
  • IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
  • Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
  • Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :
  • Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
  • Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberia
  • Untuk kasus pneumonia hospital base :
  • Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
  • Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. 

G.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

  • Gangguan petukaran gas
  • Bersihan jalan napas tidak efektif
  • Gangguan pola napas
  • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  • Isomnia
  • Intoleransi aktivitas
  • Hipertermi


H.      NOC

Ø Respiratory status
1.         Tidak ada sianosis dan dyspneu
2.         Pasien mampu bernafas dengan mudah
3.         Tidak ada pursed lips
4.         Menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
5.         Tanda tanda vital dalam rentang normal

Ø Respiratory status : airway patency
1.         Pasien tidak mengeluh sesak napas
2.         Pasien bisa mengeluarkan dahak dengan batuk yang efektif
3.         Mulut tidak terlihat sianosis
4.         RR dalam rentang normal

Ø Respiratory status : ventilation
1.         Pasien tidak sesak nafas
2.         Tidak menggunakan otor bantu pernafasan
3.         Fase ekspirasi dan inspirasi dalam rentang normal
4.         Tidak ada retraksi dada

Ø  Nutritional status
1.         Peristaltik usus dalam rentang normal
2.         Asupan makanan adekuat
3.         Asupan cairan seimbang
4.         Asupan nutrisi dalam rentang normal
5.         Berat badan dalam batas normal

Ø  Sleep
1.      Pasien tidak mengeluh susah tidur
2.      Jam tidur pasien dalam rentang normal
3.      Pola tidur pasien tidak terganggu

Ø  Thermoregulation
1.         Suhu tubuh dalam rentang normal
2.         Nadi dan RR dalam rentang nomal
3.         Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

I.         NIC

Ø  Respiratory Monitoring
1.         Monitor Frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan
2.         Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahandan retraksi otot intracosta
3.         Monitor pernafasan hidung
4.         Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, hiperventilasi
5.         Palpasi ekspansi paru
6.         Monitor hasil rongen
7.         Auskultasi suara pernafasan

Ø  Airway Management
1.      Buka jalan nafas
2.      Gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
3.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4.      Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
5.      Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6.      Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
7.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8.      Monitor respirasi dan status O2
9.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
10.  Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
11.  Pasang mayo bila perlu
12.  Lakukan suction pada mayo

Ø  Airway Management
1.         Buka jalan nafas
2.         Gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
3.         Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4.         Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
5.         Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6.         Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
7.         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8.         Monitor respirasi dan status O2
9.         Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
10.     Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
11.     Pasang mayo bila perlu
12.     Lakukan suction pada mayo

Ø  Nutrition Management
1.      Kaji adanya alergi makanan
2.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukkan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3.      Monitor julkah nutrisi dan kandungan kalori
4.      Berikan makanan yang terpilih yang disukai pasien
5.      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Ø  Sleep enhancement
1.      Monitor pola tidur dan jam tidur pasien
2.      Sesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, tempat tidur
3.      Tentukan jam tidur pasien

Ø  Temperature regulation
1.      Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2.      Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
3.      Monitor TD, nadi dan RR
4.      Monitor warna dan suhu kulit
5.      Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotemi
6.      Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7.      Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
8.      Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan, akibat panas
9.      Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dan kedinginan
10.  Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
11.  Ajarkan indikasi dari hipertemi dan penanganan yang diperlukan
12.  Berikan ant pireti jika perlu





BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.K DI BANGSAL MELATI DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RSUD MADANI YOGYAKARTA

Ny. K sudah 2 hari yang lalu mengeluh  sesak napas batuk susah mengeluarkan dahak, dari pemeriksaan perawat diperoleh data : suhu tubuh 37, TD 120/90 mmHg, RR 30, auskultasi suara paru ronchy, terlihat menggunakan otot bantu pernafasan, setelah di rontgen thorax photo menunjukkan filtrasi melebar.

A.      PENGKAJIAN

IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS KELUARGA
No Rek                  : 12345
Tanggal masuk    : 5 Desember 2011
Nama                     : Ny. K
Alamat                   : wonosari
Usia                        : 50 tahun
Jenis Kelamin        : laki-laki
Status                     : kawin
Pendidikan            : SMA
Agama                   : islam

Nama                     : Tn. A
Alamat                  : wonosari
Usia                       : 58 th
Jenis Kelamin       : Perempuan
Status                    : kawin
Pendidikan           : SMA
Agama                   : islam
Hubungan dg Pasien : suami


Keluhan utama :
Pasien mengeluh sesak napas

Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh sesak napas, pada saat batuk susah mengeluarkan dahak. Dibawa ke Rumah Sakit Madani Yogyakarta pada tanggal 10 Desember jam 08.00. setelah dilakukan tindakan keperawatan didapat data suhu tubuh 37, TD 120/90 mmHg, RR 30x/mnt, nadi 90x/mnt, auskultasi suara paru ronchy, terlihat menggunakan otot bantu pernafasan, terlihat fase ekspirasi memanjang saat bernafas, mulut sianosis
Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien pernah menderita demam typhoid dan dirawat di RS Sarjito Yogyakarta.

Riwayat kesehatan keluarga :
Ayah pasien menderita hipertensi, tidak ada riwayat DM

Riwayat alergi :
Pasien tidak mengalami alergi makanan atau obat-obatan.
Genogram
 

                                                                                    Ket :
                                                                                              Pasien perempuan
                                                                                                Laki laki meninggal
                                                                                                Laki laki hidup
                                                                                                Perempuan hidup
 



Pola Fungsi Yang Bermasalah
a.        Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan:
·         Tingkat pengetahuan kesehatan atau penyakit
Pasien mengatakan “saya sudah mengetahui tentang penyakit yang saya derita ini”
·         Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
pasien mengatakan “jika merasa sesak napas, saya langsung duduk sebentar hingga rasa sesak hilang”
·         Faktor faktor yang sehubungan dengan kesehatan
pasien mengatakan saya sering bekerja sampai larut malam hingga kelelahan.
b.      Pola aktivitas dan latihan
·         Sebelum sakit
Aktivitas
0
1
2
3
4
Makan




Mandi




Berpakaian




Eliminasi




Mobilisasi ditempat tidur




Berpindah




Ambulansi




Naik Tangga





Keterangan :
0                    : mandiri
1                    : dibantu sebagian
2                    : dibantu orang lain
3                    : dibantu orang dan alat
4                    : Ketergantungan/tidak mampu

·         Selama Sakit
Aktivitas
0
1
2
3
4
Makan




Mandi




Berpakaian




Eliminasi




Mobilisasi ditempat tidur




Berpindah




Ambulansi




Naik Tangga
-
-
-
-
-
Keterangan :
0                    : mandiri
1                    : dibantu sebagian
2                    : dibantu orang lain
3                    : dibantu orang dan alat
4                    : Ketergantungan/tidak mampu
c.       Pola Eliminasi

pasien mengatakan “sebelum sakit saya tidak pernah terganggu pola BAB dan BAK, tidak pernah mengalami kesulitan BAB dan BAK.
pasien mengatkan “selama sakit  saya tidak ada masalah pada pola BAB dan BAK.
·         Sebelum sakit


·         Selama sakit

d.      Pola Nutrisi-Metabolik
Pasien mengatakan “ saya makan 3 x sehari dengan porsi penuh dengan lauk ikan, tempe, telur & kuah sop kadang juga pakai daging ayam dan saya makan selalu habis sering juga untuk menambah lagi dan saya minum air putih sekitar 10 gelas seharinya ”.
Sebelum sakit


Selama sakit


Pasien mengatakan “saya jarang makan di karenakan tidak nafsu makan, terkadang saya makan hanya sekali saja dalam sehari dan tidak habis dengan lauk  ayam goreng, telur rebus, kuah sop sapi, minumnya tidak ada perubahan sekitar 10 gelas / harinya”.
e.  Pola istirahat-tidur

Pasien mengatakan  “ saya biasanya  tidur pukul 10 malam dan terbangun pada pukul 5 atau setengah 6, dan tidur saya pulas/puas tanpa ada gangguan pola tidur atau pun cemas karena fikiran ”.
Sebelum sakit :



Selama sakit :
Pasien mengatakan “ ketika saya tidur, terkadang sesak napas tiba-tiba dan batuk, saya jadi terbangun dan susah untuk tidur lagi, kira-kira saya tidur sehari selama 2 jam saja dan tidak pernah tidur siang ”.

f.       Pola Kognitif Perseptual


“pasien mengatakan “saya mampu berkomunikasi dengan baik dan mengerti apa yang dibicarakan, serta mampu merespon dan bersosialisasi dengan baik.
pasien mengatakan “ saya masih bisa berkomunikasi dengan baik, dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik ketika ditanya oleh petugas rumah sakit.
·         Sebelum sakit



·         Selama sakit

g.      Pola Konsep diri
·           Gambaran diri
Pasien mengatakan” saya senang dengan anggota tubuh saya,meskipun saya terlihat gemuk.”
·           Identitas diri
Pasien mengatakan”saya bersyukur diciptakan sebagai perempuan dan saya bangga pada diri saya karna sudah mampu melahirkan 3 orng ank.”
·           Peran diri
Pasien mengatakan”saya berperan dirumah sebangai ibu rumah tangga yang mengurus 3 orang ank dan 1 suami.”
·           Ideal diri
Pasien mengatakan harapan saya sebagai seorang istri harus dapat mengurus 3 org anak dan seorang suami.
·           Harga diri
Pasien mengatakan “saya sebagai ibu rumah tangga senang karena memiliki seorang suami yang menghargai saya “

h.      Pola toleransi stress-koping


pasien mengatakan “jika saya ada masalah selalu menceritakan masalah saya kepada keluarga dan tidak pernah menyembunyikan masalah”

pasien mengatakan “saya masih  selalu menceritakan masalah saya kepada keluarga dan tidak pernah menyembunyikan masalah walaupun dalam keadaan sakit”
·         Sebelum sakit



·         Selama sakit

i.        Pola Reproduksi-seksualitas
Tidak dikaji (pasien menolak)
j.        Pola hubungan peran


Pasien mengatakan “ hubungan saya dengan keluarga saya baik-baik saja dan saya tidak merasa di kucilkan dari keluarga serta masyarakat sekitarnya ”.
Pasien mengatakan “ hubungan saya sama keluarga dan masyarakat disekitar  masih baik-baik saja tidak ada rasa saya di kucilkan dari orang-orang malahan teman dan kerabat banyak yang mendo’akan saya agar cepat sembuh ”.
·         Sebelum sakit



·         selama sakit

k.      Pola nilai dan keyakinan


pasien mengatakan “saya ibadah tidak rutin, terkadang hanya magrib yang dilaksanakan”

pasien mengatakan “selama sakit saya tidak pernah melakukan ibadah dikarenakan sering sesak jika bergerak”.
·         Sebelum sakit


·         Selama sakit

B.       PEMERIKSAAN FISIK

1.      PENAMPAKAN UMUM
Keadaan umum
Sedang
Kesadaran
Composmentis
GCS
15       E : 4
V : 5
M : 6 
TD : 120/90 mmHg
Suhu : 37°C
RR : 30x/mnt
Nadi : 90x/mnt
Skala Nyeri
1

2.      Kepala dan leher
a.    Rambut

·      Inspeksi : Rambut lurus, beruban, sedikit berketombe.
·      Palpasi : Rambut halus ,lembut .
b.      Mata

·      Inspeksi : Bentuk mata simetris,sklera tidak ikterik, ada reaksi pupil ketika di beri cahaya, palpebra menghitam (terlihat sembab), konjungtiva tidak anemis.
·      Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kedua bola mata dan tidak ada masa.
c.       Telinga


·      Inspeksi : Bentuk telinga kiri & kanan simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen yang abnormal.
·      Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan prosesus mastoideus
d.      Hidung

·      Inspeksi : Lubang hidung simetris,tidak terdapat lesi, pernapasan cuping hidung.
·      Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung ,tidak terdapat masa maupun polip.
e.       Mulut

·      Inspeksi : Tidak ada lesi, bibir simetris, tidak ada stomatitis &tonsilitis, tidak terdapat sariawan, mulut sianosis .
·      Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada palatum & tidak ada pembengkakan.
f.       Leher
·      Inspeksi : Tidak ada lesi, gerakan rotasi dan fleksi rentang normal, vena juguralis tak terlihat
·      Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat masa.
3.      DADA
·         Inspeksi

·         Palpasi



·         Perkusi

·         Auskultasi
dada cekung (retraksi intercosta),

Tidak ada nyeri tekan, pengembangan ekspansi dada dari inspirasi maupun ekspirasi tidak  simetris,tidak terdapat masa.

Terdengar bunyi sonor pada dada,  

suara napas ronchi.
4.      Jantung
·         Inspeksi

·         Palpasi

·         Perkusi

·         Auskultasi

Ictus cordis tak terlihat di intracosta ke 5 mid clavicula sinistra
Ictus cordis teraba,tidak ada  nyeri tekan
  
Perkusi jantung redup

Suara I dan suara II terdengar bunyi lub dub lub dub dalam rentang normal.
5.      Abdomen

perut kelihatan kecil, tidak ada tanda-tanda inflamasi, Tidak ada lesi, elastisitas kulit dalam rentang normal,tidak terdapat benjolan.

suara usus hiperperistaltik 40x/mnt

nyeri tekan pada abdomen .tidak terdapat masa ,pada area appendix atau pada kuadran atas / bawah tidak ada nyeri tekan.

perkusi abdomen timpani
·         Inspeksi



·         Auskultasi

·         Palpasi



·         Perkusi
6.      Inguenal dan genetalia
Tidak dikaji (pasien menolak)
7.      Ekstremitas
·         Inspeksi
Tidak terdapat lesi pada ektremitas pada atas & bawah ,tidak terjadi patah tulang.
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada kedua tangan dan kaki, akral terasa hangat , tidak ada edema.
·         Kekuatan otot
       4        4
                             4        4

C.      TERAPI OBAT

1.    Sefotoksim           : 2x1
2.    Amikasin              : 2x1
3.    O2                                 : 2L/mnt
4.    Infus NaCl 0,9%  : 3x1

D.      DATA FOKUS

Data Subjektif
Data  Obyektif
·         Pasien mengeluh sesak napas, pada saat batuk susah mengeluarkan dahak
·         Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
·         Pasien mengatakan “saya kurang bisa tidur karna sesak nafas”
·         RR 30x/mnt
·         auskultasi suara paru ronchy
·         terlihat menggunakan otot bantu pernafasan
·         pernapasan cuping hidung
·         dada cekung
·         Fase ekspirasi terlihat memanjang
·         hiperperistaltik 40x/mnt
·         palpebra menghitam (terlihat sembab)
·         Nyeri tekan pada abdomen
·         Mulut terlihat sianosis


E.       ANALISA DATA

Symtom
Etiologi
Problem
Ds :
·         Pasien mengeluh sesak napas pada saat batuk susah mengeluarkan dahak
Do : 
·         auskultasi suara paru ronchy
·         Mulut terlihat sianosis
·         RR 30 x/mnt
Sputum dalam jumlah berlebihan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Ds :
·         Pasien mengeluh sesak nafas
Do :
·         Fase ekspirasi terlihat memanjang
·         terlihat menggunakan otot bantu pernafasan
·         pernapasan cuping hidung
·         dada cekung
Hiperventilasi
Ketidakefektifan pola nafas
Ds :
·         Pasien mengatakan nafsu makan berkurang

Do :
·         hiperperistaltik 40x/mnt
·         nyeri tekan pada daerah abdomen
Faktor psikologis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ds :
·         Pasien mengatakan “saya kurang bisa tidur karna sesak nafas”
Do :
·         Palpebra menghitam (terlihat sembab)
Ketidaknyamanan fisik (sesak napas)
Insomnia

F.       DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.      Ketidak efektifan pola nafas b/d hiperventilasi
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor psikologis
4.      Insomnia b/d ketidaknyamanan fisik (sesak napas)

F.       PERENCANAAN NIC DAN NOC

Hr/tgl
jam
No Dx
NOC/ tujuan
NIC /  intervensi
Ttd
10 des 2011
08.00
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Respiratory status : ventilation-0403
·         Pasien tidak mengeluh sesak napas
·         Pasien bisa mengeluarkan dahak dengan batuk yang efektif
·         Mulut tidak terlihat sianosis
·         RR dalam rentang normal

Airway Management
·         Buka jalan nafas
·         Gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·         Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·         Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·         Lakukan fisioterapi dada bila perlu
·         Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
·         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan



2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan pola nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Respiratory Status-0415
·         Pasien tidak sesak nafas
·         Tidak menggunakan otor bantu pernafasan
·         Fase ekspirasi dan inspirasi dalam rentang normal
·         Tidak ada retraksi dada
Respiratory Monitoring
·         Monitor Frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan
·         Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahandan retraksi otot intracosta
·         Monitor pernafasan hidung
·         Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, hiperventilasi
·         Palpasi ekspansi paru
·         Monitor hasil rongen
·         Auskultasi suara pernafasan



3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Nutitional status-1004
·         Peristaltik usus dalam rentang normaL
·         Asupan makanan adekuat
·         Asupan cairan seimbang
·         Asupan nutrisi dalam rentang normal
·         Berat badan dalam batas normal
Nutrition Management
·         Kaji adanya alergi makanan
·         Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukkan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
·         Monitor julkah nutrisi dan kandungan kalori
·         Berikan makanan yang terpilih yang disukai pasien
·         Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition monitoring
·         Monitor BB pasien
·         Monitor makanan kesukaan pasien
·         Monitor mual dan muntah



4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Insomnia dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Sleep-0004
·         Pasien tidak mengeluh susah tidur
·         Jam tidur pasien dalam rentang normal
·         Pola tidur pasien tidak terganggu
Sleep enhancement
·         Monitor pola tidur dan jam tidur pasien
·         Sesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, tempat tidur)
·         Tentukan jam tidur pasien


G.    IMPLEMENTASI

Hari/ tgl
Jam
No Dx
Tindakan
Respon
Paraf
10 des 2011


































































































11 des 2011
08.00

08.15




08.20






08.30




09.30






11.00





11.15

1130

12.00


12.30





14.00





16.00




















20.15


21.00










21.30








12.05



06.30





07.00
1

1




1

1




1




1






2





2

1,2

1


3





1





2








2

3




2




4


4


4



1



3
Menganamnesa Pasien

Memasang Infus NaCl

Mengukur TTV


Memberikan injeksi sefotaksim melalui IV
Memposisikan pasien pada posisi semi fowler



Membuka jalan nafas pasien dengan teknik jaw trusth


Menganjurkan pada pasien perlunya alat bantu pernafasan dan memasang oksigen



Memantau pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot bantu pernapasan


Melakukan tindakan palpasi ekspansi paru
Melakukan tindakan auskultasi suara napas
Mengukur TTV


Menyarankan kepada pasien untuk makan dan
Memberikan pasien makan siang dengan menu tinggi protein, bernutrisi dan berkalori.
Melakukan tindakan mengeluarkan sputum dengan batuk efektif



Memantau pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan





Mengganti cairan infus NaCl
Memonitor Hasil rongen



Melakukan tindakan auskultasi suara paru dan palpasi ekspansi paru

Mengukur TTV

Memberikan makanan yang terpilih yang disukai pasien
Memberikan injeksi sefotaksim melalui IV

Menanyakan pola tidur dan jam tidur pasien

Menyesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, tempat tidur)




mengatur cahaya lampu (redup), mengatur suhu ruangan  sesuai kebutuhan pasien.
Menentukan jam tidur pasien



Memberikan informasi kepada pasien untuk tidur dengan posisi semi fowler
Mengganti cairan Infus

Mengukur TTV



Memberikan pasien sarapan pagi dengan menu tinggi protein, nutrisi dan kalori.


Ds : Pasien mengatakan sesak napas
Do : terpasang infus NaCl 20tpm
Do : suhu 37, Nadi 90 x/mnt TD 110/80mmHg RR 30x/mnt
DO : sefotaksim 100 mg melalui selang infus.
Ds : pasien mengatakan masih sesak
Do : terlihat masih menggunakan otot bantu pernafasan
Ds : pasien mengatakan “saya masih sesak napas”
Do : terlihat ekspirasi lebih dalam
Ds : pasien mengatakan “saya mau dipasang alat bantu pernapasan”
Do : terpasang alat bantu napas kanul binasal 2L/menit

Do : Ekspirasi memanjang, dada tidak simetris, masih menggunakan otot bantu pernafasan

Do : ekspirasi memanjang
Do : suara napas roncy

Do : suhu 36,9 TD 120/80mmHg, nadi 80x/mnt, RR 28x/mnt
Ds : pasien mengatakan “saya tidak nafsu makan”
Do : pasien makan menghabiskan hanya  2/3 porsi.
Ds : pasien mengatakan “senang ketika dahak dikeluarkan, walaupun rasanya masih ada”
Do : sputum keluar, warna putih kental.
Ds : pasien mengatakan sesak berkurang walaupun biasanya kambuh pada malam hari
Do : dada masih tidak simetris, pasien masih  menggunakan otot bantu pernafasan
Do : Infus terpasang NaCl 20tpm
Do : bagian paru terlihat radiopaque pada poto rongen dan filtrasi melebar

Do : suara paru sonor, ekspirasi masih memanjang


DO : S: 37,5o TD : 120/90 mmHg RR: 26x/mnt N : 98x/mnt.
DO : pasien makan dengan nasi+sup+telur

DO : sefotaksim 100 mg melalui selang infus.

DS : Pasien mengatakan biasanya tidur jam 10 malam.
DS : pasien mengatakan tidak bisa tidur dalam keadaan terang dan panas
DO : pasien terlihat risih dengan pencahayaan di ruangan kamarnya.
DO : lampu di setting redup dan suhu kamar disesuaikan

DO : meminta pasien tidur jam 22.00.
DS : pasien mengatakan ‘’saya akan tidur jam 22.00’’
Ds : Pasien mengatakan “saya akan tidur dengan 3 bantal”

Do : terpasang cairan infus NaCl 20tpm
Do : suhu 36,7 Nadi 80x/mnt, TD 120/80mmHg, RR 26x/mnt
Ds : pasien mengatakan “tidak ada nafsu makan”
Do : Pasien tidak menghabiskan makanannya, pasien hanya makan 2/3 porsi


H.    EVALUASI

Tgl/hari
Jam
No Dx
Catatan perkembangan
Ttd
11 des 2011
07.00
1





S : pasien mengatakan  senang ketika dahak dikeluarkan, walaupun rasanya masih ada, pasien masih mengeluh sesak nafas
O : Pasien masih menggunakan otot bantu pernafasan, ekspirasi memanjang, RR 26xmnt
A : Tujuan belum tercapai ( pasien masih mengeluh sesak napas, masih menggunakan otot bantu pernafasan, ekspirasi masih memanjang RR26x/mnt)
P :  lanjutkan  intervensi
Airway Management

11 des 2011
07.00
2
S : Pasien mengatakan sesak berkurang walaupun biasanya kambuh pada malam hari
O : suara paru sonor, dada tidak simetris, pasien masih  menggunakan otot bantu pernafasan
A : Tujuan belum tercapai (masih sesak napas, masih menngunakan otot bantu pernafasan, dada tidak simetris)
P :  Lanjutkan Intervensi
Respiratory Monitoring

11 des 2011
07.00
3
S : pasien mengatakan “saya tidak nafsu makan”
O : pasien hanya mampu menhabiskan 2/3 porsi makanan
A : Tujuan belum tercapai (pasien tidak nafsu makan,hanya menghabiskan 2/3 porsi)
P : lanjutkan Intervensi
Nutrition Management

11 des 2011
07.00
4
S : pasien mengatakan tidak bisa tidur dalam keadaan terang dan panas
O : pasien terlihat risih dengan pencahayaan di ruangan kamarnya.
A :   tujuan belum tercapai (pasien mengatakan “saya tidak bisa tidur”, pasien terlihat risih)
P :    lanjutkan intervensi
Sleep enhancement













BAB IV
PENUTUP


A.    KESIMPULAN

Setelah kami membahas makalah mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien pneumonia, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam makalah menyatakan bahwa pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alfeoli dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radiasi


B.     SARAN

v  Saran untuk mahasiswa :
a.       Untuk mahasiswa yang baru mengenal tentang penyakit pneumonia sebelum melakukan tindakan haruslah mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum ke pasien, dan jangan lupa memakai alat perlindungan diri seperti handscoun atau masker.
b.      Jika tidak mengerti atau tidak memahami tindakan-tindakan pada kasus pneumonia hendaklah bertanya, agar tidak ada kesalahpahaman dalam melakukan tindakan karena ini menyangkut pasien pneumonia
v  Saran untuk kampus/dosen:
a.       Sebelum mahasiswa dibebaskan kelahan praktek, hendaklah dosen dapat memastikan bahwa mahasiswa menguasai prasat-prasat yang ditargetkan seperti tindakan-tindakan pada kasus pneumonia agar mahasiwa memiliki bekal terlebih dahulu sebelum kelahan praktek.
b.      Dosen hendaklah tetap membimbing mahasiswa agar lebih memahami tentang konsep pneumonia


v  Saran untuk RS :
a.       Diharapkan untuk tetap dan selalu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, karena pasien butuh kenyamanan dirumah sakit jadi buatlah pasien merasa senyaman mungkin, dengan pelayanan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dirumah sakit
b.      Lingkungan rumah sakit haruslah tetap bersih dan rapi, karena ini salah satu faktor menentukan kenyamanan pasien dirumah sakit.




. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011 NANDA. Jakarta : EGC
Johnson, M., & Maas,M. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis: Mosby
McCloskey, J.C., & Bulechek, M.C. Nursing Intervention Classification (NIC).
St. Louis: Mosby


















Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Your comment here

Radio Rodja 756AM

Last Detik News

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Satya Excel Site - ساتيا ممتاز - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger