Selamat datang di Satya Excel Site
Selamat datang di Satya Excel Site, situs pribadi yang dirintis dengan tujuan berbagi pengalaman dan berbagai ilmu pendidikan. Selamat surfing dan gali segala informasi.

Current Time

Ingat Angkringan, Ingat Jogja Istimewa...

Minggu, 01 Februari 2015

Angkringan (berasal dari bahasa Jawa ‘Angkring’ yang berarti duduk santai) adalah sebuah gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Di Solo dikenal sebagai Warung HIK (“Hidangan Istimewa ala Kampung”) atau Wedangan. Gerobag angkringan biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hari, ia mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir, dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.

Sejarah angkringan di Jogja merupakan sebuah romantisme perjuangan menaklukan kemiskinan. Angkringan di Yogjakarta dipelopori oleh seorang pendatang dari Cawas, Klaten bernama Mbah Pairo pada tahun 1950-an. Cawas yang secara adminstratif termasuk wilayah Klaten Jawa Tengah merupakan daerah tandus terutama di musim kemarau. Tidak adanya lahan subur yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup, membuat Mbah Pairo mengadu nasib ke kota. Ya, ke sini, ke Yogyakarta.

Mbah Pairo bisa disebut pionir angkringan di Yogjakarta. Usaha angkringan Mbah Pairo ini kemudian diwarisi oleh Lik Man, putra Mbah Pairo sekitar tahun 1969. Lik Man yang kini menempati sebelah utara Stasiun Tugu DIY sempat beberapa kali berpindah lokasi. Seiring bergulirnya waktu, lambat laun bisnis ini kemudian menjamur hingga pada saat ini sangat mudah menemukan angkringan di setiap sudut Kota Jogja. Angkringan Lik Man pun konon menjadi yang paling dikenal di seluruh Jogja, bahkan di luar Jogja.

Berbeda dengan angkringan saat ini yang memakai gerobak, diawal kemunculannya angkringan menggunakan pikulan sebagai alat sekaligus center of interest. Bertempat di emplasemen Stasiun Tugu Mbah Pairo menggelar dagangannya. Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal dengan sebutan “ting-ting hik” (baca: hek). Hal ini disebabkan karena penjualnya berteriak “Hiiik…iyeek” ketika menjajakan dagangan mereka. Istilah “hik” sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan hik sendiri masih ditemui di Solo hingga saat ini, tetapi untuk di Jogja istilah angkringan lebih populer.

Demikian sejarah angkringan di Jogjakarta bermula.
Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus (ayam), sate telur puyuh, keripik dan lain-lain. Minuman yang dijualpun beraneka macam seperti teh, jeruk, kopi, tape, wedang jahe dan susu. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau.

Meski harganya murah dan terkadang di cap warung rendahan, namun konsumen warung ini sangat bervariasi. Mulai dari tukang becak, tukang bangunan, pegawai kantor, mahasiswa, seniman, budayawan, bahkan hingga pejabat dan eksekutif. Antar pembeli dan penjual sering terlihat mengobrol dengan santai dalam suasana penuh kekeluargaan.

Angkringan juga terkenal sebagai tempat yang egaliter karena bervariasinya pembeli yang datang tanpa membeda-bedakan strata sosial atau SARA. Mereka menikmati makanan sambil bebas mengobrol hingga larut malam meskipun tak saling kenal tentang berbagai hal atau kadang berdiskusi tentang topik-topik yang serius. Harganya yang murah dan tempatnya yang santai membuat angkringan sangat populer di tengah kota sebagai tempat persinggahan untuk mengusir lapar atau sekedar melepas lelah.

Akrabnya susana dalam angkringan membuat nama angkringan tak hanya merujuk kedalam tempat tetapi ke suasana, beberapa acara meng-adopsi kata angkringan untuk menggambarkan suasana yang akrab saling berbagi dan menjembatani perbedaan.

Siapa yang tidak mengenal jenis tempat makan yang satu ini. Setiap orang yang pernah tinggal di kota pelajar ini pasti sudah tak asing lagi dengan kata “angkringan”, bahkan tidak afdhol siapapun yang pernah ke Jogja jika tidak mampir di angkringan.

Di era digital dan modernisasi ini, sudah mulai berkembang berbagai macam angkringan yang dikombinasikan dengan nuansa modern, contohnya dari ruangan menggunakan lampu pijar lisrik juga pengunjung dimanjakan dengan adanya hotspot gratis yang bisa dijadikan tempat diskusi, rapat atau tempat berkumpul dengan keluarga besar.



Berdasarkan itu semua, dari angkringan, dapat kita ambil sebuah pelajaran baru, diantaranya adalah:
  1. Openness
    Keramahan dan kehangatan yang selalu dikedepankan oleh penjualnya seakan memberikan sebuah pesan tersirat bahwa ia selalu terbuka dan ingin menjalin sebuah hubungan yang lebih erat dengan setiap pelanggannya yang datang.
  2. Loyallty dan Persevering
    Angkringan berdasarkan sejarahnya hanya buka pada malam hari saja, tetapi lambat laun ada juga yang buka pagi hingga siang hari bahkan 24 jam. Wajah-wajah letih, lusuh dan lelah itu tak pernah mereka tampakkan. Ketekunan dan kesabaran mereka yang tetap setia dengan gigih dari petang hingga petang lagi memberikan pelayanan terbaiknya dengan wajah yang selalu tersenyum.
  3. Prosperity
    Dari angkringan kita dapat menilai, betapa makmur/sejahteranya rakyat suatu daerah dengan sehingga angkringan di kota yang disebut Kota Gudeg ini juga bisa menjamur hingga seperti sekarang. Bukan angkringannya, tetapi kesejahteraan rakyat kecillah kita nilai. Angkringan mencerminkan betapa optimisnya rakyat kecil untuk selalu melakukan kegiatan ekonomi yang kesemuanya akan kembali kepada pendapatan daerah di Yogyakarta. Penataan ruang, pemberdayaan sosial pemerintah dinas sosial dalam memberantas kemiskinan, regulasi harga sembako yang murah, hingga berbagai lembaga sosial swasta yang lain berdedikasi untuk mendayagunakan dan mengajarkan masyarakatnya untuk tidak menjadi penganguran. 
  4. "Self Esteem
    Metode penjualan ala angkringan yang menerapkan self service (pelayanan sendiri) menunjukkan tingginya rasa menghargai seorang penjual di angkringan kepada setiap customer-nya. 
Heey, soob,..
Buat kamu yang mungkin belum pernah atau akan liburan ke Kota Gudeng ini, jangan lupa singgah di angkringannya ya, saya tunggu kedatanganmu... ;)

Tagline : #JogjaIstimewa 


Satya Putra Lencana
Yogyakarta, 01 Februari 2015


Your comment here

Radio Rodja 756AM

Last Detik News

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Satya Excel Site - ساتيا ممتاز - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger