MAKALAH
“TEORI KEPERAWATAN MENURUT JEAN
WATSON”.
Disusun Oleh :
Satya
Putra Lencana
M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji
serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Adapun judul Makalah
Ilmiah ini yang penulis ambil adalah “TEORI KEPERAWATAN MENURUT JEAN WATSON”
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini, diantaranya :
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini, diantaranya :
1.
Ibu Ivana Eko Rusdiatin,S.Kep. selaku dosen pembimbing
2. Teman
– teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun makalah ini.
Semua
pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Penulis
menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar Karya Tulis Ilmiah ini
selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian
akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak
dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka
wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akandatang.
Yogyakarta,
17 September 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ..............................................................................................................................
B.
Perumusan Masalah .......................................................................................................................
C.
Tujuan ...........................................................................................................................................
1. Tujuan Umum .....................................................................................................................................
2. Tujuan Khusus ...................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Sejarah
Keperawatan ..........................................................................................................................
B. Pengertian
Keperawatan ......................................................................................................................
C. Pengertian
Model Konsep Dan Teori ..................................................................................................
D. Tujuan
Teori Keperawatan ...................................................................................................................
BAB III TEORI KEPERAWATAN
JEAN WATSON
A. Manusia
sebagai Fokus Sentral Keperawatan .......................................................................................
B. Sehat
dan Kesehatan ...........................................................................................................................
C. Carrative
faktor ...................................................................................................................................
D. Clinical
Caritas Process ........................................................................................................................
E. Transpersonal
Caring Relationship ........................................................................................................
F. Caring
Occation Moment ....................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................................................
B. Saran
.................................................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
dunia, kesehatan merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki oleh setiap manusia.
Oleh sebab itu maka didirikanlah sebuah Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO) adalah salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator
kesehatan umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO didirikan oleh
PBB pada 7 April 1948. Direktur Jendral sekarang adalah Margaret Chan menjabat
mulai 8 November 2006. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan
bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO
tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep
sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) : Memperhatikan individu sebagai
sebuah sistem yang menyeluruh, memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan
internal dan eksternal, dan penghargaan terhadap pentingnya peran individu
dalam hidup. Tidak hanya organisasi kesehatan saja didirikan untuk memajukan
kesehatan maka butuhlah tenaga atau profesi keperawatan sehingga profesi
keperawatan berkembang karena tuntutan masyarakat serta kebutuhan keperawatan
kesehatan dan kebijakan. Keperawatan berespons dan beradaptasi terhadap
perubahan, memenuhi tantangan baru yang timbul.
Keperawatan
sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan
mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya
mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan
konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan
yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai
suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai
dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan
yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.
Profesi
keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang
sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang
abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan.
Teori
adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari
fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara
langsung.
Yang
dimaksud Teori Keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan
atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model
konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Watson
(1979) Tujuan Keperawatan: Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan
klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan (Marriner-Torney, 1994)
Kerangka
Kerja Praktik: Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring; caring
merupakan proses interpersonal yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan
pemenuhan kebutuhan manusia (Torres, 1986)
B.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka pertanyaan yang muncul
adalah bagaimana perawat dapat mempraktekan teori menurut jean Watson?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Perawat dapat
mempraktekan teori menurut Jean Watson.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui
sejarah keperawatanan
b. Mengetahui
pengetian keperawatan
c. Mengetahui
pengertian model konsep dan teori
d. Mengetahui
faktor pengaruh teori keperwatan
e. Mengetahui
tujuan teori keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TINJAUAN TEORITIS
A.
Sejarah Keperawatan
Keperawatan
sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan
terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan.
Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, Pada awal sejarahnya
keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan pembentukannya
berkaitan dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi keluaga (
Donahue, 1995). Keperawatan lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga
seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nnyaman, pelayanan dan keamanan bagi
orang yang sakit. Walaupun secara umum tujuan keperawatan relative secara sama
dari tahun ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan
masyarakat, sehingga keperawatan terilabat secara bertahap.
Selama
era Hipprocrates, kedokteran bekerja tanpa perawat selama abad pertengahan,
keperawatan bekerja tanpa dukungan medis. (Donahue, 1995; Deloghery, 1996).
Kekeristenan cukup besar memperngaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan
diawal sejarah digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk perintah dari
Diakonia, suatu kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang
mengunjungi orang sakit.
Pandangan
Nigthingale terhadap keperawatan diturunkan dari philosofi spiritual yang
berkembang dalam mas remaja dan ia ketika dewasa (Macrae, 1995). Inti
keyakinannya juga terlihat dalam analisis statistik yang mengaitkan sanitasi
yang buruk dengan terjadinya kolera dan disentri. Ia memandang keperawatan
sebagai suatu jalan untuk mencari kebenaran dalam mendapat jawaban atas
pertanyaan atau penelusuran terhadap masalah kesehatan dan menggunakan hokum
penyembuhan Tuhan dalam praktik keperawatan (Macrea, 1995). Perang salib
menjadi suatu stimulus untuk memperoleh asuhan keperawatan dan kesehatan.
Perawat militer membutuhkan perawat laki-laki dan didirikan rumah sakit.
Setelah perang salib kota-kota besar mulai berdiri dan berkembang dengan
menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan populasi penduduk yang luas di
kota-kota tersebut menyebabkan munculnya masalah kesehatan tertentu dan
meningkatnya kebutuhan perawatan kesehatan.
Dalam
bulan Oktober 1846, Florence Nightingale memperoleh Year-book of the Institution
of Deaconesses at Kaiserswerth (Woodham-Smith, 1983). Pada tahun 1847, ia pergi
ke kaisersweth untuk bekerja pada Diakonia( Woodham-Smith,1983; Donehue, 1995).
Dalam
tahun 1860, Nightingale menulis Notes on Nursing: What It Is and What It Is Not
untuk masyarakat umum. Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan dari
refleksi dari perubahan kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai
seseorang yang bertugas menjaga kesehatan seseorang berdasarkan penghetahuan
tentang bagaimana menempatkann tubuh dalam suatu status yang terbebas dari
penyakit atau sembuh dari suatu penyakit (Nightingale, 1860; Schuyler, 1992).
Dalam tahun yang sama, ia mengembangkan program pelatihan untuk perawat pertama
kali, sekolah Nightingale untuk perawat di St. Thomas’s Hospital di London.
Keperawatan
di rumah sakit berkembang pada akhir abad ke-19, tetapi di komunitas,
keperawatan tidak menunjukan peningkatan yang berarti sampai tahun 1893 ketika
Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street Settlement, yang
berfokus pada kebutuhan kesehatan orang-orang miskin yang tinggal dirumah
penampungan di New York (Donahue, 1995; Silverstain, 1985). Perawat yang
berkerja di tempat tersebut memiliki tanggung jawab yang lebih besarterhadap
klien mereka dari pada perawat yang bekerja di rumah sakit karena mereka sering
kalo menghadapi situasi yang membutuhkan tindakan mandiri dari perintah dokter.
Lebih dari itu, dalam mengobati penyakit, orang miskin membutuhkan terapi yang
ditunjukan untuk memperbaikin nutrisi, memberikan penginapan, dan
mempertahankan kebersihan. Wald menulis buku yang menggambarkan aktivitasnya di
tempat bekerja, dengan judul : The House on Henry Sreet (1915) dan Windows on
Henry Street (1934). Perkembangan keperawatan di dunia :
1.
Mother Instink, pekerjaan
keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu
naluri (instink). Setiap manusia pada tahap ini menggunakan akal pikirannya
untuk menjaga kesehatan, menggurangi stimulus kurang menyengkan, merawat anak,
menyusui anak dan perilaku masih banyak perilaku lainnya.
2.
Animisme, manusia pada tahap ini memiliki keyakinan
bahwa keadaan sakit adalah disebabkan oleh arwah/roh halus yang ada pada
manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang hidup atau pada alam ( batu
besar, pohon, gunung, sungai, api, dll). Untuk mengupayakan penyembuhan atau
perawatan bagi manusia yang sakit maka roh jahat harus di usir, para dukun
mengupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari pengetahuan tentang roh
dari sesuatu yang mempengaruhi kesehatan orang yang sakit. Setelah dirasa
mendapatkan kemampuan, para dukun berupaya mengusir roh dengan menggunakan
mantra-mantra atau obat-obatan yang berasal dari alam.
3.
Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa, pada tahap
ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia yang
sakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang yang
sakit dilakukan pemujaan kepada para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan kesehatan.
4.
Ketabiban, mulai berkembang kemungkinan sejak ± 14 abad
SM, pada masa ini telah dikenal teknik pembidaian, hygiene umum, anatomi
manusia.
5.
Diakones dan Philantrop berkembang sejak ± 400 SM, para
diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke rumah,
tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
pada masa ini merupakan cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan
masyarakat. Philantop adalah kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian
dunia, dimana mereka merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan di pusat
pelayanan kesehatan (RS) pada masa itu.
6.
Perkembangan ilmu kedokteran islam pada tahun 632
Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya menyebarkan
agama Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan ajaran agama beliau
juga menyebarkan ilmu pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan
terhadap penyakit (kedokteran).
7.
Perawat terdidik ( 600 – 1583 ) Pada masa ini
pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana program itu menghasilkan
perawat-perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion
Prancis yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit terbesar disana. Pada
awalnya perawat terdidik diseleksi dari para pengikut agama dimana tenaga
mereka diperbantukan dalam kegiatan perawatan paska terjadinya perang salib.
Tokoh perawat yang terkenal pada saat (1182 – 1226) itu adalah St Fransiscas
dari Asisi Italia.
8.
Perawat Profesional (abad 18 – 19) Perkembangan ilmu
pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan
keperawatan. Florence Nightingale (1820-1910) adalah tokoh yang berjasa dalam
pengembangan ilmu keperawatan, beliau mendirikan sekolah keperawatan moderen
pada tahun 1960 di RS St. Thomas di London.
Melihat perkembangan keperawatan di dunia
dengan kemajuannya dari tahap yang paling klasik sampai dengan terciptanya
tenaga keperawatan yang professional dan diakui oleh dunia internasional tentu
dapat dijadikan cerminan bagi perkembangan keperawatan di Indonesia.
Mengikuti
perkembangan keperawatan di dunia, keperawatan di Indonesia juga terus berkembang,
adapun perkembangannya adalah sebagai berikut :
1.
Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di
Indonesia pada awalnya pelayanan perawatan masih didasarkan pada naluri,
kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan orang bijak beragama.
2.
Penjaga Orang Sakit (POS/zieken oppasser) sejak masuknya
Vereenigge Oost Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan rumah sakit,
Binnen Hospital adalah RS pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan
yang melayani adalah para dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra
pertiwi. Pekerjaan perawat pada saat itu bukan pekerjaan dermawan atau
intelektual, melainkan pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit yang
bertugas pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah memasak dan
membersihkan bagsal (domestik work), mengontol pasien, menjaga pasien agar
tidak lari/pasien gangguan kejiwaan.
3.
Model Keperawatan Vokasional (abad 19) Berkembangnya
pendidikan keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui
pelatihan-pelatihan model vokasional dan dipadukan dengan latihan kerja.
4.
Model Keperawatan Kuratif (1920) Pelayanan pengobatan
menyeluruh bagi masyarakat dilakukan oleh perawat seperti imunisasi/vaksinasi,
dan pengobatan penyakit seksual.
5.
Keperawatan semi professional. Tuntutan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat, menjadikan
tenaga keperawatan dipacu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dibidang keperawatan. Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem
magang selama 4 tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
6.
Keperawatan preventif pemerintahan belanda menganggap perlunya
hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya pencegahan dan pengendalian
wabah, pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya berdampak minimal
bagi masyarakat dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun 1937
didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto, pendidikan ini terfokus pada
pelayanan kesehatan lingkungan dan bukan merupakan pengobatan.
7.
Menuju keperawatan professional sejak Indonesia merdeka
(1945) perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya Sekolah Pengatur
Rawat (SPR) dan Sekolah Bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka
lulusan SLTP ditambah pendidikan selama 3 tahun, disamping itu juga didirikan
sekolah bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi guru di SPR. Perkembangan keperawatan
semakin nyata dengan didirikannya organisasi Persatuan Perawat Nasional
Indonesia tahun 1974.
8.
Keperawatan professional melalui Lokakarya Nasional keperawatan
dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP PPNI, ditetapkan
definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di
Indonesia. Diilhami dari hasil lokakarya itu maka didirikanlah akademi
keperawatan, kemudian disusul pendirian PSIK FK-UI (1985) dan kemudian
didirikan pula program paska sarjana (1999).
B. Pengertian
Keperawatan
Teori
Keperawatan merupakan usaha untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri, yang memungkinkan perawat untuk menerapkan
cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model
konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan,
mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti
adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model.
Pada
lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai
berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan
kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Florence Nightingale (A. Potter,Anne Grifiin Perry 2005) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.
Watson
(Azis Alimul Hidayat 2002) mendefinisikan keperawatan untuk meningkatkan
kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan. Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Keperawatan
adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan
professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan
berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara
mandiri atau memalui upaya kolaborasi.
C. Pengertian
Model Konsep Dan Teori
Profesi
keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya,
perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah
dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan
yang abstrak yang dapat diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata, sedangkan Konsep
Keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan.
Teori
adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari
fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara
langsung.
Teori
Keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam
menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Berikut ini
adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh para
perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang
didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan :
Penyusun Teori: Nightingale (1860) Tujuan Keperawatan: Untuk memfasilitasi “proses penyembuhan tubuh” dengan memanipulasi lingkungan klien (Torres, 1986)
Penyusun Teori: Nightingale (1860) Tujuan Keperawatan: Untuk memfasilitasi “proses penyembuhan tubuh” dengan memanipulasi lingkungan klien (Torres, 1986)
Kerangka
Kerja Praktik: Lingkungan klien dimanipulasi untuk mendapatkan ketenangan,
nutrisi, kebersihan, cahaya, kenyamanan, sosialiasi, dan harapan yang sesuai
Penyusun
Teori: Henderson (1955) Tujuan Keperawatan: Untuk bekerja secara mandiri dengan
tenaga pemberi pelayanan kesehatan (Marriner-Torney, 1994), membantu klien
untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin
Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan membentuk klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar Henderson (Henderson, 1966)
Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan membentuk klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar Henderson (Henderson, 1966)
Penyusun
Teori: Roy (1979) Tujuan Keperawatan: Untuk mengidentifikasi tipe kebutuhan
klien, mengkaji kemampuan adaptasi terhadap kebutuhan dan membantu klien
beradaptasi Kerangka Kerja Praktik: Model adaptasi ini didasari oleh model
adaptasi fisiologis, psikologis, sosiologis, serta ketergantungan dan
kemandirian (Roy, 1980).
Penyusun Teori: Watson (1979) Tujuan Keperawatan: Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan (Marriner-Torney, 1994)
Penyusun Teori: Watson (1979) Tujuan Keperawatan: Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan (Marriner-Torney, 1994)
Kerangka
Kerja Praktik: Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring; caring
merupakan proses interpersonal yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan
pemenuhan kebutuhan manusia (Torres, 1986)
D. Tujuan
Teori Keperawatan
Teori keperawatan
sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dalam
perkembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai diantaranya
:
1.
Dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan
yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan.
2.
Membantu para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan.
3.
Membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan
dengan memberikan arah yang jelas.
4.
Memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan.
BAB III
TEORI KEPERAWATAN MENURUT JEAN WATSON
TEORI KEPERAWATAN MENURUT JEAN WATSON
A. Manusia sebagai Fokus Sentral Keperawatan
Filosofi
Watson tentang asuhan keperawatan (1979,1985,1988) berupaya untuk
mendefinisikan hasil dari aktivitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek
humanistik dari kehidupan (Watson 1979; Marriner-Tomey, 1994). Tindakan
keperawatan mengacu langsung pada pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan
perilaku manusia. Keperawatan memperhatikan peningkatan dan mengembalikan kesehatan
serta penegahan penyakit.
Model
Watson di bentuk melingkupi proses asuhan keperawatan, pemberian bantuan bagi
klien dalam mencapai kematian yang damai. Intervensi keperawatan berkaitan
dengan proses perawatan manusia. Perawatan manusia membutuhkan perawat yang
memahami perilaku dan respons manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual
ataupun potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana respons terhadap orang lain
dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus
pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu perawat juga memberikan kenyamanan
pada perhatian serta empati pada klien dan keluarganya.
Menurut
Watson, Asuhan keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yag digunakan
oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien (A. Azis Alimul
Hidayat 2002).
Keperawatan
sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human
science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan
keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan
pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985).
Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan
pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson
(1985) " human care is the heart of nursing".
Dalam
pandangan keperawatan manusia diyakini sebagai person as a whole, as a fully
functional integrated self. Dalam konsep holism ini, manusia dilihat
sebagai sosok yang utuh, ….."the human is viewed as greater than, and
different from, the sum of his or her parts …. (Watson,1985:14) yang
bermakna bahwa keberadaan berbagai aspek dari diri seorang manusia, secara
bersama-sama berfungsi dan berespon untuk mewujudkan keutuhannya. Karena
keutuhan ini maka manusia itu unik, berbeda dari manusia lain. Manusia juga
diyakini sebagai sistem terbuka (openned system), yang berinteraksi
dengan manusia lain dan lingkungannya secara dinamis, berkesinambungan dan itu
semua penting untuk perkembangan personalnya. Pandangan dasar tentang manusia
ini, yang dalam paradigma keperawatan merupakan fokus sentral pada saatnya
memberi arah pada eksplorasi tentang human science , human responses
(to health and illness) dan human care serta menuntun perawat
untuk memahami dan memperlakukan manusia lain (klien) secara utuh, unik dan
manusiawi.
Jean
Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsur teori kemanusiaan. Teori JW ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan yang saling berhubungan,
diantaraanya:
1. Kebutuhan
Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan Makan dan
Cairan, Kebutuhan Eliminasi, dan Kebutuhan Ventilasi
2. Kebutuhan
Dasar Psikofisikal (Kebutuhan Fungsional) yang meliputi Kebutuhan Aktifitas
dan Istirahat, serta Kebutuhan Sexualitas.
3. Kebutuhan
dasar Psikososial (Kebutuhan untuk Integrasi) yang meliputi Kebutuhan untuk
Berprestasi dan Berorganisasi
4. Kebutuhan
dasar Intrapersonal dan Interpersonal (Kebutuhan untuk Pengembangan) yaitu
Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Skema Kebutuhan Dasar menurut J.Watson :
Berdasarkan
4 kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang
sempurna yang memiliki bermacam-macam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai
kesehatan manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera, baik fisik, mental, dan
spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan
jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam
meningkatkan status kesehatan, mencaegah terjadinya penyakit, mengobati
berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
B. Sehat
Dan Kesehatan
Watson
(1985:48) menyatakan " sehat sebagai unity and harmony within the
mind,body and soul. Its also associated with the degree of congruence between
the self as perceived and the self as experienced, such a viewed of health
focuses on the entire nature of the individual in his or her physical, social, esthetic
and moral realms-instead of just certain aspects oh human behavior and
physiology."
Definisi
tersebut mengungkap bahwa sehat merupakan kondisi yang utuh dan selaras
antara badan,pikiran dan jiwa; dan ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian
antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan.
Pandangan tentang kesehatan berfokus pada individu secara utuh meliputi hal-hal yang bersifat fisik,sosial,etis dan moral, tidak sekedar berfokus pada aspek-aspek perilaku dan fisiologi manusia semata.
Pandangan tentang kesehatan berfokus pada individu secara utuh meliputi hal-hal yang bersifat fisik,sosial,etis dan moral, tidak sekedar berfokus pada aspek-aspek perilaku dan fisiologi manusia semata.
Dari beberapa konsep sehat (dan sakit/illness) diatas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip antara lain :
1)
Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang
yang sifatnya multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari
interrelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi.
2)
Kondisi sehat dapat terwujud bila kebutuhan dasar
manusiawinya terpenuhi.
3)
Kondisi sehat dapat dicapai karena adanya kemampuan
seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
4)
Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang
berhenti pada titik tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya
untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis.
5)
Sehat sebagai suatu kondisi keseimbangan yang dinamis
antara bentuk dan fungsi tubuh (manusia) karena keberhasilannya menyesuaikan
diri terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mengganggu (agent,environment).
C. Carrative
Factor
Carative Factor
menurut Watson adalah mencoba menghargai dimensi manusia dalam perawatan dan
pengalaman-pengalaman subjektif dari orang yang kita rawat.
Elemen-elemen yang terdapat dalam carative faktor adalah :
1.
Nilai-nilai kemanusiaan dan altruistic (Humanistic-Altruistic
System Values)
2.
Keyakinan
dan harapan (Faith and Hope)
3.
Peka pada diri sendiri dan kepada orang lain (Sensitivity
to self and others)
4.
Membantu menumbuhkan kepercayaan,membuat
hubungan dalam perawatan secara manusiawi
5.
Pengekspresian perasaan positif dan negative
6.
Proses pemecahan masalah perawatan secara
kreativ (creative problem-solving caring process)
7.
Pembelajaran secara transpersonal (transpersonal
teaching learning)
8.
Dukungan,perlindungan,perbaikan fisik,mental,social
dan spiritual
9.
Bantuan kepada kebutuhan manusia (Human needs
assistance
10.
Eksistensi fenomena kekuatan spiritual.
Dari kesepuluh
carrative faktors diatas, caring dalam keperawatan menyangkut upaya
memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari
manusia lainnya (Watson,1985). Ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam
menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan
upaya pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa
kemampuan teknis tetapi disertai “warmth, kindness, compassion”.
D. Clinical
Caritas Process
Watson
kemudian memperkenalkan “Clinical Caritas Process” (CCP), untuk
menempatkan carative faktor-nya,yang berasal dari bahasa yunani
“cherish”,yang berarti memberi cinta dan perhatian khusus. Jadi Clinical
Caritas Process adalah suatu praktek perawatan pasien dengan sepenuh
hati kesadaran, dan cinta. Merawat pasien dengan penuh kesadaran,sepenuh hati
dan cinta. hadir secara jiwa dan raga,supportif dan mampu mengekspresikan
perasaan negative dan positif dari dasar-dasar nilai spiritual diri dalam
hubunganya dengan pasien sebagai one-being-cared-for. Budidaya nilai spiritual
dan transpersonal,melampaui diri sendiri dan supaya lebih terbuka peka dan iba.
kreatif menggunakan diri dan segala cara dalam proses perawatan,secara
artistk,sebagai bagian dari caring-healing-practice. menciptakan lingkungan
penyembuhan di semua level,f isik dan non fisik, dengan penuh kesadaran dan
keseluruhan, yang memperhatikan keindahan, kenyamanan, kehormatan dan
kedamaian. Terlibat dalam proses pengalaman belajar mengajar, yang dihadirkan
sebagai kesatuan “menjadi dan berarti ”(being and meaning)”, dan mencoba
melihat dan mengacu pada kerangka berfikir orang lain.
E. Transpersonal
Caring Relationship
Menurut
Watson (1999), Transpersonal Caring Relationship itu berkarakteriskkan
hubungan khusus manusia yang tergantung pada: Moral perawat yang berkomitmen
melindungi dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi
dari dirinya.
Perawat
merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai
spiritual ,oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek.
Perawatan berkesadaran bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan
sejak,hubungan,pengalaman dan persepsi sedang berlangsung.
Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah melampaui penilain secara objektif,menunjukkan perhatian kepada subjektifitas seseorang, dan lebih mendalami situasi kesehatan diri mereka sendiri. Kesadaran perawat menjadi perhatian penting untuk keberlanjutan dan pemahaman terhadap persepsi orang lain.
Pendekatan ini menyoroti keunikan dari kedua belah pihak,yaitu perawat dan pasien,dan juga hubungan saling mneguntungkan antara dua individu,yang menjadi dasar dari suatu hubungan. Oleh karena itu,yang merawat dan yang di rawat keduanya terhubung dalam mencari makna dan kesatuan,dan mungkin mampu merasakan penderitaan pasien.
Istilah transpersonal berarti pergi keluar diri sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien. Pada akhirnya,tujuan dari transpersonal caring relationship adalah berkaitan dengan melindungi,meningkatkan dan mempertahankan martabat ,kemanusiaan,kesatuan dan keselarasan batin.
Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah melampaui penilain secara objektif,menunjukkan perhatian kepada subjektifitas seseorang, dan lebih mendalami situasi kesehatan diri mereka sendiri. Kesadaran perawat menjadi perhatian penting untuk keberlanjutan dan pemahaman terhadap persepsi orang lain.
Pendekatan ini menyoroti keunikan dari kedua belah pihak,yaitu perawat dan pasien,dan juga hubungan saling mneguntungkan antara dua individu,yang menjadi dasar dari suatu hubungan. Oleh karena itu,yang merawat dan yang di rawat keduanya terhubung dalam mencari makna dan kesatuan,dan mungkin mampu merasakan penderitaan pasien.
Istilah transpersonal berarti pergi keluar diri sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien. Pada akhirnya,tujuan dari transpersonal caring relationship adalah berkaitan dengan melindungi,meningkatkan dan mempertahankan martabat ,kemanusiaan,kesatuan dan keselarasan batin.
F. Caring
Occation Moment
Caring
Occation Moment (tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain
datang pada saat human caring dilaksanakan , dan dari keduanya dengan fenomena
tempat yang unik mempunyai kesempatan secara bersama datang dalam moment
interaksi human to human.
Bagi
Watson (1988 b, 1999) bidang yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka
refensi seseorang atau perasaan-perasaan yang dialami seseorang , sensasi
tubuh, pikiran atau kepercayaan spiritual , tujuan-tujuan, harapan-harapan
pertimbangan dari lingkungan, arti persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada
pengalaman hidup yang dialami seseorang, sekarang atau masa yang akan datang. Watson
(1999) menekankan bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga
perlu memahami kesadaran dan kehadiranya dalam moment merawat dengan pasienya ,
lebih lanjut dari kedua belah pihak perawat maupun yang dirawat dapat
dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan keduanya , dengan
demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri. Caring
occation bisa menjadi transpersonal bilamana memungkinkan adanya semangat
dari keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang memungkinkan
keterbukaan dan kemampuan –kemampuan untuk berkembang". (A.Aziz Alimul
Hidayat 2002 hal. 116-117)
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filosofi
Watson tentang asuhan keperawatan (1979,1985,1988) berupaya untuk
mendefinisikan hasil dari aktivitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek
humanistic dari kehidupan (Watson 1979; Marriner-Tomey, 1994). Dari pembahasan
makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Jean Watson membagi kebutuhan manusia melalui 4 bagian pokok :
1. Kebutuhan Biophisikal
Kebutuhan makan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan vertilasi
2. Kebutuhan Psikofisikal
Kebutuhan aktifitas dan istirahat dan kebutuhan
oktualisasi
3. Kebutuhan Psikososial
4. Kebutuhan Intrapesonal Dan Intepersonal
Pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang sempurna, sehingga untuk mencapai kesempurnaan,
manusia dituntut untuk selalu dalam keadaan sehat secara fisik dan rohani.
Untuk mencapai keadaan tersebut manusia harus memprioitaskan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit
B.
Saran
Manusia hendaknya dapat beinteraksi atau
berhubungan baik dengan manusia lainnya. Dengan berinteraksi, segala kebutuhan
manusia akan mudah terpenuhi. Untuk dapat memenuhi kebutuhannya, manusia harus
memilki pengetahuan manusia dan pemeliharaan / perawatan manusia. Tanpa adanya
ilmu pengetahuan manusia tidak dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan
baik di masyarakat. Tanpa adanya pemeliharaan / perawatan diri, manusia juga
akan sakit dan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan. Maka dari itu, manusia
dituntut untuk menjaga kesehatan dan pencegahan segala penyakit dimanapun dan
kapanpun.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005 “Fundamental
Keperawatan volume 1”, Buku Kedokteran. EGC. Jakarta
http://www.google.co.id,
Konsep dan teori keperawatan
http://putrieazzulla.blogspot.com/2010/11/teori-jean-watson.html