LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI
Disusun Oleh :
Satya Putra Lencana
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN OKSIGEN
A.
PENGERTIAN
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O2
lebih dari 21% pada tekanan atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan
unsure vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel – sel tubuh. Secara normal elemen tersebut diperoleh dngan cara
menghirup oksigen setiap kali bernapas. Penympaian O2 kejaringan
tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan
hemaatologi. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Respirasi
berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan
fungsi respirasi yang adekuat. Agar sel melakukan metabolisme untuk
menghasilkan energi, sel memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup pada
tubuh. Nutrisi diperoleh dari asupan (intake) makanan dan cairan.
Proses
respirasi adalah proses keluar masuknya udara ke paru – paru dan terjadi pertukaran
gas.
(Tarwoto
& Wartonah,hal 9)
Respirasi
juga berarti gabungan aktivitas mekanisma yang berperan dalam proses suplai O2
ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 ( hasil pembakaran sel).
(Iman Somantri, hal 1)
Jumlah
oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung kebutuhan.
Factor
– factor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen yaitu:
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti
pada anemia.
b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi
seperti pada obstruksi saluran pernapasan bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun
yang nengakibatkan terganggunya O2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya
infeksi, demam, ibu hamil, luka dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding
dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyakit kronis seperti TBC paru.
2.
Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran
pernapasan akut.
c. Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak
sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru-paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3.
Faktor
Perilaku
a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan
penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan arteriosclerosis.
b. Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin dapat menyababkan
vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol):
menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan hemoglobin menurun,
alcohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4.
Faktor
Lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.
B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN
1)
Untuk
mempertahkan oksigen yang adekuat pada jaringan.
2)
Untuk
menurunkan kerja jantung.
3)
Untuk
menurunkan kerja paru-paru.
C. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
1) Saluran Pernapasan Bagian Atas
a.
Hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago).
Terdiri dari bagian internal dan eksternal. Bagian internal merupakan bagian
rongga yang berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi ventrikel yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung
mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar
terhadap benda asing yang masuk.
Permukaan hidung (mukosa) terdapat epitel bersislia yang mengandung sel
goblet. Sebagai sel yang mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap benda
asing yang masuk ke dalam saluran
pernapasan.
Hidung berfungsi sebagai saluran utnuk udara mengalir ked an dari
paru-paru. Dan juga berfungsi sebagai jalan napas, pengatur kelembapan udara
(humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra penciuman,
dan resonator suara. Reseptor bau terletak pada cribiform palte, di dalamnya
terdapat ujung saraf cranial I (Nervus Olfactorius).
b.
Sinus
Paranasalis
Meruoakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus paranasalis
termasuk empat pasang rongga bertualng yang dilapisi oleh mukosa hidung dan
epitel kolumnar bertingkat semu bersilia. Yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilaris (sesuai dengan letaknya).
Sinus sebagai tempat umum terjadinya infeksi.
Fungsi
sinus:
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi.
2. Meringankan berat tulang tengkorak.
3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang
resonansi.
c.
Faring
Merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13 cm) yang letaknya
bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Penghubung hidung dan rongga mulut
ke laring.
Faring dibagi menajdi 3 berdasarkan letaknya:
1.
nasofaring
(belakanng hidung).
2.
Orofaring
(belakang mulut)
3.
Laringofarinng
(belakang laring).
d.
Laring
Atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea.
Fungsi utama laring yaitu untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.
Yaitu pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing
dan untuk memfasilitasi prosesterjadinya batuk.
Terdiri atas:
1.
Epiglotis
Daun katup kartilago yang menutup dan membuka
selama menelan.
2.
Glotis
Lubang antara pita
suara dan laring.
3.
Kartilago
Tiroid
Kartialgo terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago ini membentuk jakun (Addam's aple).
4.
Kartilago
krikoid
Cincin kartilago yang utuh di laring (terletsk
di bawah kartilago tiroid).
5.
Kartilago
Aritenoid
Digunakan pada pergerakan pita suara dan
kartilago tiroid.
6.
Pita suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan suara dan melekat pada lumen laring.
e. Trakhea
Disebut juga kantong tenggorok yang merupakan
perpanjangan dari alring pada ketinggian tulang vertebrae terokal ke-7 yang
bercaabang menjadi dua bronkus.
Ujung cabang trakea disebut carina.
Trakea bersifat sangat fleksibel, berotot, dengan pnjang 12 cm dengan cincin
membentuk huruf C.
2) Saluran Pernapasan Bagian Bawah
a.
Bronkhus
Terbagi menjadi bagian kanan dan kiri. Yaitu bronchus lobaris kanan ( 3
lobus) dan bronchus lobaris kiri ( 2 lobus). Bronchus kanan lebih pendek, lebih
besar, dan cenderung lebih vertical daripada yang kiri. Sehingga benda asing
lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada cabang bronchus
sebelah kiri.
Bronchus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkhus segmental dan
bronchus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkhus segmental. Segmen ini kemudian
terbagi lagi menjadi subsegmen yang dikelillingi jaringan ikat yang memiliki
arteri, limfatik, dan saraf.
b.
Bronkhiolus
Segmen bronkus bercabang menjadi bronkiolus yang mengandung kelenjar
submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian jalan napas.
c.
Bronkhiolus
Terminalis
Membentuk percabangan yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
d.
Bronkhiolus
Respiratory
Yang kemudian akan menjadi bronkiolus respiratory yang dianggap sebagai
saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan napas pertukaran
gas.
e.
Duktus
Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronchus respiratory kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan
sakus alveolar. Yang kemudian menjadi alveoli.
f.
Alveoli
Sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2. terdapat
sekitar 300 juta yang jika bersatu akan membentuk satu lembar dengan luas 70
m².
Terbagi atas 3 tipe:
1) Sel – sel alveolar tipe I: adalh sel epitel
pembentuk dinding.
2) Sel – sel alveolar tipe II : adalah sel yang
aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan.
3) Sel – sel alveolar tipe III : adalah makrofag
yang merupakan sel – sel fagositosis.
g.
Paru –
paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam ronggga
dada. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan
terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan
terbagi menjadi 2 lobus. Lobus tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa
segmen.
h.
Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic.
Terbagi menjadi:
1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi ronggga
dada.
2. Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap
paru.
Di
antara pleura tersebut ada bagian rongga yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernapasan san mencegah
pemisahan toraks dengan paru – paru.
Tekanan
dalam pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer yang bertujuan untuk mencegah
kolaps paru.
Factor
– factor yang mempengaruhi pernapasan bisa berlangsung normal, yaitu:
1.
Suplai
oksigen yang adekuat
Tempat
tinggi tidak mengubah komposisi udara, tapi menyebabkan tekanan O2
menurun. Reaksi awal yang timbul berupa tanda dan gejala yang sama terlilhat
pada setiap orang yang kekurangan okskigen. Tandanya berupa: nyeri kepala,
sesak, lemah, mual, berkeringat, palppitasi, penglihatan kabur, pendengaran
berkurang, dan mengantuk pada kondisi hipoksia bera.
Oksigenasi
dipengaruhi oleh:
a.
Peningkatan ventilasi alveolus.
b.
Penyesuaian
komposisi asam basa darah dan cairan tubuh lain.
c.
Peningkatan
kapasitas pengangkutan O2 dan peningkatan curah jantung.
2.
Saluran
udara yang utuh
Pernapasan
bisa terganggu / tidak karena faaktor penghambat pada saluran pernapasan
(seperti adanya obstruksi).
3.
Fungsi
pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal.
Gangguannya bisa disebabkan oleh fraktur iga
atau luka tembus pada dada.
4.
Adanya
alveoli dan kapiler yang bersama- sama berfungsi membentuk unit pernapasan
terminal dalam jumlah yang cukup.
5.
Jumlah
hemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel tubuh.
6.
Suatu
system sirkulasi yang utuh dan pompa jantung efekif.
7.
Berfungsinya
pusat pernapasan.
D.
FISIOLOGI
SISTEM PERNAPASAN
Bernapas
/ pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup dan CO2 yang
dibuang.
Pernapasan
ini terjadi secara otomatis walau dapalm keadaan tertidur sekalipun karena
pengaruh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya, pernapasan terdiri
dari:
1. Pernapasan Luar
Adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler.
2. Pernapasan Dalam
Adalah
pernapaasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel – sel tubuh.
E.
PROSES
RESPIRASI EKSTERNAL
1)
Ventilasi
Dimulai
dari proses inspirasi dimana udara bergerak dari udara luar ke dalam trakea,
bronchus, bronkhiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas yang terdapat dalam
alveolus. Prosesnya sama seperti inspirasi dengan alur balik.
Faktor yang mempengaruhi keluar masuknya udara paru – paru :
a. Perbedaan tekanan udara
Udara
mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Saat
inspirasi, pergerakan diafragma dan otot bantu pernapasan lain memperluas
rongga dada, sehingga menurunkan terkanan dalam rongga dada sampai di bawah
tekanan atmosfer. Yang akan menyebabkan udara tertarik melalui trakea dan
bronchus lalu masuk hingga masuk ke dalam alveoli. Sedangkan saat ekspirasi
sebaliknya, diafragma relaksasi dan paru – paru mengempis, sehingga terjadi
penurunan luas riongga dada. Tekanan alveoli melebihi tekanan atmosferm,
sehingga udara terdesak keluar dari paru – paru menuju ke atmosfer.
b. Resistensi jalan udara
Peningkatan
tekanan cabang bronchus dan adanya benda asing dalam saluran napas akan
menyebabkan udara terhambat masuk ke dalam alveolus.
c. Komplian paru –paru
Adalah
kemampuan paru –paru untuk mengembang dan mengempis.
2)
Difusi
Gas –
gas melintasi membrane antara alveolar – kapiler yang tipis (< 0,5 mmHg)
akibat selilsih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan O2
dalam atmosfer sama denagn tekanan laut (± 149 mmHg).
Saat
inspirasi tekanan parsial ini mengalami penurunan ±103 mmHg sebagai akibat dari
udara yang tercampur dengan ruangn rugi anatomis pada saluran udara dengan uap
air.
Factor
–faktor yang menyebabkan kecepatan difusi gas melalui membrane paru – paru
adalah:
a.
Semakin
besar perbedaan tekanan pada membrane maka semakin cepat kecepatan difusi.
b.
Semakin besar area membrane paru –paru,
semakin besar kuantitas gas yang dapat berdifusi melewati membrane dalam waktu
tertentu.
c.
Semakin tipis membrane semakin cepat difusi gas
melalui membrane tersebut ke bagian yang berlawanan.
d.
Koefisien difusi secara langsungn berbanding
lurus terhadap kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan paru – paru dan
berbanding terbalik terhadap ukuran molekul.
Nilai
koefisien difusi O2 = 1, nitrogen = 0,53, dan CO2 = 20,3.
Perbandingan tersebut menggamvarkan bahwa CO2 paling mudah larut dan N2 paling
kurang dapat larut.
3)
Transportasi
Meliputi
:
a.
Transpor
oksigen dalam darah
Pengangkutan
O2 ke jaringan tertentu tergantung pada:
·
Jumlah
oksigen yang masuk paru –paru.
·
Pertukaran
gas yang cukup.
·
Aliran
darah ke jaringan.
·
Kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah.
Dinamika
reaksi Hb dengan O2 sangat memudahkan pengangkutan O2. Hb
adalah protein yang tersusun dari empat subunit, masing – masing mengandung
heme yang terikat pada rantai polipeptida.
Oksigen
disalurkan dari paru-paru ke jaringan melalui dua cara yaitu secara fisik larut
dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb tingkat jaringan disebut
Heomoglobin tereduksi. Yang berwarna ungu dan menyebabkan warna biru pada
daerah vena (vena superficial).
b.
Transport
karbondioksida dalam darah
Dilakukan dengan 3 cara yaitu:
·
10% secara
fisik larut dalam plasma.
·
20%
berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah. Hb yang beikatan
dengan CO2 disebut karbominohemoglobin.
·
70%
ditranspor sebagai bikarbonat plasma.
Keseimbangan
asam basa sangat dipengaruhi oleh fungsi paru – paru serta homeostasis
karbondioksida.
Untuk
menyeimbangkan asam basa dalam tubuh, terdapat dua fase yang berhubungan yaitu:
a.
Asidosis
disebut sebagai hiperventilasi.
Sekresi
ion hydrogen tubulus harus cukup ditingkatkan untuk mengabsorpsi bikarbonat dan
bisa menambah jumlah bikarbonat dalam darah.
Rangsangan
paling penting utnuk meningkatkan sekresi ion hydrogen oleh tubulus dalam
keadaan asidosis:
·
Peningkatan
PCO2 cairan ekstraseluler.
·
Peningkatan
konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraselular (penurunan pH).
Penurunan
pH yang terjadi karena peningkatan PCO2 disebut sebagai asidosis
respiratorik. Atau disebut juga sebagai kegagalan system pernapasan dalam
membuang CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernapasan, peningkatan
PCO2 arteri di atas 45 mmHg denngan penurunan pH < 7,35.
Penyebabnya:
penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat
pernapasan (trauma kepala, perdarahan, narkotik, dll).
b.
Alkalosis
disebut sebagai hipoventilasi.
Pengurangan
sekresi ion hydrogen oleh tubulus sampai sangat rendah hinngga tidak terjadi
reabsorpsi bikarbonat lengkap, yang membuat ginjal mampu meningkatkan ekskresi
bikarbonat.
Ketidakseimbangan
asam basa alkalosis disebut sebagai alkalosis respiratorik. Yang
disebabkan akibat kehilanngan CO2 dari paru – paru pada kecepatan
yang lebih tinggi dari produksinya jaringan. Hal ini meninbulkan PCO2
arteri < 35 mmHg, pH >7,45.
Penyebabnya: hiperventilasi alveolar, anxietas,
demam, meningitis, keracunan aspirin, pneumonia, dan emboli paru.
F.
REFLEKS
PERNAPASAN
1. Reflex
Batuk (Cough)
Dimulai
ketika terangsangnya bagian peka saluran pernapasan seperti laring, trachea,
dan bronchus. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor aferen
melallui nervus Vagus menuju medulla oblongata (pusat pernapasan), misalnya
benda asin. Kemudian pusat pernapasan memerintahkan untuk melakukan reflex
batuk agar benda itu keluar. Tubuh merespon dengan menginspirasi udara ke paru
– paru, menutupnya glottis oleh epiglottis, menutup pita suara agar udara
inspirasi tertahan di apru – paru. Sehingga terjadi tekanan pada alveolus yang
menyebabkan otot –otot abdomen dan interkostalis interna berkontraksi dan
terjadi ekspirasi mendadak. Ekspirasi kuat membuat epiglotis dan pita suara terbuka sehingga udara dengan
cepat lewat bronchus dan trachea sehingga benda asing itu keluar.
2. Reflex
Bersin (Sneeze)
Berbalik
dengan reflex batuk, rangsang ditangkap oleh reseptor taktil hidung diteruskan
Nervus Trigeminus dan dilanjutkan ke pusat pernapasan di medulla oblongata.
Reflex ini bermanfaat utnuk mengeluarkan benda
asing dari rongga hidung atau saluran napas bawah.
G.
FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
- Tahap Perkembangan
Saat
lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru –paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan
napas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak – kanak,
diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter
transversal. Pada orang dewasa thoraks diasumsikan berbentuk oval. Sampai lanjut
usia akan terjadi perubahan pada thoraks dan pola napas.
- Lingkungan
Ketinggian,
panas, dingin, dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga semakin sedikit oksigen yang dapat dihirup
individu. Sebagai respon panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,
sehingga darah akan mengalir ke kulit.
- Gaya Hidup
Aktivitas
dan latihan fisik meningkatkan laju, kedalaman pernapasan dan denyut jantung.
- Status Kesehatan
Orang
yang sehat system kardiovaskuler dan pernapsan dapat menyediakan oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- Narkotika
Seperti
morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernapasan ketika depresi pusat
pernapasan di medulla. Sehingga bila memberikan obat-obatan narkotik analgetik
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
- Perubahan / Gangguan pada Fungsi Pernapasan
Kondisi yang berpengaruh pada pernapasan :
a.
Pergerakan
udara ke luar atau ke dalam paru –paru.
b.
Difusi O2
dan Co2 antara alveoli dan kapiler paru.
c.
Transport
O dan O2 dari dank e sel jaringan melallui darah.
- Perubahan Pola Napas.
Pernapasan
normal dilakukan tanpa usaha. Bernapas yang sulit disebut dypsnoe (sesak
napas). Kadang – kadang terdapat pernapasan cuping hidung. Orthopnoe yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan erdiri seperti pada
penderita asma.
- Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi
lengkap atau sebagian dapat terjadi sepanjang salluran pernapasan di sebelah
atas atau bawah.
Obstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).
H.
MEKANISME
PERNAPASAN
- Pernapasan Dada
Yaitu
pernapasan yang melibatkan otot antara tulang rusuk. Mekanismenya berupa:
a. Fase inspirasi berupa berkontraksinya otot
antar tulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan rongga dada
kecil daripada tekanan di luarnya sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi sebagi fase relaksasi otot antar
tulang rusuk ke posisi semula sehingga rongga dada mengecil. Tekanan rongga
dada besar dan udara di dalamnya yang kaya CO2 keluar.
- Pernapasan Perut
Yaitu
pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot –otot diafragma yang
membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya:
a. Fase inspirasi, dimana otot diafragma
berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan
tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi, dimana terjadi relaksasi otot
diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil
dan tekanan menjadi lebihy besar, akibatnya udara keluar dari paru – paru.
I.
PERUBAHAN
FUNGSI PERNAPASAN
- Hiperventilasi
Merupakan
upaya tubuh meningkatkan jumlah O2 dari paru – paru, agar pernapasan
lebih cepat dan dalam. Hal ini disebabkan oleh:
a.
Kecemasan
b.
Infeksi/sepsis
c.
Keracunan
obat – obatan.
d.
Ketidakseimbangan asam basa seperti asidosis
metabolic.
Tanda
dan gejala berupa: napas pendek, nyeri dada, menurunnyakonsentrasi,
disorientasi, dan tinnitus.
- Hipoventilasi
Terjadi
ketika ventilasi slveolar tidak adekuat memenuhi penggunaan O2 untuk
mengeluarkan CO2 dengan cukup. Seperti apda atelektaksis (kolaps
paru).
Tanda
dan gejala berupa: nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
kardiakdisritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejanng, dan kardiak arrest.
- Hipoksia
Yaitu
suatu kondisi ketidakcukupan O2 di dalam tubuh yang diinspirasi
sampai jaringan. Disebabkan olleh:
a.
Menurunnya
Hb.
b.
Berkurangnya
konsentrasi oksigen jika di pegunungan.
c.
Ketidakmampuan
jaringan mengikat oksigen seperti pada keracunan.
d.
Menurunnya
difusi O2 seperti pada pneumonia.
e.
Menurunnya
perfusi jaringan, seperti syok.
f.
Kerusakan/
gangguan ventilasi.
Tanda
hipoksia : kelelahan, kecemasan, menurunnya konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan clubbing.
J.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN.
- Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim
paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar
X sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat udara akan
memberikan udara bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda
yang padat member kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan
teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan cabang utamanya.
Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma bronkogenik, atau untuk membuang
benda asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2
-3 jam sampai tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami
aspirasi ke dalam cabanga trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat
biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang bersifat
menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat
mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit
pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab penyakit
berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi
eksploitatif pada sputum membantu proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang
baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi
abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur.
- Metode Fisiologis
Tes
fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a.
Volume
Alun Napas (Tidal Volume – TV)
Yaitu
volume udara yang keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b.
Volume Cadangan
Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV)
Yaitu
volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah
inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
c.
Volume
Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV)
Yaitu
jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi
otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700 ml.
d.
Volume
Residu (Residu Volume – RV)
Yaitu
udara yang masih tersisa dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P
= ±1100 ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil
penjumnlahan dua jenis volume atau lebih dalam satu kesatuan.
e.
Kapasitas
Inspirasi (Inspiration Capacity – IC)
Yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke
dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV + TV)
f.
Kapasitas
Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC)
Yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi
biasa (FRC = ERV + RV)
g.
Kapasitas
Vital (Vital Capacity – VC)
Yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk
dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi dan
ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV)
h.
Kapasitas
Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC)
Yaitu jumalh udara maksimal yang masih ada di
paru – paru (TLC = VC + RV). L = ± 6000 ml, P = ± 4200 ml.
i.
Ruang Rugi
(Anatomical Dead Space)
Yaitu
area disepanjang saluran napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150
ml). L = ± 500 ml.
j.
Frekuensi
napas (f)
Yaitu
jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (±15 x/menit).
Secara
umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila seseorang berbaring dan
meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut menekan ke atas atau ke
diafragma, sedangkan volume udara paru menungkat sehingga ruangan yang diisi
udara berkurang.
k.
Analisis
Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs)
Sampel darah yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).
SUMBER PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah. 2003. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Yeni Kustanti, Christina. 2006. Pemeriksaan Fisik Thoraks.
Yogyakarta: AKPER Bethesda
Somantri, Iman. 2008. KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
vol. 1. Jakarta:
EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Identitas
pasien, mencakup:
·
Nama
·
Alamat
·
Umur
·
Status
·
Agama
·
Suku
bangsa/bangsa
·
Pendidikan
·
Pekerjaan
·
Tempat/tanggal
lahir
·
No. CM
·
Diagnose medis
Identiras Penanggungjawab :
·
Nama
·
Alamat
·
Tempat/tanggal
lahir
·
Status
·
Agama
·
Suku
bangsa/bangsa
·
Pendidikan
·
Pekerjaan
·
Hubungan dangan
pasien
1. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Yang biasa
muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2 dan CO2
antara lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing,
stridor, dan nyeri dada.
· Batuk (Cough)
Yang perlu
dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya, hubungannya dengan aktivitas, adanya
sputum atau dahak.
Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi, bau, jumlah
karena hal itu menunjukkan keadaan dari proses patologis. Jika ada infeksi
sputum akan berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika
edema paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung darah dalam jumlah
yang banyak.
·
Dipsnea
Merupakan
persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan sebagai perasaan subjektif
pasien. Yang perlu dikaji, apakah pasien sesak saat berjalan, dll.
·
Hemoptisis
Yaitu darah
yang keluar melalui mulut saat batuk. Keadaan ini biasanya menandakan adanya
kelainan berupa bronchitis kronis, bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis,
upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru, dan
abses paru.
·
Chest pain
Nyeri dada
bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti gangguan konduksi (disritmia),
perubahan kardiak output, kerusakan fungsi katup, atau infark, dll. Paru tidak
memiliki saraf yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh iga,
otot, pleura parietal, dan percabangan trakheobronkhial.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien :
1) Waktu terjadinya sakit
·
Berapa lama
sudah terjadinya sakit
2)
Proses terjadinya sakit
·
Kapan mulai terjadinya sakit
·
Bagaimana sakit itu mulai terjadi
3)
Upaya yang telah dilakukan
·
Selama sakit sudah berobat kemana
·
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
4)
Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
·
TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi
·
Adanya
patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya ronky, wheezing.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker
paru – paru, emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup:
·
Usia mulai
merokok secara rutin
·
Rata – rata
jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
·
Usai
menghentikan kebiasaan merokok.
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
·
Penyakit infeksi
tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke orang.
·
Kelainan alergi
seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu. Asma
bisa juga terjadi akibat konflik keluarga.
·
Pasien
bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi udaranya
tinggi. Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya penyakit tapi bisa
memperberat.
e. Genogram
Keterangan
:
: Pasien :
Meninggal
: Ayah pasien :
Tinggal serumah
: Laki-laki
:
Perempuan
f. Riwayat kesehatan lingkungan.
2. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)
a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
·
Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
·
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
·
Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan
tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di
tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
c. Pola istirahat tidur
Ditanyakan
:
·
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
·
Sonambolisme
·
Kualitas dan kuantitas jam tidur
d. Pola nutrisi -
metabolic
Ditanyakan
:
·
Berapa kali
makan sehari
·
Makanan kesukaan
·
Berat badan
sebelum dan sesudah sakit
·
Frekuensi dan
kuantitas minum sehari
e. Pola eliminasi
·
Frekuensi dan
kuantitas BAK dan BAB sehari
·
Nyeri
·
Kuantitas
f. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
g. Pola konsep diri
·
Gambaran diri
·
Identitas diri
·
Peran diri
·
Ideal diri
·
Harga diri
h. Pola koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
i.
Pola seksual –
reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminya.
j.
Pola peran
hubungan
·
Hubungan dengan
anggota keluarga
·
Dukungan
keluarga
·
Hubungan dengan
tetangga dan masyarakat.
k.
Pola nilai dan kepercayaan
·
Persepsi keyakinan
·
Tindakan berdasarkan keyakinan
- PEMERIKSAAN FISIK
a. Data klinik, meliputi:
1) TTV
2) KU
b. Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
1) Mata
·
Konjungtiva
pucat (karena anemia)
·
Konjungitva
sianosis ( karena hipoksemia)
·
Konjungtiva
terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau endokarditis)
2) Kulit
·
Sianosis
perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer).
·
Sianosis
secara umum (hipoksemia)
·
Penurunan
turgor (dehidrasi)
·
Edema
·
Edema
periorbital
3) Jari dan kuku
·
Sianosis
·
Clubbing
finger
4) Mulut dan bibir
·
Membran
mukosa sianosis
·
Bernapas
dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung
·
Pernapasan
dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan kesimetrisan.
6) Vena Leher
·
Adanya
distensi/ bendungan.
7) Dada
a) Inspeksi
·
Pemeriksaan
mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien harus duduk.
·
Observasi
dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau belakang.
·
Dada
posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan tulang belakang
(kifosis, skoliosis, dan lordosis)
·
Catat
jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
·
Observasi
pernapasan seperti pernapasan hidung, atau pernapasan diafragma serta
penggunaan otot bantu pernapasan.
·
Observasi
durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang panjang menandakan adanya
obstruksi jalan napas seperti pada pasien Chronic Airflow Limitation (CAL)/
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
·
Kaji
konfigurasi dada.
·
Kelainan
bentuk dada:
Barrel
chest
Akibat overinflation paru pada pasien emfisema.
Funnel
chest
Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu
depresi bagian bawah sternum.
Pigeon
chest
Akibat
ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan peningkatan diameter AP.
Kofiskoliosis
Missal
pada pasien osteoporosis dan kelainan musculoskeletal.
·
Observasi
kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan dinding dada mengindikasikan
adanya penyakit paru/ pleura.
·
Observasi
retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi yang mengindikasikan
adanya obstruksi jalan napas.
b) Palpasi
Untuk
mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil premitus (vibrasi).
c) Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:
·
Suara
perkusi normal:
Resonan
(sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal, umumnya bergaung dan bernada
rendah.
Dullness :
dihasilkan di atas jantung atau paru.
Tympany :
dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
·
Suara
perkusi abnormal:
Hiperesonan
: lebih rendah dari resonan seperti paru abnormal yang berisi udara.
Flatness :
nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi pada paha, bagian jaringan
lainnya.
d) Auskultasi
·
Suara
napas normal
Bronchial/
tubular sound seperti suara dalam pipa, keras, nyaring, dan hembusan lembut.
Bronkovesikuler
sebagai gabungan antara suara napas bronchial dengan vesikuler.
Vesikuler
terdengar lembut, halus, sperti hembusan angin sepoi – sepoi.
·
Jenis
suara tambahan
Wheezing : suara nyaring, musical, terus –
menerus akibat jalan napas yang menyempit.
Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum.
Pleural friction rub : suara kasar, berciut,
dan seperti gessekan akibat inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
Crakles :
ü Fine cracles : suara meletup akibat melewati
daerah alveoli, seperti suara rambut digesekkan.
ü Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan
di jalan saluran napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
(i) Tes untuk menentukan keadekuatan system
konduksi jantung.
·
EKG
·
Exercise
stress test
(ii) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium
aliran darah.
·
Echocardiography
·
Kateterisasi
jantung
·
Angiografi
(iii) Tes
untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi
·
Tes fungsi
paru – paru dengan spirometri.
·
Tes astrup
·
Oksimetri
·
Pemeriksaan
darah lengkap.
(iv) Melihat
struktur system pernapasan
·
X- Ray
thoraks
·
Bronkhoskopi
·
CT scan
paru
(v) Menentukan sel abnormal/ infeksi system
pernapasan
·
Kultur
apus tenggorok
·
Sitologi
·
Specimen
sputum (BTA)
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun
diagnose yang lazim muncul pada pasien dengan gangguan system pernapasan yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Kerusakan pertukaran gas
4. Disfungsi respon penyapihan ventiler
5. Intoleransi aktivitas
6. Resiko aspirasi
- PERENCANAAN
NO. Dx
|
TUJUAN
NOC
|
INTERVENSI
NIC
|
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
bersihan jalan napas efektif sesuai dengan criteria:
Respiratory status : airway patency (0410)
041004 Frekuensi
napas dalam rentang normal
041005 Irama
napas dalam rentang normal
041006 Mampu
mengeluarkan sputum dari jalan napas
041007 Bebas
dari peningkatan suara napas
Respiratory status : Ventilation (0403)
040305 Mudah
dalam bernapas
040310 Tidak
terjadi peningkatan suara napas.
040313 Tidak
terjadi sesak napas
040315 Tidak
ada napas pendek.
040318 Perkusi
napas dalam rentang normal.
040319 Auskultasi
suara napas dalam rentang normal.
Aspiration Control (1918)
191801 Mampu
mengidentifikasi factor resiko
191802 Mencegah
factor resiko.
|
Airway Suctioning (3160)
·
Pastikan kebutuhan oral/ tracheal
suctioning
·
Auskultasi suara napas sebelum dan
sesudah suctioning
·
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
·
Minta klien napas dalam sebelum
suction dilakukan
·
Berikan oksigen dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakheal
·
Monitor status oksigen
·
Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suction
·
Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2
Airway management (3140)
·
Buka jalan napas, gunakan teknik
chin lyft atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan oksigenasi
·
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
·
Pasang alat bantu napas oral atau
nasopharyngeal bila perlu
·
Lakukan terapi fisioterapi dada
bila perlu
·
Keluarkan secret dengan batuk atau
suction
·
Ajarkan cara batuk efektif
·
Auskultasi suara napas, catat
adanya penurunan dan peningkatan suara napas
·
Berikan humidifikasi bila perlu
·
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan cairan
·
Monitor status respirasi dan
oksigenasi bila perlu
|
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….X24 jam diharapkan pola
napas efektif dengan criteria :
Respiratory
status : airway patency (0410)
041004
Frekuensi napas dalam rentang normal
041005
Irama napas dalam rentang normal
041006
Mampu mengeluarkan sputum dari jalan
napas
041007
Bebas dari peningkatan suara napas
Respiratory
status : Ventilation (0403)
040305 Mudah dalam bernapas
040310 Tidak terjadi
peningkatan suara napas.
040313 Tidak terjadi sesak
napas
040315 Tidak ada napas pendek.
040318 Perkusi napas dalam
rentang normal.
040319 Auskultasi suara napas
dalam rentang normal.
Vital signs status (0802)
080201 Suhu dalam rentang
normal
080202 Nadi apical dalam
rentang normal
080203 Nadi radial dalam
rentang normal
080204 Frekuensi napas dalam rentang normal
080205 TD systole dalam rentang
normal
080206 TD diastole dalam rentang normal
|
Airway
management (3140)
·
Buka jalan napas, gunakan teknik chin lyft atau
jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien untuk memaksimalkan oksigenasi
·
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan napas
·
Pasang alat bantu napas oral atau nasopharyngeal
bila perlu
·
Lakukan terapi fisioterapi dada bila perlu
·
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
·
Ajarkan cara batuk efektif
·
Auskultasi suara napas, catat adanya penurunan
dan peningkatan suara napas
·
Berikan humidifikasi bila perlu
·
Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
·
Monitor status respirasi dan oksigenasi bila
perlu
Vital sign
monitoring (6680)
·
Monitor TD, nadi, suhu dan pernapasan
·
Monitor pola napas tidak normal (kusmaul,
apnea, dll)
·
Monitor warna, temperature, dan kelembaban
kulit
·
Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
vital sign
|
|
3.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan
pertukaran gas baik dengan kriteria :
Electrolyte dan acid/ base
balance (0600)
06000 Frekuensi jantung dalam
rentang normal
060002 Irama jantung dalam
rentang normal
060003 Frekuensi napas dalam rentang
normal
060004 Irama napas dalam rentang
normal
060005 Serum sodium dbn
060006 Serum potassium dbn
060007 Serum chloride dbn
060008 Serum calcium dbn
060009 Serum magnesium dbn
060010 Serum pH dbn
060011 Serum albumin dbn
060012 Serum kreatinin dbn
060013 Serum bikarbonat dbn
060016 Tidak ada penurunan
mental
Respiratory status : gas exchange (0402)
040201 Status
mental dalam rentang normal
040202 Mudah dalam bernapas
040203 Tidak terjadi sesak
napas
040204 Tidak ada sesak dengan
bantuan
040206 Tidak terjadi sianosis
040207 Tidak terjadi somnolen
040208 PaO2 dbn
040209 PaCO2 dbn
040214 Perfusi
ventilasi seimbang
|
Airway
management (3140)
·
Buka jalan napas, gunakan teknik chin lyft atau
jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien untuk memaksimalkan oksigenasi
·
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan napas
·
Pasang alat bantu napas oral atau
nasopharyngeal bila perlu
·
Lakukan terapi fisioterapi dada bila perlu
·
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
·
Ajarkan cara batuk efektif
·
Auskultasi suara napas, catat adanya penurunan
dan peningkatan suara napas
·
Berikan humidifikasi bila perlu
·
Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
·
Monitor status respirasi dan oksigenasi bila
perlu
|
|
4.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan penyapihan
ventilasi spontan baik dengan criteria:
Respiratory status : gas exchange (0402)
040201 Status mental dalam
rentang normal
040202 Mudah dalam bernapas
040203 Tidak terjadi sesak
napas
040204 Tidak ada sesak dengan
bantuan
040206 Tidak terjadi sianosis
040207 Tidak terjadi somnolen
040208 PaO2 dbn
040209 PaCO2 dbn
040210 pH arteri dbn
040211 Kejenuhan O2
dbn
040213 Fotorontgen dada
terakhir dalam rentang normal
040214 Perfusi ventilasi
seimbang
Respiratory
status : Ventilation (0403)
040301 Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
040302
Irama pernapasan dalam rentang normal
040303 Tidak ada napas dalam
040304 Kesimetrisan ekspansi dada
040305 Mudah dalam bernapas
040310 Tidak terjadi peningkatan suara napas.
040313 Tidak terjadi sesak napas
040315 Tidak ada napas pendek.
040318 Perkusi napas dalam rentang normal.
040319 Auskultasi suara napas dalam rentang normal.
|
Mechanical Ventilation (3300)
·
Monitor
kelelahan otot pernapasan
·
Monitor
bahaya gagal napas
·
Gunakan
teknik penenangan bila perlu
·
Catat
perubahan ventilasi setiap 24 jam bila perlu
·
Guanakan
teknik asepsis bila perlu
·
Hentikan
NGT selam suction dalam 30 – 60 menit sebelum fisioterapi dada
·
Monitor
efek samping dari aliran ventilasi seperti infeksi, barotraumas, dan
penurunan curah jantung
·
Beri
fisioterapi dada bila perlu
·
Beri
suction berdasarkan peningkatan suara dan atau peningkatan tekanan ventilasi.
·
Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi secara adekuat.
Mechanical Ventilation Weaning
(3310)
·
Monitor
penurunan kapasitas vital, dll berdasarkan ketentuan
·
Monitor
status cairan dan elektrolit secara optimal
·
Kolaborasi
dengan tim medis lain tentang pemenuhan nutrisi pasien serta ketentuan
dietnya.
·
Posisikan
pasien dengan baik untuk ventilasi otot dan peningkatan diafragma.
·
Beri
suction pada jalan napas jika dibutuhkan
·
Beri
fisioterapi dada jika perlu
·
Monitor
tanda kelelahan otot respirasi, hipoksemia, dan hipoksia jaringan saat proses
penyapihan
·
Gunakan
teknik relaksasi jika perlu
·
Beritahu
pasien tentang pengaturan perubahan peningkatan dari kerja napas bila perlu.
|
|
5.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
tidak terjadi intoleransi aktivitas sesuai criteria:
Activity Tolerance (0005)
000502 Frekuensi jantung dalam rentang normal
saat merespon aktivitas
000503 Frekuensi napas dalam rentang normal
saat merespon aktivitas
000504 TD sistolik dalam rentang normal saat
melakukan aktivitas
000505 TD
diastolic dalam rentang normal saat melakukan aktivitas
000507 Tidak
ada perubahan warna kulit
Self – care : Activites of Daily Living (ADL) (0300)
030001 Tidak
dibantu makan
030002 Tidak
dibantu berpakaian
030003 Tidak
dibantu toileting
030004 Tidak
dibantu mandi
030005 Tidak
dibantu perawatan
030006 Tidak
dibantu hygiene
030007 Tidak
dibantu oral hygiene
030008 Tidak
dibantu ambulasi : berjalan
030009 Tidak
dibantu ambulasi : pindah kursi roda
030010 Tidak
dibantu menukar kegiatan
|
Energy
Management (0180)
·
Kaji
perasaan verbal tentang kecukupan energy
·
Kaji
penyebab kelelahan seperti nyeri, pengobatan, dll
·
Monitor
intake nutrisi secara adekuat sebagai sumber energy
·
Konsultasi
dengnan ahli diet tentang cara peningkatan intake dengan makanan tinggi energy
·
Monitor
laporan pola tidur pasien serta lamanya tidur berapa jam
·
Batasi
stimulasi lingkungan seperti cahaya dan kebisingan untuk relaksasi
·
Anjurkan
bedrest atau batasi kegiatan seperti meningkatkan waktu periode tidur /
istirahat
·
Ajarkan
pada pasien atau keluarga tanda – tanda kelelahan dan anjurkan mengurangi
aktivitas.
|
|
6.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
tidak terjadi resiko aspirasi dengan criteria:
Infection status (0703)
070307 Tidak
demam
070309 Tidak
ada nyeri
070310 Tidak
ada limfadenopati
070311 Tidak
ada malaise
070320 Tidak
ditemukan kolonisasi bakteri dalam darah
070321 Tidak
ada kolonisasi bakteri dalam sputum
070324 Tidak
ada kolonisasi bakteri dalam urin
Risk Control (1902)
190202 Mampu
memonitor resiko factor lingkungan'
190203 Mampu
memonitor resiko factor kebiasaan diri
190206 Mempunyai
keinginan untuk strategi pengontrolan resiko
190208 Mampu mengidentifikasi gaya hidup untuk
mengurangi factor resiko
190217 Mampu
memonitor perubahan status kesehatan.
|
Aspiration Precaution (3200)
·
Monitor
kemampuan batuk reflex, reflex muntah, dll
·
Monitor
status paru – paru
·
Kaji
jalan napas
·
Posisikan
dengan tinggi 900 atau lebih jika memungkinkan
·
Beri
makanan sedikit demi sedikit bertahap
·
Cek NG
atau residual gastroytomy sebelum feeding
·
Informasikan
bahwa makanan / cairan yang lebih menjadi lobus sebelum ditelan
·
Tinggikan
kepala selama 30 – 40 menit setelah makan.
·
Beri
pengobatan dalam bentuk elixir (minuman).
|