ASIDOSIS TUBULUS RENALIS (ATR)
A. PENGERTIAN
Asidosis
tubulus renalis (ATR) atau Renal tubular acidosis (RTA) adalah suatu
penyakit ginjal (rhenal) khususnya pada bagian tubulus renalis-nya. Menurut
sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong
penyakit langka, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik sehingga
diagnosis sering terlambat.
Dalam
keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan
membuangnya ke dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang
bernama tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga
hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam urin. Akibatnya terjadi penimbunan
asam dalam darah, yang mengakibatkan terjadinya asidosis, yakni tingkat keasamannya
menjadi di atas ambang normal.
Menurut
sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong
penyakit yang jarang terjadi, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik
sehingga diagnosis sering terlambat. Namun menurut Dr. dr. Damayanti Rusli
Sjarif, Sp.A (K), dokter spesialis gizi dan metabolik anak pada Bagian Ilmu
Kesehatan Anak di RSCM Jakarta, pasien penyakit ATR yang dia ditangani semakin
hari semakin banyak. Pada tahun 2005 saja, pasien ATR yang dia tangani ada sekitar
20-an orang anak. Dan setiap tahun angka prevalensinya senantiasa bertambah.
B. DAMPAK
Penyakit asidosis jika dibiarkan bisa menimbulkan dampak
berikut:
Rendahnya kadar kalium dalam darah. Jika kadar
kalium darah rendah, maka terjadi kelainan neurologis seperti kelemahan otot,
penurunan refleks dan bahkan kelumpuhan.
Pengendapan kalsium di dalam ginjal yang dapat
mengakibatkan pembentukan batu ginjal. Jika itu terjadi maka bisa bisa terjadi
kerusakan pada sel-sel ginjal dan gagal ginjal kronis.
Kecenderungan terjadinya dehidrasi (kekurangan
cairan)
Pelunakan dan pembengkokan tulang yang
menimbulkan rasa nyeri (osteomalasia atau rakitis).
Gangguan motorik tungkai bawah merupakan keluhan
utama yang sering ditemukan, sehingga anak mengalami keterlambatan untuk dapat
duduk, merangkak, dan berjalan.
Kecenderungan gangguan pencernaan, karena
kelebihan asam dalam lambung dan usus, sehingga pasien mengalami gangguan
penyerapan zat gizi dari usus ke dalam darah. Akibat selanjutnya pasien
mengalami keterlambatan tumbuh kembang (delayed development) dan berat badan
kurang.
C. PENYEBAB
Biasanya
dokter tidak dapat memastikan penyebab ATR. Namun diduga penyakit ini
disebabkan faktor keturunan atau bisa timbul akibat obat-obatan, keracunan
logam berat atau penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau
sindroma Sjögren).
D. PENYEMBUHAN
Sejauh
ini dunia kedokteran belum menemukan obat atau terapi untuk menyembuhkannya,
karena penyakit ini tergolong sebagai kerusakan organ tubuh, seperti penyakit
diabetes mellitus (akibat kerusakan kelenjar insulin).
Sementara
ini penanganan ATR baru sebatas terapi untuk mengontrol tingkat keasaman darah,
yaitu dengan memberikan obat yang mengandung zat bersifat basa (alkalin) secara
berkala (periodik), sehingga tercapai tingkat keasaman netral, seperti pada
orang normal. Zat basa ini mengandung bahan aktif natrium bikarbonat (bicnat).
Dilihat
dari bentuknya, sedikitnya ada tiga jenis bicnat di pasaran Indonesia: tablet,
bubuk, dan cairan.
Jika
pasiennya anak-anak, maka kalau menggunakan obat dalam bentuk tablet, tablet
tersebut harus digerus terlebih dulu sebelum digunakan. Setelah itu dicampur
dengan air matang, lalu diberikan kepada pasien. Sedangkan jika menggunakan
bentuk bubuk dan cairan, tinggal dicampur air matang lalu diberikan kepada
pasien, sesuai dengan dosis yang ditentukan dokter.