YANG KECIL BUKAN KERDIL, TEMUKAN TITIK KEBAHAGIAAN HIDUPMU

Jumat, 30 Januari 2015


Alhamdulillah, hari ini adalah hari pertama kami dinas di tempat yang kedua yaitu tepatnya di BRH (Baitul Ruqyah Asy’Syariyyah Wal Hijamah). Tempat praktik kami yang beralamatkan di Jalan Nyi Pembanyun No. 14, Kota Gede, Yogyakarta ini tidak mendirikan papan pemberitahuan atau baliho yang cukup besar yang menyebabkan kami kesulitan meneuknannya dan lagi-lagi kami salah jalan lebih kurang 500 meter sehingga membuat kami harus memutar berbalik arah menggunakan armada roda dua. Perlahan kami mengamati dengan seksama tanda tempat BRHnya. Setelah diberi petunjuk oleh salah seorang warga hanya butuh waktu 1 menit kami langsung menemukan tempatnya. Syukurlah...

Tempat praktik kami kali ini walaupun tidak terlalu luas, namun terasa asri dan lebih nyaman dibanding dengan yang sebelumnya. Ya, terus terang saja melihat tempat yang bisa dibilang seperti villa ini langsung membuat saya merasa betah tinggal di dalamnya. Penataan ruang receptionist, kebun bunga dan ruang perawatan untuk pelayanan pasien yang rapih terasa seperti rumah sendiri juga dilengkapi dengan obat-obatan herbal, jajanan retail, poster, berkas do’a, serta penyediaan bacaan majalah islami gratis bagi pengunjung. Walau kecil, sungguh penataanya sangat rapih, bersih serta menerapkan nilai-nilai islami dalam setiap sudut bangunannya, ada Ruang Ruqyah, Ruang Perawatan Bekam Putra dan Bekam Putri.

Sebuah tempat praktik yang termasuk keperawatan alternatif dan komplementer ini memiliki 2 jenis pelayanan, sesuai namanya yaitu Terapi Ruqyah dan Terapi Hijamah (Di Indonesia dikenal dengan “Bekam”). Awal kami (saya, amin dan suip) mengetuk pintu dan mengucapkan salam, terdengar sahut jawab salam yang hangat dari dalam. Ya, beliau adalah Bapak Nur salah satu pengelola di BRH tersebut. Dengan ramah dan lemah lembut beliau langsung mengetahui bahwa kami adalah mahasiswa pengganti dinas yang sebelumnya dari institusi yang sama. Tak lama kemudian kami dipersilahkan masuk ke ruang dalam untuk meletakkan barang bawaan dan berorientasi tempat secara mandiri. Di awal pagi ini langsung banyak pasien yang datang, oleh karenanya Bp. Nur tidak sempat mengorientasikan kami. Selang beberapa menit saja sudah tiga pasien beserta keluarganya datang.

Tempat praktik pengobatan yang di bawah naungan Assosiasi Ruqyah Syar’iyyah Indonesia (ARSYI) ini merupakan salah satu dari beberapa tempat pengobatan dengan berkedudukan di Kota Yogyakarta. Di antaranya di kota yang lain di Indonesia adalah di Jakarta sebagai Pusat ARSYI, Surabaya, Medan, Pemalang, Pekalongan, dan masih banyak lagi.

Setelah saya kaji lebih dalam dari beberapa sumber, ternyata tempat praktik kami yang kedua inipun didirikan oleh seorang yang bukan berlatarbelakang pendidikan kesehatan juga seperti di “Enggal Dhangan” Klaten yang pernah saya ceritakan minggu lalu. Pendiri BRH ini adalah Ustad H. Fadlan Abu Yasir, Lc (Penulis Buku : “Menjadi Muslim Sehat dan Hebat dengan Ruqyah Syar’iyyah”). Beliau adalah salah satu alumni Universitas Madinah di Timur Tengah. Beliau dan keluarga mendirikan BRH atas dasar visi ingin menjadikan ini sebagai salah satu solusi hidup sehat yang islami dalam bentuk pengobatan juga sebagai media dakwah kepada setiap klien/pasiennya yang berobat di tempat tersebut.

Benar-benar tak ku sangka, tempat pengobatan sederhana yang didirikan di sebuah kota tua awal terbentuknya Kerjanaan dan Negara Indonesia-Yogyakarta ini menyimpan banyak cerita prestasi yang bisa dibilang bisa mengangkat nama bangsa Indonesia di dunia internasional walaupun tak banyak yang menyadarinya. Bagaimana tidak, BRH yang didirikan pada tahun 1995 ini, ternyata sering dikunjungi berbagai peneliti/ilmuan yang datang dari berbagai manca negara diantaranya seorang doktor dari Jepang, berrbagai Ilmuan dari Indonesia bahkan pada hari ini BRH kedatangan empat orang tamu dari Negeri Jiran Malaysia yang didampingi oleh salah seorang pegawai Rumah Sakit Nur Hidayah Yogyakarta. Mereka adalah mahasiswa yang ingin meneliti hubungan antara disiplin ilmu medis dengan ruqyah yang secara empiris sudah terbukti kebenarannya bahwa bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti Chest Pain, Epilepsi, dan berbagai gangguan jin serta ilmu sihir.

Pegawai di BRH ini bukan merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi dan dari daerah jauh, kebanyakan mereka adalah warga, sanak kerabat Ust. Fadlan yang tinggal di daerah Yogyakarta sekitar BRH. Dari sini saya menyadari bahwa yang “Kecil bukanlah Kerdil”.

Tidak hanya itu yang membuat saya kagum, Pak Nur, pegawai bagian receptionist dan administrasi ini mengungkapkan pengalaman hidupnya yang membuat kami sempat ter-enyuh mendengarnya. Beliau bercerita bahwa dulu beliau adalah seorang yang ingin bekerja di dunia Marketing (Pemasaran). Sudah 17 perusahaan pernah beliau ajukan diri dan semuanya diterima, tetapi karena kurang kepercayaan diri beliau membatalkan itu semua. Beliau dahulu pernah bekerja di Malioboro Mall sebagai pramuniaga sekitar tahun 2006 dengan gaji +/- Rp. 400.000,-. Pada zaman tersebut sudah termasuk cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup standar di Yogyakarta. Kemudian beliau melanjutkan karir menjadi seorang manajer di sebuah Perusahaan Samsung di Yogyakarta juga yang bisa dibilang gajinya sebulan bisa lebih dari cukup jika hanya untuk sekedar gonta-ganti sebuah sepeda motor.

Beliau yang lulusan S2 Fakultas Dakwah UIN ini setelah beberapa tahun bekerja, kemudian merasa gersang, kurang nyaman dengan pekerjannya disamping masalah keluarga sehingga mendorongnya mencoba memeriksakan diri datang ke BRH. Setelah berkonsultasi dengan Ust. H. Fadlan tentang masalahnya tersebut, akhirnya Pak Nur ditawarkan oleh Ust. Fadlan untuk mencoba bekerja di BRH, dan sampai sekarang ini alhamdulilllah sudah menjadi pegawai tetap sekitar 5 tahun yang silam beserta istrinya yang ditarik bekerja di luar menjadi pegawai BRH juga. Beliau menuturkan bahwa jika mau membandingkan mungkin bisa dihitung satu per seratusnya kali lipat (1/100) besarnya gaji yang sekarang dengan yang dahulu. Meskipun begitu, beliau tidak mengapa. Walaupun dengan resiko yang jauh berbeda itu, beliau dari BRH belliau bisa belajar mengaji, belajar praktik bekam dan ruqyah serta menerapkan ilmu manajemennya. Beliau dan keluarga akhirnya menemukan titik kenyamanan dalam hidupnya beserta keluarga yang tidak bisa dinilai dari apapun.
Dan dari sini saya menyadari bahwa menemukan “Titik Kebahagiaan Hidup” itu lebih penting dibanding segalanya. MasyAllah...

Sobatku,
Mari berfikir dan merenung sejenak, setiap usaha yang kita lakukan semuanya mustahil tanpa adanya kerja keras, ketekunan, kesabaran hingga bantuan ulur tangan kerjasama orang lain. Sekecil apapun itu, sabar dan perjuangkanlah, hingga saatnya keberhasilan itu dapat diraih. Keberhasilan itu tidak datang, tetapi kita harus menjemputnya. Andai kata kecil hasil yang didapat, tetapi ingatlah bahwa “kecil bukanlah kerdil”, berhasil tidak dinilai dari materi tetapi dinilai seberapa bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu mencari penghargaan orang lain, hargai dirimu, maka orang lain akan menghargaimu.

Tanyakan hatimu, apakah keadaanmu saat ini sudah sesuai dengan kebutuhanmu bukan keinginanmu. Tak usah takut gagal dan jatuh, temukan “titik kenyamanan hidupmu”. 

Satya Putra Lencana

Yogyakarta, 26 Februari 2015
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Your comment here

Radio Rodja 756AM

Last Detik News

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Satya Excel Site - ساتيا ممتاز - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger