HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI
PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH
SANGGAR ALANG-ALANG SURABAYA
(RELATIONSHIP
BETWEEN SOCIAL SUPPORT WITH SELF CONCEPT
OF STREET
CHILDREN)
Reny Maharani, Retno Indarwati, Fery Effendi
Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo
Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257
Email: renymahar@gmail.com
ABSTRACT
Introduction: Self concept of street children
was a conceptualization that worked by human into theirselves. Environment
around street children could affect their self concept formation process. Human
self concept developedby the time periode. Street children could have positive
self concept if they got social support from their close environment. Methods: This study aimed to identified the relationship between
social support with self concept of street children and analyzed relationship
between both variables. This study used cross-sectoinal design. Samples were
street children in SanggarAlang-alang, Surabaya. Sample size were 30
individuals, recruited using purposive sampling. Data were collected through
questionnare and analyzed by means of Spearmen Rho statistical test with
significance level of α<0 span="">Result
and Analysis: Result
of the research there was relationship between social support with self concept
in street children with significance level p = 0.000 it means the relationship
between two variable was reliable. The limitation in this research was too
small sample to be used. Discussion: It could be conclude from this
study that there was relationship between social support with self concept in
street children. Further studies should involve more respondents and use
standardized instrument to obtain better result.0>
Keyword: Social Support,
Self Concept, Street Children.
PENDAHULUAN
Fenomena anak jalanan merupakan permasalahan sosial ekonomi
yang belum dapat ditangani secara menyeluruh oleh pemerintah Indonesia. Faktor
keterbatasan ekonomi dan ketidakharmonisan keluarga merupakan faktor utama yang
menyebabkan munculnya fenomena tersebut (Saituti, 2001). Dijelaskan oleh Dianah
(2011) bahwa kedua faktor tersebut mampu mempengaruhi konsep diri seorang anak.
Menurut Pramuchtia dan Pandjaitan (2010), studi yang telah dilakukan selama ini
masih terbatas pada pembahasan karakteristik sosial ekonomi, pembinaan rumah
singgah, dan tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan. Studi tersebut belum
melihat anak jalanan dari sudut psikologi sosial yaitu dengan memahami konsep
diri anak jalanan. Konsep diri anak jalanan cenderung negatif dalam usaha mereka
untuk memperbaiki diri dalam memilih pekerjaan dan dalam berhubungan dengan
orang lain yang tidak bekerja sebagai anak jalanan ataupun orang lain yang
tidak senasib dengan mereka
(Pramuchtia
dan Pandjaitan, 2010). Dari hasil wawancara studi
awal peneliti terhadap 10 orang anak jalanan binaan Sanggar
Alang-alang, ditemukan 60% anak jalanan sering merasa mengecewakan orang tua
karena mereka merasa belum melaksanakan peran seorang anak terhadap orang
tuanya, 40% anak jalanan belum puas terhadap apa yang dia jalani sekarang, dan
50% anak jalanan sering merasa minder ketika mendapat respon negatif atau
cemoohan dari masyarakat. Selain itu, 70% dari mereka mengaku malu terhadap
teman-temannya di sekolah karena bekerja sebagai pengamen, menurut mereka
profesi mereka sebagai pengamen bukan sebuah hal yang dapat dijadikan sebuah
kebanggaan. Di lain pihak, beberapa responden memiliki keinginan untuk menjadi
penyanyi profesional dan seorang pemain sepak bola TIMNAS. Dari hasil studi
awal tersebut diketahui bahwa konsep diri anak jalanan beragam, ada yang
memiliki konsep diri positif dan ada pula yang negatif. Dengan memahami
perbedaan konsep diri pada anak jalanan tersebut maka pembinaan anak jalanan
akan tepat sasaran sesuai dengan konsep diri anak jalanan (Pramuchtia dan
Pandjaitan, 2010). Penelitian yang dilakukan sebelumnya pada pekerja anak
menyatakan, konsep diri positif dapat diperoleh dari besarnya dukungan sosial
dari lingkungan sekitar (Dianah, 2011).
Berdasarkan estimasi dari UNICEF
(2003), ada sekurangnya sekitar 100 juta anak jalanan di seluruh dunia. Pusat
Data dan Informasi Kementrian Sosial (2008) menyatakan bahwa jumlah anak
jalanan di Indonesia sebesar 232.984 jiwa. Jumlah tersebut cenderung meningkat
bila dibandingkan tahun 2007 sebanyak 104.000 anak dan tahun 2006 sebanyak
144.000 anak (Anonim, 2010). Sedangkan jumlah anak jalanan di Jawa Timur
sendiri pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 7.261 jiwa, dimana sekitar 5.000
anak diantaranya berada di kota Surabaya (Indrawan, 2012). Berdasarkan hasil
studi karakteristik pada anak jalanan di Semarang, faktor penyebab yang
mendorong anak turun ke jalan adalah kemiskinan 83,33%, keretakan keluarga
1,96%, karena orang tua tidak paham dan tidak memenuhi kebutuhan sosial anak
0,98%, dan lainnya 13,7% karena keinginan sendiri, sering dipukuli orang tua,
dan ingin bebas (LPPM USM, 2010).
Tingginya angka pertumbuhan anak jalanan ini menjadi objek menarik untuk
dikaji, namun selama ini, studi-studi yang sudah ada sebelumnya masih terbatas
pada pembahasan mengenai karakteristik sosial ekonomi, pembinaan rumah singgah,
dan tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan. Penelitian tersebut belum
melihat anak jalanan dari sudut psikologi sosial yaitu dengan memahami konsep
diri anak jalanan (Pramuchtia dan Pandjaitan, 2010). Berdasarkan hasil
penelitian mengenai konsep diri pada anak jalanan yang dilakukan oleh
Pramuchtia dan Pandjaitan (2010) di Bogor, sebanyak 36% anak merasa orang tua
sering kecewa dengan yang mereka kerjakan di jalanan, 76,66% mengaku tidak bisa
mengelola emosi ketika berhubungan dengan orang lain sehingga sering berkelahi, 3,33% merasa malu untuk menceritakan hal-hal negatif
atau kekurangan pada dirinya (seperti pemakaian narkoba, seks bebas, dan
minuman keras), dan 46,67% merasa bahwa tidak
mempunyai hal yang pantas untuk dibanggakan dari diri mereka.
Kisaran usia anak jalanan rata-rata 13
tahun dengan usia termuda 6 tahun dan tertua 21 tahun (LPPM USM, 2008).
Kehidupan anak jalanan yang bebas dan kompleks menyebabkan anak jalanan
membangun pengetahuan mereka sendiri sesuai dengan apa yang mereka lihat,
dengar, dan rasakan. Sejak kecil, individu telah dipengaruhi oleh berbagai
pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang
terdekat, maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, dan
sejarah hidup individu dari masa lalu. Cara pandang individu terhadap dirinya
akan membentuk suatu konsep dirinya sendiri (Manik, 2007). Seperti yang
dijelaskan oleh Pramuchtia (2010) bahwa karakteristik anak jalanan yang terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal diduga dapat mempengaruhi konsep diri
anak jalanan. Faktor internal antara lain usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, dan alasan mereka turun ke jalan. Sedangkan faktor
eksternal adalah tingkat kekerasan yang dialami oleh anak jalanan dan tingkat
sosial ekonominya (Pramuchtia, 2010). Tanpa adanya pondasi yang kuat dari
komponen konsep diri yang terdiri dari gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran, dan identitas diri, kita tidak berani mengambil resiko dan membuat
pilihan dalam menjalani kehidupan yang produktif (Nurmawati, 2010). Orang yang
menilai dirinya sebagai tidak baik (konsep diri negatif), cenderung menarik
diri dalam berhubungan dengan orang lain, atau bersifat agresif secara tidak
wajar. Jika seorang anak jalanan berpikir bahwa dirinya bodoh, ia akan merasa
tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas yang dipandangnya sebagai tugas
“orang-orang pintar”. Bila seorang anak jalanan merasa dirinya memiliki
kemampuan mengatasi masalah, maka pesoalan apapun yang dihadapinya pada
akhirnya cenderung dapat diatasi (Pramuchtia dan Pandjaitan, 2010).
Sarason et al. (1983) dalam Dianah (2011) memaparkan bahwa informasi atau
tindakan yang menyebabkan individu merasa diperhatikan, memiliki nilai, dan
tempat untuk mendapatkan pertolongan dari orang lain pada saat membutuhkan,
diartikan sebagai dukungan sosial. Menurut Kuntjoro (2002), dukungan sosial
adalah informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal
ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega
karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Mengingat permasalahan ekonomi yang tengah dihadapi Indonesia, semakin banyak
keluarga yang dihadapkan dengan kemiskinan, semakin banyak pula anak-anak yang
terpaksa harus turun ke jalan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Berkaitan
dengan hal tersebut, perlu diupayakan agar anak-anak jalanan dapat memiliki
konsep diri positif karena dengan hal tersebut, seseorang dapat merancang
tujuan-tujuan hidupnya yang sesuai dengan realitas (Calhoun dan Acocella,
1990). Sedangkan menurut Muslim dan Mardiyanti (2004) dalam Pramuchtia dan
Pandjaitan (2010), konsep diri anak jalanan perlu dipahami karena konsep diri
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan
seseorang . Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai
hubungan dukungan sosial dengan konsep diri pada anak jalanan di Rumah Singgah
Sanggar Alang-alang Surabaya.
BAHAN DAN METODE
Desain penelitian
ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 75
anak jalanan yang berada dalam pembinaan Sanggar Alang-alang Surabaya.
Penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu teknik pemilihan sampel dengan menetapkan sampel dengan cara
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
yang telah ditentukan, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan selama
bulan Juli 2012.
Variabel
independen dalam penelitian ini adalah dukungan sosial, sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah
konsep diri pada anak jalanan. Instrumen
yang digunakan dalam pengumpulan data tentang dukungan sosial menggunakan lembar kuesioner yang
didasarkan pada Social Provision Scale oleh Russel dan Cutrona (1984). Kuesioner diadopsi oleh peneliti dari Pratiwi (2009) dengan memodifikasi Six
Provision yang dimaksud oleh
Weiss (1974) meliputi saran atau informasi (guidance),
keyakinan bahwa orang-orang terdekat dapat memanajemen stres yang dirasakan
seseorang (reassurance of worth),
kedekatan emosional (attachment),
rasa saling memiliki dan kesamaan nasib (social
integration), dan saling membantu satu sama lain (opportunity for nurturance). Selain itu peneliti juga membuat instrumen
berupa kuesioner untuk konsep diri anak jalanan
yang diadopsi dan dimodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nanik
(2010). Pengumpulan
data dilaksanakan setelah peneliti mendapat ijin untuk melakukan penelitian.
Peneliti datang ke sanggar untuk memberikan lembar kuesioner. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman’s Rho untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel
bebas dan variabel tergantung dengan derajat kemaknaan atau tingkat signifikasi α<0 span=""> Dari hasil
perbandingan akan ditentukan hipotesa diterima atau ditolak. Apabila hasil uji statistik dengan Spearman Rho menunjukkan p≤α , maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa
alternatif diterima.0>
HASIL
Tabel 1. Data Demografi Responden di Rumah
Singgah Sanggar Alang-alang Surabaya, Juli 2012.
No.
|
Karakteristik Responden
|
Jumlah
|
%
|
1.
|
Berdasarkan jenis kelamin
|
|
Laki-laki
|
10
|
33
|
|
Perempuan
|
20
|
67
|
|
Total
|
30
|
100
|
2.
|
Berdasarkan usia
|
|
|
|
13
|
24
|
80
|
|
14
|
4
|
13
|
|
15
|
0
|
-
|
|
16
|
1
|
3
|
|
17
|
0
|
-
|
|
18
|
1
|
3
|
|
Total
|
30
|
100
|
3.
|
Berdasarkan agama
|
|
|
|
Islam
|
30
|
100
|
|
Kristen/katholik
|
0
|
-
|
|
Hindu
|
0
|
-
|
|
Budha
|
0
|
-
|
|
Total
|
30
|
100
|
4.
|
Berdasarkan tingkat pendidikan
|
|
SD
|
1
|
3
|
|
SMP
|
27
|
90
|
|
SMA
|
2
|
7
|
|
Total
|
30
|
100
|
5.
|
Berdasarkan urutan anak dalam keluarga
|
|
Pertama
|
6
|
20
|
|
Kedua
|
7
|
23
|
|
Lebih dari 3
|
15
|
50
|
|
Tunggal
|
2
|
7
|
|
Total
|
30
|
100
|
6.
|
Berdasarkan cita-cita
|
|
Penyanyi
|
3
|
10
|
|
Atlet
|
6
|
20
|
|
Polisi/TNI
|
9
|
30
|
|
Guru
|
1
|
3
|
|
Lain-lain
|
11
|
37
|
|
Total
|
30
|
100
|
7.
|
Berdasarkan pekerjaan
|
|
Tidak bekerja
|
18
|
60
|
|
Pengamen
|
9
|
30
|
|
Penjual koran
|
2
|
7
|
|
Tukang semir sepatu
|
0
|
-
|
|
Buruh
|
1
|
3
|
|
Total
|
30
|
100
|
8.
|
Berdasarkan penghasilan orang tua
|
|
Kurang dari UMR
|
27
|
90
|
|
Lebih dari UMR
|
3
|
10
|
|
Total
|
30
|
100
|
9.
|
Berdasarkan teman sepergaulan
|
|
Anak jalanan saja
|
|
-
|
|
Anak jalanan dan tetangga
|
3
|
10
|
|
Anak jalanan dan teman sekolah
|
17
|
53
|
|
Anak lain yang bukan anak jalanan
|
7
|
23
|
|
Lebih dari dua pilihan
|
3
|
10
|
|
Total
|
30
|
100
|
Pada tabel 5.1 menunjukkan jumlah responden
berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
yaitu 20 orang (67%). Berdasarkan usia sebagian besar responden berada pada
usia 13 tahun yaitu 24 orang (80%). Berdasarkan agama yang diyakini seluruh
anak jalanan (30 orang) memeluk agama islam (100%). Berdasarkan tingkat pendidikan
sebagian berada di tingkat pendidikan SMP yaitu 27 orang (90%). Berdasarkan urutan dalam keluarganya
setengah dari jumlah responden adalah anak dengan urutan lebih dari 3 dalam
keluarganya yaitu 15 orang (50%).
Berdasarkan cita-cita responden memiliki cita-cita yang beragam, hal ini
terbukti dari pilihan terbanyak berada pada cita-cita selain yang disebutkan
oleh peneliti misalnya pengacara, musisi, pramugari, dan dokter yaitu sebanyak
11 orang (37%). Berdasarkan pekerjaan
jumlah responden yang sudah tidak bekerja yaitu 18 orang (60%) sedangkan yang memiliki pekerjaan
sebanyak 12 orang (40%). Berdasarkan penghasilan orang tua setiap bulannya
sebagian besar penghasilan orang tua responden kurang dari standart Upah
Minimum Regional Jawa Timur (UMR= Rp1.257.000 per bulan) yaitu 27 orang (90%). Dan berdasarkan teman sepergaulan
lebih dari setengah jumlah responden berteman dengan anak jalanan dan teman
sekolah yaitu 17 orang (53%).
Tabel
2. Tabulasi silang hubungan dukungan
sosial dengan konsep diri pada anak jalanan di rumah singgah Sanggar
Alang-alang Surabaya, Juli 2012..
Konsep Diri
|
Dukungan Sosial
|
Total
|
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
Buruk
|
0
0%
|
3
10%
|
1
3.3%
|
4
13.3%
|
Baik
|
0
0%
|
2
6.7%
|
24
80%
|
26
86.7%
|
Total
|
0
0%
|
5
17%
|
25
83%
|
30
100%
|
Uji Statistik Spearmen Rho
p = 0,000 ; r = 0,614
|
Proses analisa data
menggunakan uji statistik korelasi
Spearman’s Rho untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel
bebas dan variabel tergantung dengan derajat kemaknaan atau tingkat signifikasi α<0 dapat="" dari="" dilihat="" hubungan="" kedua="" kekuatan="" koefesien="" korelasi="" menentukan="" sedangkan="" span="" untuk="" variabel=""> (r). 0>
Berdasarkan
tabel 2 menunjukkan hasil analisis statistik uji korelasi Spearmen Rho dengan nilai p = 0,000 dan r = 0,614. Nilai
signifikansi p = 0,000 artinya p<0 span="" style="mso-spacerun: yes;">
0>
hal tersebut berarti Ho ditolak dan H1 diterima yaitu ada hubungan
antara dukungan sosial dengan konsep diri pada anak jalanan. Sedangkan
Correlation Coefficient bernilai r =
0,614 hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara kedua variabel
adalah reliabel atau dengan kata lain ada hubungan yang bermakna diantara
keduanya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas pada responden dengan dukungan sosial
baik, 24 orang (80%) memiliki konsep diri baik. Setelah dilakukan analisis Spearmen Rho didapatkan nilai
signifikansi p = 0,000 artinya p<0 span="" style="mso-spacerun: yes;">
0>
hal tersebut berarti H
0 ditolak dan H
1 diterima
yaitu ada hubungan antara dukungan sosial dengan konsep diri pada anak jalanan.
Correlation Coefficient bernilai r =
0,614 hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara kedua variabel
adalah reliabel atau dengan kata lain ada hubungan yang bermakna diantara
keduanya.
Menurut Saibilah
(2003), konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai
hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat,
dan dengan realitas dunia. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Saibilah
(2003), konsep diri dipengaruhi oleh perkembangan individu, persepsi individu
terhadap dirinya sendiri, dan significant
others (orang yang terpenting atau yang terdekat). Sebagaimana dijelaskan
oleh Sarafino (2006) bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang
yang mereka cintai seperti pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja,
dan organisasi komunitas. Sarason et al. (1994)
dukungan sosial merupakan hasil dari interaksi dari konteks situasional,
konteks intrapersonal, dan konteks interpersonal. Ketiga hal tersebut mencakup
kondisi lingkungan di sekitar individu, pengalaman masa lalu, kemampuan
menginterpretasikan perilaku suportif dari orang lain, dan kualitas hubungan
spesifik dengan orang-orang di sekitar sehingga individu memiliki perasaan
disayangi dan diperhatikan oleh orang lain.
Dari hasil
penelitian pada hubungan antara kedua variabel, ditemukan bahwa semakin tinggi
dukungan sosial yang diperoleh, semakin baik konsep diri yang dimiliki oleh
anak jalanan. Anak jalanan di sanggar Alang-alang selain memiliki keluarga yang
perhatian kepada mereka juga menjalin komunikasi yang cukup bermakna dengan
pembina sanggar. Kedekatan anak jalanan dengan orang-orang disekitarnya dapat
menimbulkan ikatan emosional diantara keduanya. Adanya ikatan emosional
tersebut menjadi sebuah pengaruh tersendiri bagi anak-anak jalanan yang sekaligus
dapat mempengaruhi konsep dirinya. Di sanggar, anak jalanan diajarkan untuk
selalu menjaga etika dan berani bermimpi apapun cita-cita yang mereka inginkan.
Tidak hanya itu, mereka juga diajarkan untuk selalu bersyukur terhadap apa yang
telah diterima dan apa yang mereka miliki saat itu. Besarnya dukungan sosial
dari teman sekolah juga dapat menjadi sebuah motivasi bagi anak jalanan untuk
bisa menjadi lebih baik dari sekarang seperti layaknya teman sekolah mereka
yang bukan anak jalanan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
- Dukungan sosial pada anak jalanan di sanggar
Alang-alang mayoritas dalam keadaan baik, hal ini karena kedekatan emosional
anak jalanan dengan orang-orang berarti di sekelilingnya seperti keluarga,
pembina sanggar, dan teman sesama serta faktor kesamaan nasib dengan teman
sesama anak jalanan.
- Konsep diri anak jalanan di sanggar Alang-alang
mayoritas baik, penghasilan orang tua dibawah UMR tidak mempengaruhi konsep
dirinya, kemungkinan hal tersebut karena peran sanggar yang menanamkan nilai-nilai
khusus yang menjadikan konsep diri anak jalanan positif. Selain itu konsep diri
positif dapat dilihat dari beragamnya cita-cita yang dimiliki responden dan
teman sepergaulan yang tidak hanya anak jalanan tapi juga mereka berteman dekat
dengan teman-teman di sekolah yang bukan anak jalanan. 3) Dari hasil uji
korelasi kedua variabel dapat diketahui bahwa ada hubungan antara dukungan
sosial dan konsep diri. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima anak
jalanan, semakin baik pula konsep diri yang mereka miliki.
Saran
- Perlu adanya penyuluhan mengenai pentingnya
dukungan sosial kepada orang tua anak jalanan agar dapat meningkatkan kualitas
dukungan sosial mereka kepada anak-anaknya sehingga anak dapat mengembangkan
konsep dirinya ke arah yang lebih baik lagi.
- Bagi peneliti selanjutnya perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
konsep diri pada anak jalanan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembinaan
terhadap mereka.
KEPUSTAKAAN
Baron, RA, & Byrne, Donn. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Ed ke-10. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Calhoun, F & Acocella, JR. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian Hubungan Kemanusiaan. ed ke-3.
Semarang: Ikip Semarang Press.
Burns, RB. 1984. ‘The Self
Concept: Theory, Measurement, Development, and Behavior’. New York: Longman
Inc.
Dianah, A. 2011. Dukungan
Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. 2011. Pedoman Penyusunan Proposal dan Skripsi.
Hayati, S. 2010. Pengaruh
Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.
Indrawan, DR et al. 2012. Pengembangan
Komunitas Anak Jalanan Sanggar Alang-alang Surabaya. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November.
Kuntjoro, ZS. 2002. Jurnal
Psikologi: Dukungan Sosial pada Lansia.
http://www.e-psikologi.com/usia/160802.htm.
LPPM USM. 2008. Studi
Karakteristik Anak Jalanan dalam Upaya Penyusunan Program Penanggulangannya:
Kajian Empirik di Kota Semarang, Riptek,vol.
I, No. 2, Hal. 41-45.
Manik, CG. 2007. Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri pada Narapidana Remaja di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Tanjung Gusta Medan. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Nanik, Nurmawati. 2010. Hubungan
Antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar pada Siswa Tunarungu di SMALB-B
Karya Mulia Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga.
Nursalam, 2008, Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Pramuchtia, Yunda & Nurmala KP. 2010. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia: Konsep
Diri Anak Jalanan: Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat,
vol. 04, No. 02, Hal 255-272.
Pramuchtia, Y. 2008. Konsep
Diri Anak Jalanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi, Nur Wahyu. 2009. Hubungan
Dukungan Sosial dan Tipe Kepribadian dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM). Skripsi. Universitas Airlangga.
Putri, RL & Cholichul, H. 2007. Jurnal Ppsikologi: Bagaimana Memahami Seorang Diri Remaja?.
Universitas Airlangga.
Sarafino, EP. 2006. Health
Psychology Biopsychosocial Interaction. 5th edn. USA: John Wiley & Sons.
Sarason, IG, Sarason, BR & Pierce Gr. 1994. Relationship-Spesific Social Support: Toward A Model For The Analysis
Of Supportive Interactions. California: Sage.
Salbiah. 2003. Konsep Diri. http://www.usu.digital.library.ac.id.
Diakses pada tanggal 14 April 2012.
Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali
Pers.
Suyanto, 2002, ‘Krisis and
child abuse: kajian tentang kasus anak jalanan’, Airlangga University
Press, Surabaya.
Stuart, GW 2006, ‘Buku saku keperawatan jiwa’, Ed Ke-5.
EGC, Jakarta.
The Proffesional. (2012, 17 Januari). Upah Minimum Regional Jawa Timur. http://www.theprofessional.biz/article/433/#.T7BRBGF87IU. Diakses tanggal 14 Mei 2012.
Yudi, KK. 2006. Analisis
Peranan Rumah Singgah Dalam Upaya Perlindungan Anak Jalanan. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Yusuf, NR. (2010, 17 Mei). Melirik
Kondisi Kejiwaan Anak Jalanan. http://news.okezone.com/read/2010/05/17/58/333230/melirik-kondisi-kejiwaan-anak-jalanan.
Diakses tanggal 15 April 2012.