BAB I
A.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Apabila kita
memperhatikan beberapa referensi, banyak rumusan tentang definisi kepemimpinan.
1. George R. Terry, Robert Tahnenbaum, Harold Koontz, dan Cyrill O’Donnel,
pada dasarnya mengartikan kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi
persepsi, sikap, perilaku, atau aktivitas sese-orang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
2. Rupert Eales – White mengartikan kepemimpinan di zaman modern seperti
sekarang ini sebagai penciptaan pertumbuhan dan pembela-jaran atau creator
of growth and learning baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk orang lain yang ada di bawah tanggung jawabnya. Dengan demikian,
selain sebagai “pemimpin” (‘orang yang mengatur dan membimbing orang lain’)
juga sebagai “pendengar” (‘orang yang menerima ajaran dari orang lain’).
3. Dale Carnegie mengatakan bahwa dalam kepemimpinan harus terjalin
komunikasi yang baik, keterampilan interpersonal, kemampuan melatih, memberi
teladan, dan membentuk tim yang baik. Kepemim-pinan tidak bermula dan berakhir
pada kedudukan paling tinggi, dan setiap organisasi memerlukan kepemimpinan
yang dinamis. Setiap orang memiliki potensi menjadi pemimpin setiap hari.
Pemimpin di zaman modern tidak bisa hanya main perintah, tetapi harus melalui pengaruh.
Dan ini benar-benar memerlukan keterampilan antarmanu-sia, kata Dale
Carnegie.
4. Menurut Stephen R. Robbin, leadership
is the ability to influence a group toward the achievement of goals.
5. Kenneth H. Blanchard mengungkapkan, kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha mencapai
tujuan. Dan proses tersebut dapat dirumuskan dalam formula berikut.
L = F(l, f, s) atau K = F(p, b, s)
L = leadership l = leader
F = function f = follower s
= situation
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diidentifikasi bahwa unsur-unsur
utama kepemimpinan adalah:
a.
Pemimpin atau orang yang mempengaruhi;
b.
Orang yang dipimpin atau pihak
yang dipengaruhi;
c.
Interaksi/kegiatan/usaha dan
proses mempengaruhi;
d.
Tujuan yang ingin dicapai; dan
e.
Perilaku/kegiatan yang dilakukan
sebagai hasil mempengaruhi.
B. PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN
Dalam kehidupan sehari-hari
kedua istilah tersebut sering diartikan sama, meskipun sebenarnya ada perbedaan
mendasar kedua istilah tersebut. James L. Gibson, dkk. dalam Fundamental of
Manage-ment mengatakan bahwa pada dasarnya kepemimpinan merupakan bagian dari
mamajemen, meskipun tidak secara keseluruhan. Kepemim-pinan merupakan kemampuan
membantu dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan. Manajemen merupakan
aktivitas yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pengambilan
keputusan sebagai kegiatan awal sampai pemimpin menggunakan kekuasaan untuk
memotivasi orang lain dan mengarahkannya pada pencapaian tujuan. Untuk
memperjelas perbedaannya dapat dilihat diagram berikut.
Leader = managers only in some cases
Dari
diagram di atas tampak bahwa kepemimpinan lebih luas dampaknya daripada
manajemen, dan manajemen cenderung merupakan pemberda-yaan kepemimpinan yang
khusus berorientasi produk.
Sedangkan menurut PT Batamindo
Investment Cakrawala & Lembaga Penelitian Unair (2000: 65) perbedaan manajer
dan pemimpin dapat digambarkan sebagai berikut.
Manajer sekaligus
Pemimpin
Warren Bennis menjelaskan perbedaan antara manajer dan pemimpin sebagai
berikut:
1. Manajer adalah pengelola, pemimpin adalah yang memulai;
2. Manajer merupakan tiruan, pemimpin orisinil/asli;
3. Manajer bersifat mempertahankan, pemimpin bersifat mengembang-kan;
4. Manajer berfokus pada sistem & struktur, pemimpin berfokus pada
orang;
5. Manajemen bergantung pada hasil pengawasan, pemimpin mem-bangkitkan
kepercayaan;
6. Manajer memiliki pandangan jarak pendek, pemimpin memiliki perspektif
jarak jauh;
7. Manajer selalu berorientasi pada hasil akhir, pemimpin berorientasi pada
masa depan;
8. Manajer menerima status quo, pemimpin menentangnya; dan
9. Manajer melakukan dengan benar, pemimpin melakukan yang benar.
Sementara
itu Pamuji menguraikan perbedaan kepemimpinan dengan manajemen sebagai berikut:
1. Kepemimpinan mengarah pada kemampuan individu (pemimpin), manajemen
mengarah pada sistem dan mekanisme kerja;
2. Kepemimpinan merupakan kualitas hubungan/interaksi antarpemim-pin dengan pengikut
dalam situasi tertentu, manajemen merupakan fungsi/status/wewenang.
Kepemimpinan menekankan pada penga-ruh, manajemen menekankan pada wewenang yang
ada;
3. Kepemimpinan menggantungkan diri pada sumber-sumber yang ada pada dirinya
untuk mencapai tujuan, manajemen mempunyai kesem-patan untuk mengerahkan dana dan daya yang ada
dalam organisasi untuk mencapai tujuan;
4. Kepemimpinan diarahkan untuk mewujudkan keinginan pemimpin (walaupun
akhirnya mengarah pada tercapainya tujuan organisasi), manajemen arahnya kepada
tujuan organisasi secara langsung;
5. Kepemimpinan lebih bersifat personal yang berpusat pada diri pemimpin,
manajemen bersifat impersonal dengan masukan logika, rasio, dana, analitis, dan
kuantitatif.
Stephen R. Robbin mengatakan bahwa semua
pemimpin adalah manajer, tetapi tidak semua manajer adalah pemimpin. Manajemen
cenderung memandang kerja sebagai proses yang memungkinkan adanya kombinasi
orang dengan gagasan yang berinteraksi untuk menetapkan strategi dan
pengambilan keputusan. Kepemimpinan cenderung bekerja dengan posisi beresiko
tinggi, terutama jika kesempatan dan ganjarannya juga tinggi. Manajer
berhubungan dengan orang-orang menurut peran yang dimainkan dalam organisasi,
sebalik-nya pemimpin berhubungan dengan orang-orang atas dasar intuitif dan
empati.
“Langkah pertama menuju sukses adalah mengidentifikasi bakat-bakat
kepemimpinan yang Anda miliki sendiri.” (Dale Carnegie)
BAB II
TIPE/GAYA, DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan merupakan perilaku/cara yang dipilih dan digunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku anggota
organisasi (Hadari Nawawi, 2003: 115). Sementara Agus Dharma mengartikan gaya
kepemimpinan sebagai pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada saat
mempengaruhi orang lain. Paul Hersey & Kenneth Blanchard mengatakan bahwa
gaya kepemim-pinan merupakan pola perilaku pada saat seseorang mencoba
mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya.
Menurut Tannenbaum
& Schmidt, ada empat faktor yang mem-pengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu:
a.
Sistem
nilai
b.
Rasa
yakin terhadap bawahan/anggota yang dipimpin
c.
Kecenderungan
dalam kepemimpinan
d.
Perasaan
aman dalam situasi tertentu
Banyak sekali
tipe/gaya kepemimpinan yang dapat dipakai, baik yang bersifat tradisional
maupun yang modern dan lebih sesuai diterapkan pada situasi saat ini. Eugene
Emerson Jennings & Robert T. Golembiewaski mengatakan ada enam tipe/gaya
kepemimpinan, yaitu: (1) Otokratis, (2) Diktatoris, (3) Demokratis, (4)
Kharismatis, (5) Paternalistis, dan (6) Laissez-Faire. Hadari Nawawi
mengemukakan ada tiga tipe kepemimpinan, yang masing-masing terdiri atas
beberapa gaya kepemim-pinan. Ketiga tipe kepemimpinan tersebut adalah: (a) Tipe
Otoriter, (b) Tipe Demokratis, dan (c) Tipe Bebas (Laissez Faire/Free-Rein).
Secara singkat beberapa tipe tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah
ini.
A. TIPE
KEPEMIMPINAN OTORITER
Merupakan tipe
kepemimpinan yang menghimpun sejumlah perilaku/gaya kepemimpinan yang bersifat
terpusat pada diri pemimpin sebagai satu-satunya penentu, penguasa, dan
pengendali organisasi dan kegiatannya, dalam usaha mencapai tujuan. Tipe
kepemimpinan Otoriter yang dilaksanakan dari titik ekstrim tertinggi menuju
titik ekstrim terendah, meliputi beberapa gaya/perilaku kepemimpinan, yaitu:
(1) Otokrat (Autocrat), (2) Diktatoris (Dictator) (3) Otokrasi
yang Lunak (Benevolent Autocrat), (4) Pembelot Diserter), (5)
Pelindung dan Penyelamat (Missionary), (6) Gaya/perilaku Kepemimpinan
Kompromis (Compromiser).
Dampak dari kepemimpinan otoriter yang dilaksanakan pada titik ekstrim
tertinggi pada kehidupan organisasi/perusahaan adalah:
1. Anggota organisasi cenderung
pasif, bekerja menunggu perintah, tidak berani mengambil keputusan dalam
memecahkan masalah, karena takut dinyatakan salah.
2. Anggota tidak ikut berpartisipasi
aktif bukan karena tidak mampu, tetapi karena tidak dihargai atau mungkin akan
dinilai sebagai pembangkangan yang dapat merugikan dirinya.
3. Kehidupan organisasi berlangsung
statis dan tidak berkembang, karena tidak ada inisiatif, kreativitas, maupun
gagasan dari anggota.
4. Tidak membina/mengambangkan
potensi kepemimpinan anggota untuk kaderisasi kepemimpinan.
5. Kedisiplinan, usaha keras anggota
dilakukan secara terpaksa dan cenderung berpura-pura, karena takut
sanksi/hukuman.
6. Biasanya muncul orang/tokoh
sebagai pengambil muka yang tidak disukai anggota lain.
7. Secara diam-diam muncul kelompok
penentang yang menunggu kesempatan untuk melawan tindakan pimpinan.
8. Pemimpin cenderung kehabisan
inisiatif, kreativitas, inovasi, karena tidak ada masukan dari anggota.
Sementara motivasi dan semangat kerja menjadi rendah/turun.
9. Tidak ada rapat/diskusi untuk
memecahkan masalah. Yang ada hanya rapat untuk menyampaikan instruksi, sanksi
bagi anggota yang melakukan pelanggaran, dan sejenisnya.
10. Disiplin diterapkan secara ketat
dan kaku, sehingga iklim kerja menjadi tegang, saling mencurigai, dan saling
tidak percaya.
11. Pemimpin cenderung tidak menyukai
perubahan, perbaikan, dan perkembangan organisasi.
Berikut ini dijelaskan masing-masing gaya/perilaku kepemimpinan yang
termasuk dalam tipe kepemimpinan otoriter.
1. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan
Otokrat
Karakteristiknya:
a. Berorientasi pada pelaksanaan
tugas;
b. Pelaksanaan tugas tidak boleh
salah/keliru, dan setiap kesalahan akan diberikan sanksi/hukuman berat;
c. Prinsipnya “manusia lebih suka
diarahkan tanpa memikul tanggung jawab daripada diberi kebebasan merencanakan
dan melaksanakan sesuatu”;
d. Tidak ada kesempatan bagi anggota
untuk menyampaikan inisiatif, kreativitas, saran, dan kritik;
e. Tidak berorientasi pada hubungan
manusiawi dengan anggota;
f. Tidak percaya kepada
anggota/orang lain, karena takut disalah-gunakan.
2. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan
Diktatoris
Gaya
ini lebih keras dan kejam daripada gaya otoriter. Cirinya:
a. Pemimpin berperilaku sebagai
penguasa tunggal dan tidak dapat diganti. Perilaku ini didukung teori bahwa
pemimpin diciptakan dengan membawa karakteristik/sifat kepemimpinan, yang tidak
dimiliki orang lain;
b. Setiap kemauan pemimpin harus
terlaksana, meskipun dengan segala cara dan berakibat fatal bagi anggota.
c. Orientasi kepemimpinan hanya pada
hasil, tidak peduli bagaimana cara mencapainya;
d. Bersembunyi di balik slogan
sebagai pelindung, penyelamat, pembela, pahlawan, sehingga sering
dipuja/dikultuskan;
e. Ucapannya diberlakukan sebagai
peraturan yang harus dilaksana-kan dan tidak boleh dibantah;
f. Senjata utamanya adalah hukuman
berat bagi anggota yang menentang/berkhianat;
g. Antaranggota sering terjadi
saling curiga; dan
h. Anggota tidak boleh berinisiatif,
bahkan tidak boleh mengomen-tari ucapan,
keputusan, serta perintah pimpinan.
3.
Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Otokratik
Lunak
Ciri/karakteristiknya:
a. Pemimpin berorientasi pada hasil
dengan dimanipulasi orientasi pada anggota dalam kadar rendah, misalnya dengan
memberikan motivasi agar melaksanakan keputusan atasan;
b. Pemimpin memiliki kemampuan
memberikan instruksi untuk meyakinkan anggota untuk kepentingan bersama;
c. Dalam menuntut ketaatan/kepatuhan
anggota dilakukan dengan membuat peraturan, yang sebenarnya lebih banyak untuk
mempertahankan kedudukannya;
d. Pemimpin cenderung kurang percaya
diri dalam pembuatan keputusan dengan cara selalu mencari pendukung;
e. Menolak kreativitas, inisiatif,
dll. dari anggota yang bukan kroni atau orang kepercayaannya; dan
f. Sanksi/hukuman tetap merupakan
senjata dalam menuntut kepatuhan anggota, dengan pengawasan ketat.
4. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Pembelot (Diserter)
Ciri/karekteristiknya:
a. Pemimpin menghindar dari tugas
dan tanggung jawab mem-pengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan anggota untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan organisiasi;
b. Pemimpin tidak senang membuat
rencana dan melaksanakan kegiatan yang tidak menguntungkan, karena akan menjadi
beban yang memberatkan;
c. Pemimpin cenderung hanya
melibatkan diri pada tugas ringan dan mudah;
d. Pemimpin bersikap keras dalam
menggunakan kekuasaan kepada anggota yang tidak mengikuti kemauannya;
e. Pemimpin senang menyendiri dan
tertutup dengan anggota;
f. Pemimpin cenderung iri hati
terhadap teman (sesama pemimpin) yang sukses, dan berusaha menghalanginya
dengan cara yang tidak jujur dan tidak sportif;
g. Pemimpin mudah menyerah jika
menghadapi kesulitan. Tugas yang berat akan ditolak, sehingga menjadi beban
yang lain;
h. Pekerjaan yang menguntungkan dirinya
akan dilakukan dengan gigih, tetapi jika hanya menguntungkan organisasi akan
dikerjakan sekedarnya dengan mutu rendah.
5. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan
Pelindung dan Penyelamat
Ciri/karakteristiknya:
a. Pemimpin mengutamakan orientasi
hubungan, sehingga terlihat ramah, baik hati, dan suka menolong, sehingga
anggota mengikuti arahan/petunjuk pemimpin;
b. Pemimpin berusaha mencegah
konflik, sehingga mereka percaya dan simpati. Tetapi sebenarnya semuanya
merupakan sarana untuk memaksakan kehendak pemimpin;
c. Dalam bekerja pemimpin berusaha
menghindari formalitas dan birokrasi, sehingga anggota terkesan memperoleh
kemudahan dalam banyak hal. Dampaknya, anggota merasa berhutang budi kepada
pemimpin.
d. Pengawasan dijadikan sarana untuk
memberi kesan bahwa pemimpin memperhatikan anggota dalam melaksanakan
keputusan, instruksi, dan kebijakannya.
6. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan
Kompromi, cirinya:
a. Untuk mempertahankan
kekuasaannya, pemimpin tidak ber-orientasi pada anggota tetapi pada atasan yang
menentukan jabatan kepemimpinannya.
b. Pemimpin senang memuji, memberi
hadiah, dll. berperilaku mengambil hati, berpura-pura, agar tujuannya tercapai;
c. Melibatkan anggota dalam
pengambilan keputusan, tetapi tujuannya untuk meyakinkan bahwa rencana yang
telah disiapkannya diterima dan dilaksanakan;
d. Sebelum membuat keputusan,
pemimpin selalu menghitung untung/rugi bagi dirinya, bukan bagi anggota;
e. Tidak tertarik pada pengembangan
pekerjaan dan organisasi, karena akan menambah beban kerja dan tanggung jawab;
f. Mampu bekerja sama dengan anggota
dalam pengertian dimanfaatkan dan diperalat untuk melaksanakan pekerjaan agar
memperoleh penilaian baik terutama dari atasan; dan
g. Memberikan motivasi kepada
anggota secara selektif, terutama bagi bawahan yang melaksanakan pekerjaan yang
akan dinilai oleh atasannya sebagai prestasi pemimpin.
B. TIPE
KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
Pada tipe ini manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan yang
dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota
organisasi. Filsafat demokratis yang mendasari tipa dan gaya kepemimpinan ini
adalah pengakuan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki harkat dan
martabat yang mulia dengan hak asasi yang sama.
Implementasi
demokratis pada tipe kepemimpinan ini antara lain:
- Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memiliki perbedaan kemampuan satu dengan lain;
- Memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk mengaktualisasikan diri melalui prestasinya;
- Memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk mengembangkan kemampuan masing-masing, dengan meng-hormati nilai/norma yang berlaku;
- Menumbuhkan kehidupan bersama melalui kerja sama yang saling menghormati kelebihan dan kekurangan setiap individu;
- Memberikan kesempatan setiap individu untuk maju dan bersaing secara jujur/fair dan sehat; dan
- Memberikan tanggung jawab dan kewajiban untuk mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis, terutama dalam organisasi.
Tipe kepemimpinan Demokratis juga dapat
bergerak dari titik ekstrim tertinggi menuju titik ekstrim terendah, yang
meliputi lima gaya kepemimpinan, yaitu: (1) Birokrat, (2)
Pembangun/Pengembang Organisasi, (3) Eksekutif, (4) Organisatoris dan
Administratif, dan (5) Legitimasi/Resmi atau berdasarkan Pengangkatan (Headmanship).
Berikut ini karakteristik masing-masing gaya kepemimpinan tersebut.
1.
Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Birokrat,
ciri/karakteristiknya:
a. Pemimpin
mengutamakan ketaatan pada peraturan dan meka-nisme kerja yang telah
ditentukan. Apabila birokrasi dalam pengambilan keputusan terlalu banyak,
keputusannya sering terlambat dan kurang menguntungkan;
b. Pemimpin yang
lebih tinggi menuntut ketaatan pemimpin di bawahnya;
c. Pemimpin berusaha
mengembangkan hubungan informal untuk mengimbangi hubungan kerja formal yang
statis dan kaku;
d. Untuk membina
kerja sama, dilakukan pemimpin dengan orientasi pada posisi/kedudukan dalam
struktur organisasi;
e. Pemimpin kurang
aktif dalam mengembangkan organisasi, karena cenderung tidak menyukai
perubahan, meskipun ada gagasan, inisiatif, dan saran dari anggota/bawahan;
f. Pemimpin lamban
dalam mengambil keputusan; dan
g. Pemimpin lebih
menyukai pekerjaan rutin yang statis dan beresiko rendah.
2.
Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Pengembang dan
Pembangun Organisasi (Developer), karakteristiknya:
a.
Pemimpin sangat mahir dalam menciptakan,
mengembangkan, dan membina kerja sama untuk mencapai tujuan bersama;
b.
Bekerja secara teratur dan bertanggung jawab,
sehingga efek-tivitas kerja tinggi dalam menggerakkan anggota untuk mencapai
tujuan;
c.
Mau dan mampu mempercayai orang lain dalam
melaksanakan pekerjaan, dengan memberikan pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab yang jelas;
d.
Selalu berusaha meningkatkan kemampuan kerja
anggota, agar proses dan hasil kerjanya sesuai standar;
e.
Memiliki kemauan dan kemampuan positif dalam
menghargai, menghormati, dan memberdayakan anggota sebagai subjek maupun
sebagai individu;
f.
Mau dan mampu membina hubungan manusiwai yang
efektif, baik di dalam maupun di luar jam kerja; dan
g.
Yakin bahwa anggotanya merupakan individu yang
mampu bertanggung jawab jika diberi kesempatan sesuai batas-batas potensi yang
dimiliki.
3.
Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Eksekutif,
karakteristiknya:
a.
Pemimpin yakin bahwa anggotanya dapat bekerja dan
menjadi pemimpin sebaik dirinya, sehingga harus dihormati secara manusiawi;
b.
Pemimpin memiliki komitmen tinggi pada kegiatan
pengem-bangan kemampuan anggota yang potensial dam bidangnya;
c.
Cenderung berorientasi pada kualitas pelaksanaan
tugas dan hasilnya, dengan menetapkan standar pekerjaan yang tinggi;
d.
Pemimpin berdisiplin dalam bekerja, sangat
meyakinkan, disegani, dan dihormati anggota;
e.
Selalu berusaha menumbuhkan, memlihara, dan
mengembang-kan partisipasi aktif anggota memalui motivasi kerja secara terpadu;
f.
Memiliki semangat, moral, loyalitas, dan dedikasi
kerja yang tinggi, sehingga menjadi teladan bagi anggota;
g.
Memiliki kemampuan menumbuhkan kesadaran dan
kesediaan bekerja keras untuk menjadi anggota yang sukses, tanpa
menekan/memaksa;
h.
Menempatkan dan menghargai anggota sebagai rekan
atau partner kerja, tidak sekedar sebagai bawahan/anak buah;
i.
Memiliki kemampuan mewujudkan kualitas kehidupan
kerja yang kondusif, sehingga anggota merasa aman, terjamin, dan memiliki
kepuasan kerja yang tinggi;
j.
Memiliki perhatian yang positif dalam menyelesaikan
konflik antaranggota atau antara anggota dengan pemimpin;
k.
Terbuka terhadap kritik, saran atau pendapat, yang
dimanfa-atkan untuk memperbaiki kekeliruan dalam kepemimpinannya;
l.
Mampu membedakan masalah yang perlu atau tidak
perlu diselesaikan di dalam maupun di luar rapat, serta memiliki prioritas dalam
pemecahan masalah.
4.
Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Organisatoris dan
Adminis-trator, karakteristiknya:
a. Pemimpin menyukai
pembagian kerja yang jelas dengan membentuk unit-unit kerja seperti urusan,
seksi, bagian, bidang, divisi, dll.
b. Pemimpin bekerja secara
terencana dengan langkah-langkah yang sesuai dengan fungsi manajemen
(perencanaan, peng-organisasian, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan);
c. Mementingkan
tersedianya data/informasi mutakhir baik kuantitatif maupun kualitatif untuk
pengambilan keputusan;
d. Orientasi pada
hubungan manusia (dengan anggota) rendah, karena tuntutan utama mematuhi aturan
yang berlaku, sehingga ada kecenderungan otoriter dan setiap kesalahan anggota
akan dikenakan sanksi/hukuman;
e. Peraturan
digunakan pemimpin untuk menolak inisiatif, gagasan, maupun kreativitas
anggota, dan pemimpin tidak menyukai adanya perubahan;
f. Meyakinkan anggota
bahwa ide, inisiatif, dan kreativitas pemimpin harus dilaksanakan dengan
tanggung jawab;
5.
Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Resmi
Kepemimpinan ini
mendapat legitimasi melalui Surat Keputusan dari pejabat atau pihak yang
berwenang. Contohnya: Kepala Biro Keuangan, Presiden, Menteri, Ketua Lembaga
Penelitian, dll.
Karakteristiknya:
a.
Pemimpin mempertahankan diri sebagai pelindung
anggota, sebagaimana ayah melindungi anggota keluarganya. Pemimpin berusaha
mengetahui segala kegiatan/masalah anggota, karena ikut bertanggung jawab atas
dampak positif maupun negatifnya;
b.
Pemimpin berada paling depan dalam menghadapi
masalah dan penyelesaiannya, baik masalah organisasi maupun masalah pribadi
anggota. Harapannya, anggota tetap percaya dan kedudukannya sebagai pemimpin
tetap bertahan;
c.
Berusaha mendahulukan kepentingan organisasi
daripada kepentingan anggota maupun kepentingan pribadinya; dan
d.
Gaya kepemimpinannya dijalankan dengan sikap
pengabdian, kerelaan berkurban dan kepeloporan yang tinggi dalam mewujudkan
kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan organisasi atau kepentingan bersama.
Ada
beberapa perbedaan pokok antara tipe kepemimpinan Otokratis dan tipe kepemimpinan
Demokratis:
OTOKRATIS
|
DEMOKRATIS
|
· Lebih berorientasi pada tugas;
· Mempengaruhi anggota dg. memberitahu
pekerjaan & cara melakukannya;
· Menekankan bahwa kuasa pe-mimpin berasal
dari posisi/ ja-batan yg. dimiliki, dan bawahan cenderung malas & sulit
diper-caya;
· Kebijakan dan keputusan lahir dari
pemimpin.
|
· Lebih berorientasi pada hubungan
· Berbagi tanggung jawab kepemim-pinan dg.
melibatkan anggota dlm. perencanaan & pelaksanaan tugas
· Menekankan bahwa kuasa pemim-pin berasal
dari kelompok yg. di-pimpin, dan bawahan dapat meng-arahkan sendiri &
kreatif jika dimo-tivasi;
· Kebijakan terbuka dari forum diskusi &
keputusan kelompok.
|
C. TIPE
KEPEMIMPINAN BEBAS / PARTISIPATIF (LAISSEZ-FAIRE / FREE-REIN)
Tipe kepemimpinan ini
berpandangan bahwa anggota organisasi mampu mandiri dalam membuat keputusan
atau mengurus dirinya, dengan seminimal mungkin pengarahan dari pimpinan. Tipe
kepemim-pinan ini biasanya paling sulit diterapkan oleh pimpinan, karena dia lebih
banyak bertindak sebagai pusat informasi dan hanya sedikit melakukan
pengawasan. Kontak baru terjadi apabila pemimpin memberikan informasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Dampak yang sering terjadi dalam tipe
kepemimpinan ini adalah terjadi kekacauan, karena pemimpin sengaja membiarkan
para anggota berbeda kepentingan dan kemampuan untuk bertindak ke arahnya
sendiri. Pemimpin lebih banyak berperan sebagai penasihat jika diperlukan.
Gaya/perilaku kepemimpinan yang termasuk tipe kepemim-pinan Bebas ini adalah
(1) Agitator dan (2) Simbol.
Dalam perkembangan
selanjutnya, seorang pemimpin dalam satu organisasi tidak cukup hanya
menerapkan satu tipe/gaya kepemimpinan untuk semua situasi. Setiap organisasi
memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan organisasi lain. Dalam
organisasi sejenis pun akan menghadapi masalah, lingkungan, cara mencapai
tujuan, watak/ kepriba-dian pemimpin maupun anggota organisasi, dll. yang
berbeda-beda. Setiap saat situasi organisasi maupun situasi personalnya bisa
berubah. Untuk itu, akhirnya muncul teori kepemimpinan baru yang dikenal dengan
Teori/Pendekatan Kontingensi (Contingency Approach) atau Teori
Situasional. Dalam teori/pendekatan ini, gaya kepemimpinan harus disesuaikan
dengan situasi organisasi serta situasi orang yang dipimpin, dan dimungkinkan
setiap saat berubah. Teori/pendekatan ini juga berpendapat bahwa tidak ada satu
jalan (tipe/gaya kepemimpinan) terbaik untuk mengelola dan mengurus satu
organisasi, apalagi yang berlaku secara umum untuk semua situasi.
D. GAYA/PERILAKU
KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Kepemimpinan Situasional dihasilkan dari rangkaian
tiga faktor, yaitusifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan
anggotanya serta peristiwa yangdiharapkan kepada kelompok
Ada beberapa model kepemimpinan yang merupakan pengem-bangan Teori
Kepemimpinan Situasional, yaitu:
1. Model Kepemimpinan Situasional
dari Fiedler
Ada tiga dimensi dalam situasi yang
dihadapi pemimpin:
a. Hubungan pemimpin dengan anggota;
Situasi akan menguntungkan apabila pemimpin diterima oleh anggotanya,
atau sebaliknya.
b. Derajad dari susunan tugas;
Artinya, setiap orang mengetahui rincian tugasnya, wewenang, serta
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas tersebut.
c. Posisi kekuasaan pemimpin.
Artinya, kedudukan/posisi kekuasaan formal pemimpin menjadi tegas dan
kuat, sehingga mempermudah usahanya dalam mem-pengaruhi pikiran, perasaan,
sikap, dan perilaku anggota organi-sasinya.
2.
Model Kepemimpinan Situasional Tiga Dimensi dari Reddin
Menurut Reddin, ada tiga pola dasar yang dapat digunakan untuk menetapkan
pola perilaku kepemimpinan, yaitu:
a.
berorientasi pada tugas (task oriented);
b.
berorientasi pada hubungan (relationship oriented); dan
c.
berorientasi pada efektivitas (effectiveness oriented).
Dari ketiga orientasi ini, Reddin mengelompokkan ada empat gaya/perilaku yang
tidak efektif, yaitu (a) Deserter, (b) Missionary , (c) Autocrat,
dan (d) Compromiser. Sedangkan gaya/perilaku kepemim-pinan yang
efektif adalah (a) Bureaucrat, (b) Developer, (c) Benevolent
Autocrat, dan (d) Executive.
3.
Model Kepemimpinan Kontinum dari Tannenbaum & Schmidt
Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan untuk merealisasikan
kepemimpinan yang efektif, yaitu:
a. kekuatan pemimpin (pendidikan,
pengalaman, pribadi, dll.)
b.
kekuatan anggota organisasi sebagai bawahan (pendidikan, pengalaman,
motivasi kerja, tanggung jawab, dll.), dan
c.
kekuatan situasi/interaksi pimpinan dengan anggota (suasana/ iklim kerja, budaya organisasi,
dll.).
Perilaku kepemimpinan pada model ini meliputi:
a. Pemimpin sebagai pengambil
keputusan;
b. Pemimpin yang menawarkan
(menjual) keputusan;
c. (Pemimpin membuat alternatif
keputusan yg. ditawarkan kepada anggota untuk dipilih tanpa diubah).
d. Pemimpin menyampaikan gagasan,
dan meminta anggota memb-hasnya sebelum ditetapkan menjadi keputusan;
e. Pemimpin menawarkan keputusan
yang boleh didiskusikan dan dapat diubah sebelum ditetapkan;
f. Pemimpin yang menyampaikan
masalah, menerima saran, dan membuat keputusan;
g. Pemimpin yang menyerahkan
pembuatan keputusan kepada kelompok, dengan batas-batas tertentu; dan
h. Pemimpin mempercayakan kepada
anggota untuk menjalankan fungsinya dalam batas-batas yang telah ditetapkan
pimpinan.
4.
Model Kepemimpinan Situasional dari Hersey dan Blanchard
Model ini bertolak dari prinsip bahwa kepemimpinan yang efektif dapat diwujudkan melalui
kemampuan memilih perilaku/gaya kepe-mimpinan yang tepat berdasarkan tingkat
kesiapan (readiness) dan kematangan (maturation) anggota
organisasi. Teori ini menyatakan bahwa keefektifan kepemimpinan sangat
dipengaruhi tingkat kemam-puan (kesiapan & kematangan) anggota organisasi
dalam menerima atau menolak pimpinan.
Gaya/perilaku
kepemimpinan dalam model ini terdiri dari:
1. Telling Style (gaya
mengatakan/memerintah/mengarahkan)
a. Dilaksanakan dengan orientasi
pada tugas tinggi, orientasi pada hubungan rendah.
b. Pemimpin merupakan pusat
kegiatan.
c. Sesuai untuk lingkungan
organisasi yang kesiapan & kemata-ngan pribadi anggotanya rendah.
d.
Perlu instruksi spesifik,
pengarahan, dan pengawasan ketat.
2. Selling Style (gaya menawarkan/menjual)
a. Dilaksanakan dg. orientasi pada
tugas dan hubungan tinggi.
b. Sesuai untuk situasi anggota yg.
kesiapan & kematangannya masih rendah dan kemampuan kerja belum memadai.
c. Pemimpin berperan menawarkan
(menjual) tugas-tugas kepada mereka yang
mau & mampu, dengan memberikan pengarahan kepada anggota yg. kemampuan
& kemauan kerjanya rendah.
d. Pemimpin sebagai pengarah dan
pendukung anggotanya.
3. Participating Style (gaya partisipasi)
a. Dilaksanakan dengan orientasi
pada tugas rendah, orientasi pada hubungan tinggi.
b. Menunjukkan kesediaan &
kemampuan pemimpin dalam men-dayagunakan anggota.
c. Sesuai jika kesiapan &
kematangan anggota sudah tinggi.
d. Pengambilan keputusan dilakukan bersama
atau dilakukan sendiri oleh pimpinan sebagai atasan.
4. Delegating Style (gaya pendelegasian wewenang)
a. Dilaksanakan dengan orientasi
tugas dan orientasi hubungan rendah.
b. Sesuai jika kesiapan &
kematangan anggota sangat tinggi.
c. Kemampuan & keahlian anggota
untuk bekerja juga tinggi, sehingga layak diberikan pelimpahan wewenang.
E. GAYA/PERILAKU
KEPEMIMPINAN KARISMATIK
Yaitu gaya/perilaku
kepemimpinan berdasarkan karakteristik kualitas kepribadian istimewa pemimpin,
karena memiliki daya tarik yang sangat memukau sehingga memperoleh banyak
anggota.
Indikator
kepemimpinan karismatik menurut Yulk adalah:
- Pengikutnya meyakini kebenarannya dalam cara memimpin;
- Pengikutnya menerima gaya kepemimpinannya tanpa bertanya;
- Pengikutnya memiliki kasih sayang kepada pemimpin;
- Adanya kesadaran untuk mematuhi perintah pemimpin;
- Dalam mewujudkan misi organisasi melibatkan pengikutnya seca-ra emosional;
- Mempertinggi pencapaian kinerja pengikutnya; dan
- Dipercaya pengikutnya bahwa dengan kepemimpinannya akan mampu mewujudkan misi organisasi.
Beberapa karakteristik utama kepemimpinan karismatik antara lain:
- Percaya diri, tentang kemampuan dan penilaian dirinya;
- Memiliki visi dan tujuan ideal untuk masa depan yang lebih baik;
- Mampu mengungkapkan visi secara jelas;
- Yakin terhadap visinya, punya komitmen kuat, bersedia menerima resiko, mengeluarkan biaya tinggi, melibatkan diri dalam pengor-banan;
- Memunculkan perilaku baru yang tidak konvensional, kadang-kadang keluar aturan;
- Dipahami sebagai agen perubahan, bukan pengikut status quo;
7. Memiliki kepekaan terhadap lingkungan,
menilai lingkungan secara realistis, melaksanakan manajemen sumber daya untuk
perubah-an.
F. GAYA/PERILAKU
KEPEMIMPINAN AHLI (EXPERT)
Merupakan gaya/perilaku yang
didasari keahlian tertentu yang dimiliki pemimpin, sesuai bidang pekerjaan
utama di organisasi-nya. Gaya ini menekankan bahwa pemimpin harus profesional
di bidangnya, karena pendidikan formal atau pengalaman kerja yang lama dalam
bidang tersebut.
- Gaya/perilaku Kepemimpinan Paternalistik
Merupakan
pemimpin yang memiliki sikap kedewasaan (kebapak-bapakan) dalam arti dapat
melindungi, mengayomi, dan menolong anggotanya. Biasanya berlaku untuk
masyarakat tradisional/ agraris.
2. Gaya/perilaku Kepemimpinan Transformasional
Merupakan
gaya kepemimpinan yang ditandai dengan pemimpin yang memandu/memotivasi anggota
untuk mencapai tujuan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Kepemimpinan
transforma-sional lebih menekankan pada kegiatan pemberdayaan melalui
pe-ningkatan konsep diri anggota yang positif.
Ciri-cirinya:
a. Cenderung karismatik, melalui perumusan visi
dan misi yang jelas, bangga terhadap pimpinan;
b. Mengutamakan inspirasi dengan
mengomunikasikan harapan yang tinggi;
c. Mampu memberikan rangsangan intelektual,
menggalakkan kecer-dasan, membangun organisasi belajar, mengutamakan
rasionali-tas, dan pemecahan masalah secara teliti;
d. Mempertimbangkan faktor individu, perhatian
secara pribadi, mem-perlakukan anggota secara individu, menyelenggarakan
pelatihan, dan menasehati.
Kepemimpinan transformasional berusaha menanamkan dan mendo-rong anggota
untuk bersifat kritis terhadap pendapat/ pandangan yang sudah mapan di
lingkungan organisasi atau yang ditetapkan oleh pemimpin.
Scott Burd mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan
pendekatan yang diterapkan dalam rangka memperta-hankan pemimpin dan
organisasinya dengan cara penggabungan tiga unsur, yaitu strategi, kepemimpinan,
dan budaya organisasi.
Strategi mencakup kemampuan dalam menetapkan arah
yang akan dituju organisasi, dengan membangun visi dan merumuskan rencana
strategis & rencana operasional.
Kepemimpinan, mencakup kegiatan merealisasikan strategi melalui tindakan kepemimpinan
transformasional yang sesuai dengan fungsi dan situasi, menjadi pemimpin yang
dapat mempengaruhi dan diakui anggota, mampu memotivasi, menciptakan lingkungan
kondusif, dan menciptakan cara kerja yang lebih mudah.
Budaya organisasi, merupakan realisasi kepemimpinan
transforma-sional yang mencakup kemampuan memotivasi anggota untuk menerapkan
strategi, memahami budaya kerja, berlaku adil, mene-rima perubahan yang
inovatif, dan membangkitkan semangat kerja tim.
BAB III
TEORI PERILAKU
A.
TEORI PERILAKU
Teori prilaku
adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang.
B.
TEORI DOUGLAS MC. GREGOR
Pada tahun
1950, Douglas McGregor (1906-1964), seorang psikolog yang mengajar di MIT dan
menjabat sebagai presiden Antioch College 1948-1954, Konsep teori X dan Y
dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana
para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan
terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
1. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah
makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil
untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan
hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam
serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih
suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan
keamanan atas segalanya. Lebih lanjut menurut asumsi teori X dari McGregor ini
bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah:
- Tidak menyukai bekerja.
- Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah.
- Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi.
- Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
- Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi..
Untuk
menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif
teori lain yang dinamakan teori Y.
2. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia
seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu
diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta
pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki
kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan
prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan
segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Ini adalah salah satu teori kepemimpinan yang masih banyak
penganutnya. Menurut McGregor, organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang
sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang dia
namakan Theori X dan
Teori Y.
Teori Y.
Teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya
tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara
keseluruhan asumís teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut :
- Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
- Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
- Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
- Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
- Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.
Berikut akan diberikan perbedaan antara
teori X dan Teori Y menurut Douglas McGregor:
Tabel 1.
Perbedaan Antara Teori X Dan Teori Y Douglas Mc Gregor
No.
|
Teori X
|
Teori Y
|
1
|
Manusia tidak menyukai pekerjaan
dan akan menghindarinya sedapat mungkin.
|
Kerja adalah hal yang penting bagi
perkembangan psikologis manusia.
|
2
|
Manusia harus dipaksa untuk
mengeluarkan usaha terbaiknya.
|
Manusia ingin merasa tertarik dengan
pekerjaan mereka dan dalam kondisi yang benar, ia dapat menikmati pekerjaan
tersebut.
|
3
|
Manusia lebih suka diarahkan dari
pada menerima tanggung jawab yang berusaha dihindarinya.
|
Manusia akan mengarahkan dirinya sendiri
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
|
4
|
|
Manusia akan mencari dan menerima rasa
tanggung jawab dalam kondisi yang tepat.
|
5
|
|
Disiplin yang diterapkan manusia dalam
dirinya sendiri lebih efektif dan dapat bertahan lebih lama dibandingkan bira
orang lain yang memaksakan disiplin tersebut.
|
6
|
Motivasi utama manusia adalah
uang.
|
Dalam kondisi yang tepat, manusia
termotivasi oleh keinginan untuk merealisasikan potensi diri yang
dimilikinya.
|
7
|
Manusia termotivasi karena merasa
terancam.
|
|
8
|
Sebagian besar manusia hanya
mempunyai sedikit kreativitas, kecuali dalam mengikuti peraturan manajemen.
|
Kreativitas dalam kepandaian diterima
dan digunakan secara laus.
|
DAFTAR PUSTAKA
Gea, Antonius Atosokhi, Antonina Panca Yuki W.,
dan Yohanes Babari. 2003. Relasi Mengenal Diri Sendiri: Character
Building I. Jakarta: Gramedia.
Littauer,
Florence. 1996. Personality Plus: Bagaimana Memahami Orang lain dengan
Memahami Diri Sendiri. Jakarta: BinarupaAksara.
Carnegie,
Dale & Associates, Inc., Stuart R. Levine, dan Michael A Crom. 1996. Pemimpin dalam
Diri Anda: Cara Memperoleh Teman, Menanamkan Pengaruh terhadap Orang Lain, dan Meraih Keberhasilan
dalam Dunian yang Sedang Berubah. Alih bahasa oleh
Tuntun Sinaga. Jakarta: Mitra Utama.
Problem Solver & Decision Making Schwartz,
David J. 1996. Berpikir dan Berjiwa Besar. Alih bahasa oleh
F.X.Budiyanto. Jakarta: Binarupa Aksara.
Eales,
Rupert – White. 2004. The Effective Leader. Alih Bahasa oleh Emilia
Sekti. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nawawi, Hadari, Prof.Dr. 2003. Kepemimpinan
Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putra, Ichsan S & Ariyanti Pratiwi. 2005. Sukses
dengan Soft Skill. Bandung: ITB.