MAKALAH
“PENGANTAR FARMAKOLOGI”
Disusun Oleh :
M11.01.0015 Satya
Putra Lencana
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Farmakologi
bersaral dari kata “pharmacon” (obat) dan “logos” (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya
pada system biologis.
Farmakologi Klinik
adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien
terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak,
geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar.
B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis
akan merumuskan tentang:
1.
Apa pengertian konsep farmakologi
2.
Apa pengertian farmakodinamika
3.
Apa pengertian farmakokinetik
4.
Macam-macam bentuk obat dan tujuan penggunaannya
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang konsep dasar farmakologi
secara umum serta prinsip – prinsip farmakologi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan
dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis
menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
KONSEP DASAR DAN PRINSIP – PRINSIP FARMAKOLOGI
A. PENGERTIAN FARMAKOLOGI
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan
logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis.
Farmakognosi adalah
ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat
digunakan sebagai obat.
Farmasi adalah bidang profesional kesehatan yang
merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai
tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional
bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang
mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan
kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal
dan hepar.
Farmakologi Terapi
atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat
untuk tujuan terapi.
Toksikologi adalah
pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme
hidup.
B. PERKEMBANGAN OBAT
Pada zaman
dahulu setelah ditemukannya obat,obat yang pertama
digunakan ialah obat yang berasal dari tanaman yang lebih dikenal dengan
sebutan obat tradisional (jamu). Obat nabati ini digunakan sebagai rebusan atau
ekstrak dengan aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal
tanaman dan cara pembuatannya.
Perkembangan sintetis obat baru dimulai
pada abad XX dengan dibuatnya sintetis-sintetis seperti:asetosal disusul
kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya.pendrobakan sejati baru dicapai dengan
penemuan dan penggunaan obat-obat kemoterapetik sulfanilamide(1935) dan
penisilin(1940).sejak tahun 1945 ilmu kimia,fisika dan kedokteran berkembang
dengan pesat dan hal ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang sistematis
dari obat-obat baru.penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih 500 macam obat
setiap tahunnya,sehingga obat-obat kuno makin terdesak oleh obat-obat baru,
kebanyakan obat-obat yang digunakan ditemukan sekitar 20 tahun yang
lalu,sedangkan obat-obat kuno ditinggalkan dan diganti dengan obat modern
tersebut.
C. PENGGOLONGAN OBAT
1. Obat
bebas
Obat
bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
docter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
2. Obat
bebas terbatas
Obat bebas tebatas adalah obat yang sebenarnya termasuk
obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli tanpa resep docter,dan
disertai dengan tanda peringatan.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM
3. Obat
keras dan psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di
apotek dengan resep docter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh:Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah
sinetis bukan narkotika,yang berkhasiat psikoatif melalui pengaruh selektif
pada sususan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4. Obat
narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetik maupun semi sintetik yang dapat menyebabkan
penurunan dan perubahan kesadaran,hilangnya rasa,mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan
Contoh : Morfin, Petidin
Hal ini dianggap kurang memuaskan,
maka lambat laun ahli kimia mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung
dalam tanaman, sehingga menghasilkan serangkaian zat-zat kimia sebagai obat.
Misalnya : Efedrin dari tanaman
Ephedra vulgaris, Atropin dari Atropa belladonna, Morfin dari Papaver
somniferum, Digoksin dari Digitalis lanata, Reserpin dari Rauwolfia serpentine.
D. OBAT GENERIC
Obat generic adalah
yaitu obat generic bermerek dagang dan obat generic berlogo yang dipasarkan
dengan merek kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin
misalnya, oleh pabrik A diberi merek “inemicillin”, sedangkan pabrik B member
nama ”gatoticillin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai
merek tersebut, bahannya sama ”amoxixillin”.
Dari sisi zat
aktifnya(komponen utama obat),antara obat generic baik berlogo generic lebih
murah dibandingkan obat yang dipatenkan.
Mutu obat generic
tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama.Ibarat sebuah
baju,fungsi asarnya untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara
dingin.Hanya saja,modelnya beraneka ragam.Begitu pula dengan obat.Generik
kemasannya dibuat biasa,karena yang terpenting bias melindungi produk yang ada
didalamnya.Namun,yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan
berbagai warna.Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal.
E. OBAT ESENSIAL
Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak.
F. SEDIAAN FARMASI
Sediaan farmasi tidak hanya
obat, tetapi juga meliputi obat tradisional dan kosmetika. Ketentuan ini
tercantum dalam pasal 40 UU no. 23/1992tentang kesehatan. Untuk lebih mengetahui
sediaan farmasi, dibawah ini dibahas secara singkat tentang obat traddisional
dan kosmetika.
1.
Obat
Tradisional
Obat tradisional sering disebut obat bahan alam yang
diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim
penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam dikelompokkan
menjadi :
a.
Jamu
Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapakan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Jenis klaim penggunaan
harus diwakili dengan kata-kata: “secara
tradisional digunakan untuk . . . ” atau sesuai dengan yang disetujui pada
pendaftaran.
b.
Obat Herbal Terstandar
Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Klaim khasiat dibuktikan secara
ilmiah/pra klinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi.
c.
Fitofarmaka
Fitofarmaka harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinik, telah
dilakukan standarisas terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
2.
Kosmetika
Kosmetika ialah bahan baku atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh (epidermis, rambut, kuku
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetik yang
diproduksi atau diedarkan harus memenuhi persyaratan : menggunakan bahan yang
memenuhi standar mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan, diproduksi dengan mengikuti aturan Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik (CPKB), terdaftar pada, dan mendapatkan ijin edar dari Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) .
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud
evaluasi produk, kosmetik dibagi 2 golongan :
a.
Kosmetik golongan I, yaitu
Kosmetik yang digunakan untuk bayi,
Kosmetik yang digunakan sekitar mata, rongga mulut, dan
mukosa lainnya,
Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar
dan penandaan, dan
Kosmetik mengandung bahan yang fungsinya belum lazim
serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
b. Kosmetik
golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I
G. POSOLOGI
Posologi
adalah ilmu yang membahas bentuk sedian obat ,cara pemberian,perhitungan dosis
dan frekuensi pemberian obat. Paramedik perlu mempelajari posologi supaya dapat
membantunya memberikan obat secara rasional .Yaitu pemberian obat yang tepat
pada pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat dosis, dan tepat
rute serta tepat dokumentasi.
1.
Bentuk Sediaan Obat
Bentuk
sedian obat dibagi menjadi sedain padat ,semi padat, cair,dan gas.
a.
Sediaan
padat.
1) Pulvis/pulveres/Serbuk
Pulvis (serbuk)
ialah campuran keringbahan obat atau zat
kimia yang dihaluskan ditujukan untuk obat dalanm atau luar. Pulveres
adalah serbuk yang masing –masing di bungkus dengan pengemas yang cocok sekali
minum.
2)
Tablet
Ialah sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .Zat tambahan
berfungsi sebagai pengisi,pengmbang,pengikat,pelicin dan pembahas atau fungsi
lain yang cocok .Tablet bebentuk bulat pipih
dengan berat antara 50 mg -2g,umumnya sekitar 200-800 mg jenis tablet
sangat ban yak ,misalnyas tablet salut ,tablet effervescent tablet sub
lingual,tablet lepas lambat ,dan lozenge.
3)
Kapsul
Kapsul ialah
sediaan padat yang trdiru dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut.Cangkang Kapsuil terbuat dari gelatin .pati atau bahn lain yang cocok.
4)
Suppositoria
Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui
rektal,vagina atau urethal. Sediaan ini
dapat meleleh melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Berdasarkan pemakainnya bentuk Suppositoria ada yang torpedo atau
meruncing dikedua ujungnya (Suppositoria anal ).Ovula yang bentuknya bulat atau
bulat telur digunakan melalui vagina.
5)
Kaplet
Kaplet adalah
tablet berbentuk seperti kapsul yang pembuatanya melalui kempa cetak.
6)
Pellet
Sediaan tablet
kecil ,sillindris ,dan steril yang pemakainya di tanam (inflantasi) kedalam
jaringan.
7)
Lozenge
Adalah sedian
tablet yang rasanya manis dan baunya enak yang penngunanya dihisap dalam mulut
b. Sedian Setangah Padat
Ada beberapa
sediaan setangah padat,yaitu unguenta (salep), cremones (krim), pasta, dan gel
(jelly).
1)
Salep
Salep merupakan
sediaan setengah padat yang mudah di oleskan dan di gunakan sebagi obat luar.
2)
Krim
Krim adalah
sediaan setengah padat berupa emulasi
mengandung air tidak kurang atau sama dengan (>)60% dan dimaksudkan obat
luar.Umumnya digunakan didaer ah yang relatif jarang terkana air karena krim
mudah tercuci.
3)
Pasta
Pasta adalah
sediaan berupaa masa lembek yang di gunakan untuk pemakain luar.Biasanya dibuat
dengan mencampuir serbuk dalam jumlah >50% bagian dengan vaselin atau
parafin cair atau dengan bahan dasar yang tidak berlemak (gliserol,musilago
atau sabun)
4)
Jelli
Merupakan sedian
suspensi setengah padat dari bahan organik atau anogranik,mengandung air,dan di
gunakan pada kulit yang peka atau berlendir (mukosa)
c. Sediaan Cair
Adalah sedian
cair yang mengandung bahan kimia
terlarut,Kecuali dinyatakan lain,sebagai pelarut digunakan air suling.Larutan
bersifat homogen atau serba sama
1)
Sirup
Suatu sediaan
berupa larutan yang mengandung gula sukrosa.Kecuali dimyatakan lain kadar gula
tidak kurang dari 64% atau tidak lebih
dari 66% sirup dengan kadar gula ± 65% disebut sirup simplek yang digunakan sebagai origen saporis (pemanis)
2)
Eliksir
Sediaan larutan
yang mempunyai rasa dan bau sedap,selai obat juga mengandung bahs=an tambahan
seperi gula,zat pemanis lainnya,zat warna, zat dan zat pengawet.Eliksir
digunakan sebagai obat dalam.Pelarut digunakan umumnya etanol karena dapat
meningkatkan kelarutan zat aktifnya.
3)
Guttea (obat tetes)
Suatu sediaan
cairan berupa larutan,emulasi atau suspensi digunakan baik untuk obat luar atau
obat dalam,dilengkapi alat penetes berskala (untuk obat dalam ) dan tidak
berskala untuk obat luar.Jika disebut obat tetes tanpa keterangan yang dimaksud
adalah obat dalam.
4)
Injeksi
Injeksi sediaan steril dan bebas pirogen yang berupa
larutan, emulasi, suspensi, serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan lebih
dulu sebelum digunakan. Penggunaan sediaan injeksi disuntikan menggunakan spuit
kedalam kulit, bawah kulit, otot atau intravena.
5)
Enema
Enema adalah
suatu larutan yang penngunanya melaluin rekum (anus). Kegunaan sediaan enema
antara lain untuk memudahkan buang air besar, mencegah kejang atau mengurangi
nyeri lokal.
6)
Gargarisma
Yaitu berupa
sediaan larutan relatif pekat yang di harus di encerkan sebelum di gunakan
(dikumurkan). Gargarisma umumnya digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
7)
Douche
Douche adalah
larutan yang di gunakan secara langsung pada
lubang tubuh,bermanfaat sebagai pembersih atau antiseptik. Contoh douche
adalah vaginal douche, eye douche, pharingael douche, dan nasal douche.
8)
Suspensi
Ialah sediaan
cairan yang memgandunmg bahan obat berupa partikel halus yang tid ak larut dan
terdispresi dalam cairan pembawa. Dalam kemasaan sediaan suspensi diserta
etiket bertuliskan kocok dahulu sebelum digunakan, tujuan supaya partikel mengend ap terdisperasi merata.
9)
Emulsi
Emulsi
merupakaan sedian yang mengandung bahan obat cair atau larutaan obat, terdispersi
dalam cair distabilkan dengaan emulagator yang sesuai. Emulsi merupakan
campuran zat berminyak dan berair. Dalam kemasannya, emulsi ada penjelasan
kocok dahulu sebelum digunakan supaya zat yang terpisah dapat tercampur merata
kembali.
10) Infusa
Adalah sediaan
cair yang di buat menyari simplisia nabati dengan air apnas (90 c) selama 15
menit.
d. Sediaan Gas
Aerosol
yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang di beri tekanan
.digunakan untuk obat luar atau obat dalam. Pemakaianya disedot melalui hidung
atau mulut atau disemprotkan dalam
bentuk kabut ke saluran pernapasan.
a. Gas
Biasanya berupa
oksigen, obat anestesi atau zat yang digunakan untuk sterilisasi.
2. Cara
Pemberian Obat
Paramedis
mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan pemberian obat. Antaralain,
harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon, resep, catatan medic),
frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali per hari atau 4 kali per hari),
indikasi, dosis, dan jalur pemberian. Setelah pengecekan, paramedic harus
memastikan bahwa pemberian obat yang diberikan mengikuti 6 benar atau tepat,
yaitu tepat pasien, obat, waktu, dosis, jalur pemberian, dan tepat dokumentasi.
a.
Tepat pasien
Pemberian
obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi, seperti pada saat ordernya lewat
telepon, pasien yang masuk beersamaan, kasus penyakinya sama, suasana dengan
kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ke ruang lainnya. Untuk
mengurangi kejadian tidak tidak tepat pasien dapat dilakukan antara lain :
1)
Tanya nama pasien, dengan pertanyaan siapa namanya,
bukan dengan pertanyaan “namanya Bapak Supardi?”
2)
Cek identifikasi pasien dalam bracelet, dan
3)
Cek pasian pada papan nama di tempat tidur dan di
pintu.
b.
Tepat Obat
Untuk
menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus dibaca dengan
teliti setiap akan membrikan obat. Label atau etiket yang perlu diteliti antara
alin : nama obat, sediaan, konsentrasi, dan cara pemberian serta expired date.
Kesalahan pemberia obat sering terjadi jika perawat memberika obat yang
disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat melalui wadah (spuit)tanpa
identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan obat yang akan diberikan.
c.
Tepat Waktu
Pemberian
obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat yang tidak tepat
waktu. Misalnya pada kasus gawat darurat henti jantung, epinefrin diberikan
setiap 3 – 5 menit, jika tidak dipatuhi akan menhasilkan kadar obat yang tidak
sesuai. Kakurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya.termasuk tepat
waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui injeksi (bolus atau
lambat) atau pemberian melalui infuse.
d.
Tepat Dosis
Dosis
yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek berbahaya.
Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak –anak, lansia, atau pada orang
obesitas. Pada pasien – pasien tersebu para media harus mengerti cara
mengkonversi dosisdari orang dewasa normal.
e.
Tepat Rute
Jalur
atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk ke dalam tubuh.
f.
Tepat Dokumentasi
Menurut
beberapa ahli, dokumentasi merupaka begian dari pemberian obat yang rasional,
yaitu aspek atau tepat yang ke 6, yaitu seperti meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat
pemberian alasan kenapa obat diberikan, dan tanda tangan orang yang memberikan.
3.
Rute
Pemberian Obat
Rute pemberian
obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga
merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang
merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enteral dan parenteral.
1.
Jalur Enteral
Jalur Enteral berarti pemberian obat melalui saluran
gastrointestinal (GI), seperti pemberian obat melalui sublingual, bukal,
rektal, dan oral. Pemberian melaui oral
merupakan jalur pemberian obat paling banyak digunakan karena paling murah,
paling mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian obat melalui jalur
enteral adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak
sadar atau tidak dapat menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini,
selain alasan diatas juga alsan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Bahkan dianjurkan jika obat dapat diberikan melalui jalur ini dan tidak untuk
kepentingan emergensi (obat segera berefek), obat harus diberikan secara
enteral.
2.
Jalur Parenteral
Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk
jalur parenteral adalah transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian
obat kedalam trakea menggunakan endotrakeal (pemberian obat kedalam trakea
menggunakan endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini
dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal. Tabel 1 merupakan deskripsi cara
pemberian obat, keuntungan, adn kerugiannya.
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian dari Jalur Pemberian Obat
Deskripsi
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
|
Aerosol
Partikel halus atau tetesan yang dihirup
|
Langsung masuk ke paru-paru
|
Iritasi pada mukosa paru-paru atau saluran pernapasan, memerlukan
alat khusus, pasien harus sadar
|
|
Bukal
Obat diletakkan diantara pipi
dengan gusi obat diabsorpsi menembus membrane
|
Tidak sukar, tidak perlu steril
dan efeknya cepat
|
Tidak dapat untuk obat yang
rasanya tidak enak, dapat terjadi iritasi di mulu, pasien harus sadar, dan
hanya bermanfaat untuk obat yang sangat nonpolar
|
|
Inhalasi
Obat bentuk gas diinhalasi
|
Pemberian dapat terus-menerus
walaupun pasien tidak sadar
|
Hanya berguna untuk obat yang
dapat berbentuk gas pada suhu kamar, dapat terjadi iritasi pada saluran
pernapasan
|
|
Intramuskulair
Obat diinjeksikan kedalam otot
|
Absorpsi cepat, dapat diberikan
kepada pasien sadar dan tidak sadar
|
Perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi iritasi pada tempat injeksi
|
|
Intravena
Obat dimasukkan kedalam vena
|
Obat cepat masuk dan
bioavaibilitas 100%
|
Perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi iritasi pada tempat injeksi, resiko terjadi kadar obat yang
tinggi kalau diberikan terlalu cepat
|
|
Oral
Obat ditelan dan diabsorpsi
dilambung atau usus halus
|
Mudah, ekonomis, tidak perlu
sterol
|
Rasa yang tidak enak dapat
mengurangi kepatuhan, kemungkinan dapat menimbulkan iritasi lambung dan usus,
menginduksi mual dan pasien harus dalam keadaan sadar. Obat dapat mengalami
metabolisme lintas pertama dan absorpsi dapat terganggu dengan adanya makanan
|
|
Subkutan
Obat diinjkesikan dibawah kulit
|
Pasien dapata dalam keadaan sadar
atau tiadk sadar
|
Perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi iritasi lokal ditempat injeksi
|
|
Sublingual
Obat terlarut dibawah lidah dan
diabsorpsi menembus membran
|
Mudah, tidak perlu steril dan obat
cepat masuk ke sirkulasi sistemik
|
Tidak dapat untuk obat yang
rasanya tidak enak, dapat terjadi iritasi dimulut, pasien harus sadar, dan
hanya bermanfaat untuk obat yang sangat larut lemak
|
|
Transdermal
Obat di absorpsi dibawah kulit
|
Obat dapat menembus kulit secara
kontinyu, tiadk perlu steril, obat dapat langsung ke pembuluh darah
|
Hanya efektif untuk zat yang larut
lemak, iritasi lokal dapat terjadi
|
|
4.
Perhitungan Dosis Obat
Untuk dapat menghitung
dosis secara benar, diperlukan beberapa pengetahuan sebagai berikut :
a. Memahami
perhitungan dosis individual bagi bayi, anak-anak, lansia, orang dengan berat
badan berlebih (obes), atau pada pasien dengan fungsi ginjal dan hati yang
terganggu.
b. Memahami
satuan-satuan dosis yang digunakan dalambidang farmasi (obat) dan cara
konversinya.
c. Memahami
perhitungan dosis yang harus diberikan berdasarkan sediaan obat yang ada
(tersedia).
d. Memahami
cara menghitung luas permukaan tubuh
e. Mengetahui
sediaan obat
1)
Perhitungan
Dosis Individual untuk Bayi dan Anak jika Hanya Dosis Dewasa yang Diketahui
Untuk perhitungan dosis bayi dan anak yang paling tepat
berdasarkan luas permukaan tubuh, berikutnya berdasarkan berat badan, dan
terakhir berdasarkan umurnya.
a)
Berdasarkan
Luas Permukaan Tubuh
DA = DD X
DA = dosis anak
DD = dosis dewasa
KO = luas permukaan tubuh
anak dalam
1,73 = luas permukaan
rata-rata orang dewasa
Luas permukaan tubuh anak atau orang dewasa dapat
dihitung denagan tiga cara, yaitu
1)
Menurut Wagner melalui persamaan :
LP = 0,09
W = Berat badan dalam Kg
LP = Luas permukaan tubuh dalam
2)
Berdasarkan hasil perkalian antara tinggi badan (TB)
dengan berat badan (BB)
LPT = Akar dari
LPT = luas permukaan tubuh dalam
3)
Berdasarkan Nomogram West
Cara menentukanluas permukaan tubuh berdasarkan Nomogram
West, adalah
a)
Ukur atau
tentukan tinggi badan dalam cm,
b)
Ukur atau tentukanberat badan dalam (BB) KG,
Tarik garis lurus yang menghubungkan tinggi badan (TB)
dalam cm dan BB dalam Kg, titik potong garis yang ditarik dari titik tinggi
badan sampai berat badan dengan garis PT
(satuan) pada nomogram west menunjukkan
luas permukaan tubuhnya .
Sebagai contoh,
seorang anak dengan TB 110 cm dan BB 20 kg, dia akan mempunyai luas permukaan
tubuh 0,8 m2 (silahkan
dicoba, sebagaimana petunjuk di atas).
b)
Berdasarkan
BB
Perhitungan dosis
anak berdasarkan BB umumnya menggunakan Rumus Clark, yaitu
DA = x DD, atau
W = BB dalam kg
c. Berdasarkan dosis anak
berdasarkan usia ada beberapa cara, yaitu sesuai rumus Young, Dilling, Cowling,
dan Fried.
Rumus Young DA =
Rumus Dilling DA =
Rumus Cowling DA =
Rumus Fried DA =
DA = dosis anak
DD = dosis dewasa
n = umur dalam tahun
m = umur dalam bulan
Keterangan:
Menghitung dosis
berdasarkan umur kurang teliti jika dibandingkan berdasarkan luas permukaan
tubuh atau berat badan.
2)
Perkiraan
Dosis Bayi dan Anak dibandingkan Dosis Dewasa
Tabel 2.
Perkiraan Dosis Bayi Dibandingkan Dosis Dewasa
Umur
|
BB kg
|
DA Terhadap DD
|
Bayi
Prematur
Bayi
baru lahir
2
bulan
4
bulan
12
bulan
3
tahun
7
tahun
10
tahun
12
tahun
14
tahun
16
tahun
|
1,13
1,81
2,27
3,18
4,54
6,35
9,98
14,97
22,68
29,94
35,52
45,36
54,43
|
2,5-5%
4-8%
5-10%
12,5%
15%
19%
25%
33%
50%
60%
75%
80%
90%
|
Keterangan:
Bayi adalah umur 0 bulan – 12 bulan
Anak adalah umur 1 – 15 tahun
3)
Berdasarkan
Dosis Setiap Kg BB yang Sudah Diketahui
Jika sudah
diketahui dosis setiap Kg Bbnya, perhitungan dosis pada pasien tinggal
mengalikan nilai dosis/kg BB dengan Bbnya. Misalnya, dosis parasetamol 5-10
mg/kg BB maka dosis untuk anak dengan BB 10 kg adalah 50-100 mg.
4)
Satuan Dosis
yang Digunakan dalam Farmakologi
1. Mg
dan atau g
2. IU
atau UI (internasional unit, unit international)merupakan satuan dosis untuk
obat yang sukar dimurnikan atau sukar ditentukan bobotnya, seperti pada hormon,
vaksin, dan produk biologi lainnya.
3. Persen
(%) dalam ml ( untuk cairan infus, misalnya 5% sebanyak 500 ml)
4. Mg/ml
(untuk sirup atau larutan, Misalnya sirup parasetamol 120 mg/5ml)
Yang dimaksud dengan % ada beberapa macam, yaitu:
Yang dimaksud dengan % ada beberapa macam, yaitu:
a. Persen
b/b ( bobot per bobot), berarti jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram
larutan,
b. Persen
b/v (bobot per volume), berarti jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan,
c. Persen
v/v (volume per volume), berarti jumlah ml zat terlarut dalam 100 ml larutan,
dan
d. Persen
v/b ( volume per bobot), berarti jumlah ml zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Kecuali dinyatakan lain, % yang dimaksud adalah % b/b.
5)
Perhitungan
untuk pemberian obat.
Setelah dosis diketahui atau dihitung, kita harus
memberikannya berdasarkan sediaan yang ada atau tersedia. Rumus pemberian obat
adalah,
X = jumlah yang harus diberikan
D = dosis yang harus diberikan
(diminta)
T = sediaan yang ada (tersedia)
Contoh perhitungan untuk beberapa sediaan.
a. Tablet
atau kapsul
Dosis amoksilin untuk seorang pasien sebanyak 1000 mg,
sediakan yang ada kapsul amoksilin 500 mg, berapa banyaknya sediaan yang harus
diberikan?
D = 1000 mg T = 500 mg
X = , berarti jadi 2 kapsul yang harus diberikan.
b. Larutan
dan Sirup
Berapa ml sirup yang harus diberikan, jika pasien
membutuhkan 375 mg amoksilin untuk sediaan yang ada adalah sirup 250 mg/5ml.
D = 375 mg T =250 mg/5 ml, maka X adalah
Jadi obat yang harus diberikan adalah sebanyak 7,5 ml
atau 1,5 sendok teh.
c. Injeksi
IV, IM, dan yang lain
Cara perhitungannya sama dengan larutan atau sirup
seperti poin b di atas.
d. Pemberitahuan
Melalui infus
Untuk menghitung dosis atau kecepatan infus yang tepat
saat memberikan obat melalui infus, paramedis harus mengetahui informasi
berikut, yaitu
-
Jumlah atau volume obat yang harus diberikan,
-
Lama pemberian yang diinginkan,
-
Kecepatan infus yang diinginkan, dan
-
Faktor alat (jumlah tetes untuk setiap ml)dari
infus set yang digunakan.
1) Menghitung
atau Menentukan Kecepatan infus dengan Volume Tertentu, Menggunakan Persamaan
Tetes/menit =
Contoh berapa kecepatan infus (tetes/menit) yang harus
diberikan ketika memberikan 250 ml NaCI fisiologis dalam 90 menit menggunakan
infus set dengan 10 tetes/ml
= tetes/ menit
Atau 28 tetes/menit
2) Menghitung
atau Menentukan Kecepatan Infus Sesuai Dosis yang Diinginkan
Beberapa obat emergensi
diberikan melalui infus atan injeksi IV drip yang kadang-kadang diecerkan dulu
dengan NaCI fisiologi atau dektrosa. Untuk itu paramedik harus mengetahui
dosis, konsentrasi obat setelah diencerkan dan faktor alat (tetes/ml) infus
set. Cara menghitungnya adalah mengikuti
3) Contoh,
kita harus memberikan prokainamid melalui infus dengan dosis 3 mg/menit. Obat
yang ada adalah 1 g (1000 mg) yang dilarutkan dalam 250 ml glukosa 5%. Faktor
infuset 60 tetes/ml, berapa tetes tiap menit yang harus diberikan?
= 45 tetes/menit
5. Frekuensi
Dan Interval Pemberian Obat
a.
Frekuensi pemberian obat
Berapa kali obat
harus dibaerikan dalam sehari atau setiap berapa jam sangat tergantung dari
sifat kimia fisika obat besar dosis obat dan tujuan pengobatan.pemberian obat
dapa setai bulan sekali (injeksi kontrasepsi hormonal) setiap 5 menit (beberapa
obat emenrgensi)terus menrus (infus) seka;li sehari dan beberapa kali sehari
itu semua di pengaruhi oleh tujuan
pemberian kinetika ,t½
onset dan durasi obat.
Lama pemberian
obat juga bervariasi mulai hanya sekali sehari,sehari,seminngu,6 bulan bahkan
ad yang seumur hidup (obat Dibetus
melitus,AIDS dan hipertensi)jika obat digunakan dalam waktu lama ,frekuensi
pemakain terlalu sering akan menyebabkan kepatuhan berkurang .Oleh karena itu industri
farmasi berupaya membuat sediaan long acting terutama untuk penyakit kronis
supaya pasien tetap patuh dalam meminum obat
b.
Interval pemakaian obat
Pada umumnya
interval pemberian obat jarang dijelaskan secara rinci dalam intruksi
pengobatan penjelasan hanya seperti dipakai 3kali sehari diberikan pagi siang
atau sore jam barapa yang dimaksud dengan pagi sianng atau sore umumnya tidak
ada kesepakaatan atau koordiansi antr para medik mengiat interval pemberian obat berkaitan
kadar obat dalam tubuh ( efek terapi) maka perlu di pahami dan ditetapkan
interval yang pasti .Untuk obat yang intruksinya sudah jelas 3 kali sehari
interval pemakainya adalah 6 jam dalamsehari adalah 24 jam wktu tidu rata
rta 6-8 jam pada wktu tidu kecepatan
metabolime obat lambat sehinnga eliminadi juga relatif lambat atas dasar alasan
diats interval pemberian oral dapat
dihitung dengan cara:
Interval =
Jadi untuk aturan
pakai 3 x 1 sehari, interval pemakaianya, yakni interval = 24 jam – 6 jam = 6 jam
3
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Farmakognosi adalah
ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat
digunakan sebagai obat.
Farmakodinamika
mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau mempelajari pengeruh
obat terhadap fisiologi tubuh.
Jadi, macam – macam
jenis farmakologi.
B. Saran
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini kita semua
dapat memperkaya pengetahuan kita, terutama tentang ilmu farmakologi dan semoga
dapat bermanfaat dalam meningkatkan ketepatan pemakaian obat.
kami sebagai penulis mengharapkan umpan balik yang
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2009). Sariawan Bayi. (http//febryan.com/?p=38) diakses 22 Mei 2010
Pukul 17.30 WIB
Anurogo,Dito.(2008).TipsPraktismengatasiSariawan.(http://www.pewartakabarindonesia.blogspot.com)
di akses 21 juni 2010 Pukul 12.00 WIB
Effendi, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC
M. Biomed, Priyanto Apt (2010).
Farmakologi Dasar. Depok : Leskonfi