Selamat datang di Satya Excel Site
Selamat datang di Satya Excel Site, situs pribadi yang dirintis dengan tujuan berbagi pengalaman dan berbagai ilmu pendidikan. Selamat surfing dan gali segala informasi.

Current Time

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KEPERAWATAN DEWASA 2

Minggu, 13 Oktober 2013



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN



Mata ajaran
Keperawatan Dewasa II
Kode MK
MKB304
Beban SKS
5 SKS ( 4 SKS Tatap Muka, 1 SKS Praktikum )
Tingkat / Semester
III
Pertemuan
15
Alokasi Waktu
2 x 50 Menit ( 100 Menit )
Standar Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi : Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus.
Indikator
1.       Menjelaskan proses perawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
2.       Membuat pohon masalah dari Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
3.       Mendiskusiakan rumusan diagnose keperawatan penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
4.       Mendiskusikan rumusan perencanaan penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
5.       Mendiskusikan implementasi keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
6.       Mendiskusikan evaluasi keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik

Tahap
Kegiatan dosen
Kegiatan mahasiswa
Sumber
Kegiatan awal
( 10 Menit )
a.       Mengucapkan salam
b.       Melakukan apersepsi materi yang akan diberikan
c.        Menjelaskan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa pada pertemuan ini.
a.       Menjawab salam
b.       Memperhatikan dan memberikan sumbang saran
c.        Mahasiswa memperhatikan penjelsan dosen

Kegiatan inti
( 70 menit )
1.       Menjelaskan proses perawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
2.       Membuat pohon masalah dari Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
3.       Mendiskusiakan rumusan diagnose keperawatan penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
4.       Mendiskusikan rumusan perencanaan penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
5.       Mendiskusikan implementasi keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
6.       Mendiskusikan evaluasi keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus, Hipoglikemia, Dislipidemia, Hiperlipidemia, Hipertiroidisme, dan Struma Nodosa Non Toksik
a.       Memperhatikan penjelsan dari dosen
b.       Memperhatikan penjelasan dari dosen
c.        Memperhatikan penjelsan dari dosen
d.       Mahasiswa menanyakan hal-hal yang belum jelas disela-sela penyajian materi dan kemudian memperhatikan jawaban dosen
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta



Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta



Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,  (Edisi III), EGC, Jakarta.

Kegiatan akhir
( 20 menit )
a.       Mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dengan memberikan pertanyaan tentang materi kunjungan awal fisiologi keperawatan anak
b.       Minyumpulkan materi yang telah diberikan
c.        Menyimpulkan jawaban dari pertanyaan mahasiswa
d.       Menutup salam
a.       Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen
b.       Memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh dosen
c.        Mengerti dan paham tentang materi yang akan diberikan oleh dosen
d.       Mahasiswa menjawab salam





Alat/Bahan:
            Dalam proses pembelajaran menggunakan media laptop, LCD, Whiteboard, Spidol.

Penilaian:
Evaluasi dilakukan dalam bentuk tes essay secara lisan, adapun pertanyaannya adalah:
1.      Apa saja rumusan diagnose keperawatan yang muncul pada penyakit DM
2.      Bagaimana rumusan intevensi pada penyakit DM

Jawaban :
1.      Diagnosa :
  • Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif
  • Resiko Infeksi b/d ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
  • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan
  • Kurang pengetahuan b/d Keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah,


2.      Intervensi :
  • Fluid Management
  • Infection Control (Kontrol infeksi) dan Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
  • Nutrition Management dan Nutrition Monitoring
  • Teaching : disease Process




DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, penerbit EGC.

Guyton, C. Arthur, (1991), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Missisipi; Departemen of Physiology and Biophysis. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Junadi, Purnawan,(2000), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, penerbit FKUI, Jakarta.

Long, Barbara C, (1996), Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Price, Sylvia A,(1998). Patofisiologi, jilid 2, penerbit EGC, Jakarta.

Tucker, Susan Martin(1998), Standar Perawatan Pasien, Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/26/askep.struma/








HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH SANGGAR ALANG-ALANG SURABAYA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI
PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH
SANGGAR ALANG-ALANG SURABAYA

(RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL SUPPORT WITH SELF CONCEPT
OF STREET CHILDREN)

Reny Maharani, Retno Indarwati, Fery Effendi
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257
Email: renymahar@gmail.com
                                                                                                   

ABSTRACT

Introduction: Self concept of street children was a conceptualization that worked by human into theirselves. Environment around street children could affect their self concept formation process. Human self concept developedby the time periode. Street children could have positive self concept if they got social support from their close environment. Methods: This study aimed to identified the relationship between social support with self concept of street children and analyzed relationship between both variables. This study used cross-sectoinal design. Samples were street children in SanggarAlang-alang, Surabaya. Sample size were 30 individuals, recruited using purposive sampling. Data were collected through questionnare and analyzed by means of Spearmen Rho statistical test with significance level of α<0 span="">Result and Analysis: Result of the research there was relationship between social support with self concept in street children with significance level p = 0.000 it means the relationship between two variable was reliable. The limitation in this research was too small sample to be used. Discussion: It could be conclude from this study that there was relationship between social support with self concept in street children. Further studies should involve more respondents and use standardized instrument to obtain better result.

Keyword: Social Support, Self Concept, Street Children.



PENDAHULUAN


1
 
Fenomena anak jalanan merupakan permasalahan sosial ekonomi yang belum dapat ditangani secara menyeluruh oleh pemerintah Indonesia. Faktor keterbatasan ekonomi dan ketidakharmonisan keluarga merupakan faktor utama yang menyebabkan munculnya fenomena tersebut (Saituti, 2001). Dijelaskan oleh Dianah (2011) bahwa kedua faktor tersebut mampu mempengaruhi konsep diri seorang anak. Menurut Pramuchtia dan Pandjaitan (2010), studi yang telah dilakukan selama ini masih terbatas pada pembahasan karakteristik sosial ekonomi, pembinaan rumah singgah, dan tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan. Studi tersebut belum melihat anak jalanan dari sudut psikologi sosial yaitu dengan memahami konsep diri anak jalanan. Konsep diri anak jalanan cenderung negatif dalam usaha mereka untuk memperbaiki diri dalam memilih pekerjaan dan dalam berhubungan dengan orang lain yang tidak bekerja sebagai anak jalanan ataupun orang lain yang tidak senasib dengan mereka  (Pramuchtia dan Pandjaitan, 2010). Dari hasil wawancara studi awal peneliti terhadap 10 orang anak jalanan binaan Sanggar Alang-alang, ditemukan 60% anak jalanan sering merasa mengecewakan orang tua karena mereka merasa belum melaksanakan peran seorang anak terhadap orang tuanya, 40% anak jalanan belum puas terhadap apa yang dia jalani sekarang, dan 50% anak jalanan sering merasa minder ketika mendapat respon negatif atau cemoohan dari masyarakat. Selain itu, 70% dari mereka mengaku malu terhadap teman-temannya di sekolah karena bekerja sebagai pengamen, menurut mereka profesi mereka sebagai pengamen bukan sebuah hal yang dapat dijadikan sebuah kebanggaan. Di lain pihak, beberapa responden memiliki keinginan untuk menjadi penyanyi profesional dan seorang pemain sepak bola TIMNAS. Dari hasil studi awal tersebut diketahui bahwa konsep diri anak jalanan beragam, ada yang memiliki konsep diri positif dan ada pula yang negatif. Dengan memahami perbedaan konsep diri pada anak jalanan tersebut maka pembinaan anak jalanan akan tepat sasaran sesuai dengan konsep diri anak jalanan (Pramuchtia dan Pandjaitan, 2010). Penelitian yang dilakukan sebelumnya pada pekerja anak menyatakan, konsep diri positif dapat diperoleh dari besarnya dukungan sosial dari lingkungan sekitar (Dianah, 2011).

Berdasarkan estimasi dari UNICEF (2003), ada sekurangnya sekitar 100 juta anak jalanan di seluruh dunia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Sosial (2008) menyatakan bahwa jumlah anak jalanan di Indonesia sebesar 232.984 jiwa. Jumlah tersebut cenderung meningkat bila dibandingkan tahun 2007 sebanyak 104.000 anak dan tahun 2006 sebanyak 144.000 anak (Anonim, 2010). Sedangkan jumlah anak jalanan di Jawa Timur sendiri pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 7.261 jiwa, dimana sekitar 5.000 anak diantaranya berada di kota Surabaya (Indrawan, 2012). Berdasarkan hasil studi karakteristik pada anak jalanan di Semarang, faktor penyebab yang mendorong anak turun ke jalan adalah kemiskinan 83,33%, keretakan keluarga 1,96%, karena orang tua tidak paham dan tidak memenuhi kebutuhan sosial anak 0,98%, dan lainnya 13,7% karena keinginan sendiri, sering dipukuli orang tua, dan ingin bebas (LPPM USM, 2010).  Tingginya angka pertumbuhan anak jalanan ini menjadi objek menarik untuk dikaji, namun selama ini, studi-studi yang sudah ada sebelumnya masih terbatas pada pembahasan mengenai karakteristik sosial ekonomi, pembinaan rumah singgah, dan tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan. Penelitian tersebut belum melihat anak jalanan dari sudut psikologi sosial yaitu dengan memahami konsep diri anak jalanan (Pramuchtia dan Pandjaitan, 2010). Berdasarkan hasil penelitian mengenai konsep diri pada anak jalanan yang dilakukan oleh Pramuchtia dan Pandjaitan (2010) di Bogor, sebanyak 36% anak merasa orang tua sering kecewa dengan yang mereka kerjakan di jalanan, 76,66% mengaku tidak bisa mengelola emosi ketika berhubungan dengan orang lain sehingga sering berkelahi, 3,33% merasa malu untuk menceritakan hal-hal negatif atau kekurangan pada dirinya (seperti pemakaian narkoba, seks bebas, dan minuman keras), dan 46,67% merasa bahwa tidak mempunyai hal yang pantas untuk dibanggakan dari diri mereka.

Kisaran usia anak jalanan rata-rata 13 tahun dengan usia termuda 6 tahun dan tertua 21 tahun (LPPM USM, 2008). Kehidupan anak jalanan yang bebas dan kompleks menyebabkan anak jalanan membangun pengetahuan mereka sendiri sesuai dengan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Sejak kecil, individu telah dipengaruhi oleh berbagai pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, dan sejarah hidup individu dari masa lalu. Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep dirinya sendiri (Manik, 2007). Seperti yang dijelaskan oleh Pramuchtia (2010) bahwa karakteristik anak jalanan yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal diduga dapat mempengaruhi konsep diri anak jalanan. Faktor internal antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan alasan mereka turun ke jalan. Sedangkan faktor eksternal adalah tingkat kekerasan yang dialami oleh anak jalanan dan tingkat sosial ekonominya (Pramuchtia, 2010). Tanpa adanya pondasi yang kuat dari komponen konsep diri yang terdiri dari gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas diri, kita tidak berani mengambil resiko dan membuat pilihan dalam menjalani kehidupan yang produktif (Nurmawati, 2010). Orang yang menilai dirinya sebagai tidak baik (konsep diri negatif), cenderung menarik diri dalam berhubungan dengan orang lain, atau bersifat agresif secara tidak wajar. Jika seorang anak jalanan berpikir bahwa dirinya bodoh, ia akan merasa tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas yang dipandangnya sebagai tugas “orang-orang pintar”. Bila seorang anak jalanan merasa dirinya memiliki kemampuan mengatasi masalah, maka pesoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya cenderung dapat diatasi (Pramuchtia dan Pandjaitan, 2010).

Sarason et al. (1983) dalam Dianah (2011) memaparkan bahwa informasi atau tindakan yang menyebabkan individu merasa diperhatikan, memiliki nilai, dan tempat untuk mendapatkan pertolongan dari orang lain pada saat membutuhkan, diartikan sebagai dukungan sosial. Menurut Kuntjoro (2002), dukungan sosial adalah informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Mengingat permasalahan ekonomi yang tengah dihadapi Indonesia, semakin banyak keluarga yang dihadapkan dengan kemiskinan, semakin banyak pula anak-anak yang terpaksa harus turun ke jalan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diupayakan agar anak-anak jalanan dapat memiliki konsep diri positif karena dengan hal tersebut, seseorang dapat merancang tujuan-tujuan hidupnya yang sesuai dengan realitas (Calhoun dan Acocella, 1990). Sedangkan menurut Muslim dan Mardiyanti (2004) dalam Pramuchtia dan Pandjaitan (2010), konsep diri anak jalanan perlu dipahami karena konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan seseorang . Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan dukungan sosial dengan konsep diri pada anak jalanan di Rumah Singgah Sanggar Alang-alang Surabaya.


BAHAN DAN METODE

Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 75 anak jalanan yang berada dalam pembinaan Sanggar Alang-alang Surabaya. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel dengan menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan selama bulan Juli 2012.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan sosial, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah konsep diri pada anak jalanan. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tentang dukungan sosial menggunakan lembar kuesioner yang didasarkan pada Social Provision Scale oleh Russel dan Cutrona (1984). Kuesioner diadopsi oleh peneliti dari Pratiwi (2009) dengan memodifikasi Six Provision yang dimaksud oleh Weiss (1974) meliputi saran atau informasi (guidance), keyakinan bahwa orang-orang terdekat dapat memanajemen stres yang dirasakan seseorang (reassurance of worth), kedekatan emosional (attachment), rasa saling memiliki dan kesamaan nasib (social integration), dan saling membantu satu sama lain (opportunity for nurturance). Selain itu peneliti juga membuat instrumen berupa kuesioner untuk konsep diri anak jalanan yang diadopsi dan dimodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nanik (2010). Pengumpulan data dilaksanakan setelah peneliti mendapat ijin untuk melakukan penelitian. Peneliti datang ke sanggar untuk memberikan lembar kuesioner. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman’s Rho untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan derajat kemaknaan atau tingkat signifikasi α<0 span=""> Dari hasil perbandingan akan ditentukan hipotesa diterima atau ditolak. Apabila hasil uji statistik dengan Spearman Rho menunjukkan p≤α , maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima.


HASIL

Tabel 1. Data Demografi Responden di Rumah Singgah Sanggar Alang-alang Surabaya, Juli 2012.


No.
Karakteristik Responden
Jumlah
%
1.
Berdasarkan jenis kelamin


Laki-laki
10
33


Perempuan
20
67


Total
30
100
2.
Berdasarkan usia






13
24
80


14
4
13


15
0
-


16
1
3


17
0
-


18
1
3


Total
30
100
3.
Berdasarkan agama






Islam
30
100


Kristen/katholik
0
-


Hindu
0
-


Budha
0
-


Total
30
100
4.
Berdasarkan tingkat pendidikan


SD
1
3


SMP
27
90


SMA
2
7


Total
30
100
5.
Berdasarkan urutan anak dalam keluarga


Pertama
6
20


Kedua
7
23


Lebih dari 3
15
50


Tunggal
2
7


Total
30
100
6.
Berdasarkan cita-cita


Penyanyi
3
10


Atlet
6
20


Polisi/TNI
9
30


Guru
1
3


Lain-lain
11
37


Total
30
100
7.
Berdasarkan pekerjaan


Tidak bekerja
18
60


Pengamen
9
30


Penjual koran
2
7


Tukang semir sepatu
0
-


Buruh
1
3


Total
30
100
8.
Berdasarkan penghasilan orang tua


Kurang dari UMR
27
90


Lebih dari UMR
3
10


Total
30
100
9.
Berdasarkan teman sepergaulan


Anak jalanan saja


-


Anak jalanan dan tetangga
3
10


Anak jalanan dan teman sekolah
17
53


Anak lain yang bukan anak jalanan
7
23


Lebih dari dua pilihan
3
10


Total
30
100

Pada tabel 5.1 menunjukkan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 20 orang (67%). Berdasarkan usia sebagian besar responden berada pada usia 13 tahun yaitu 24 orang (80%). Berdasarkan agama yang diyakini seluruh anak jalanan (30 orang) memeluk agama islam (100%). Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian berada di tingkat pendidikan SMP yaitu 27 orang  (90%). Berdasarkan urutan dalam keluarganya setengah dari jumlah responden adalah anak dengan urutan lebih dari 3 dalam keluarganya yaitu 15 orang  (50%). Berdasarkan cita-cita responden memiliki cita-cita yang beragam, hal ini terbukti dari pilihan terbanyak berada pada cita-cita selain yang disebutkan oleh peneliti misalnya pengacara, musisi, pramugari, dan dokter yaitu sebanyak 11 orang  (37%). Berdasarkan pekerjaan jumlah responden yang sudah tidak bekerja yaitu 18 orang  (60%) sedangkan yang memiliki pekerjaan sebanyak 12 orang (40%). Berdasarkan penghasilan orang tua setiap bulannya sebagian besar penghasilan orang tua responden kurang dari standart Upah Minimum Regional Jawa Timur (UMR= Rp1.257.000 per bulan) yaitu 27 orang  (90%). Dan berdasarkan teman sepergaulan lebih dari setengah jumlah responden berteman dengan anak jalanan dan teman sekolah yaitu 17 orang  (53%).




Tabel  2. Tabulasi silang hubungan dukungan sosial dengan konsep diri pada anak jalanan di rumah singgah Sanggar Alang-alang Surabaya, Juli 2012..

Konsep Diri
Dukungan Sosial
Total
Kurang
Cukup
Baik
Buruk
0
0%
3
10%
1
3.3%
4
13.3%
Baik
0
0%
2
6.7%
24
80%
26
86.7%
Total
0
0%
5
17%
25
83%
30
100%
Uji Statistik Spearmen Rho p = 0,000 ; r = 0,614






Proses analisa data menggunakan uji statistik korelasi Spearman’s Rho untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan derajat kemaknaan atau tingkat signifikasi α<0 dapat="" dari="" dilihat="" hubungan="" kedua="" kekuatan="" koefesien="" korelasi="" menentukan="" sedangkan="" span="" untuk="" variabel=""> (r).
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil analisis statistik uji korelasi Spearmen Rho dengan nilai p = 0,000 dan r = 0,614. Nilai signifikansi p = 0,000 artinya p<0 span="" style="mso-spacerun: yes;"> 
hal tersebut berarti Ho ditolak dan H1 diterima yaitu ada hubungan antara dukungan sosial dengan konsep diri pada anak jalanan. Sedangkan Correlation Coefficient bernilai r = 0,614 hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara kedua variabel adalah reliabel atau dengan kata lain ada hubungan yang bermakna diantara keduanya.


PEMBAHASAN


Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas pada responden dengan dukungan sosial baik, 24 orang (80%) memiliki konsep diri baik. Setelah dilakukan analisis Spearmen Rho didapatkan nilai signifikansi p = 0,000 artinya p<0 span="" style="mso-spacerun: yes;"> 
hal tersebut berarti H0 ditolak dan H1 diterima yaitu ada hubungan antara dukungan sosial dengan konsep diri pada anak jalanan. Correlation Coefficient bernilai r = 0,614 hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara kedua variabel adalah reliabel atau dengan kata lain ada hubungan yang bermakna diantara keduanya.

            Menurut Saibilah (2003), konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Saibilah (2003), konsep diri dipengaruhi oleh perkembangan individu, persepsi individu terhadap dirinya sendiri, dan significant others (orang yang terpenting atau yang terdekat). Sebagaimana dijelaskan oleh Sarafino (2006) bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang yang mereka cintai seperti pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja, dan organisasi komunitas. Sarason et al. (1994) dukungan sosial merupakan hasil dari interaksi dari konteks situasional, konteks intrapersonal, dan konteks interpersonal. Ketiga hal tersebut mencakup kondisi lingkungan di sekitar individu, pengalaman masa lalu, kemampuan menginterpretasikan perilaku suportif dari orang lain, dan kualitas hubungan spesifik dengan orang-orang di sekitar sehingga individu memiliki perasaan disayangi dan diperhatikan oleh orang lain.

Dari hasil penelitian pada hubungan antara kedua variabel, ditemukan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh, semakin baik konsep diri yang dimiliki oleh anak jalanan. Anak jalanan di sanggar Alang-alang selain memiliki keluarga yang perhatian kepada mereka juga menjalin komunikasi yang cukup bermakna dengan pembina sanggar. Kedekatan anak jalanan dengan orang-orang disekitarnya dapat menimbulkan ikatan emosional diantara keduanya. Adanya ikatan emosional tersebut menjadi sebuah pengaruh tersendiri bagi anak-anak jalanan yang sekaligus dapat mempengaruhi konsep dirinya. Di sanggar, anak jalanan diajarkan untuk selalu menjaga etika dan berani bermimpi apapun cita-cita yang mereka inginkan. Tidak hanya itu, mereka juga diajarkan untuk selalu bersyukur terhadap apa yang telah diterima dan apa yang mereka miliki saat itu. Besarnya dukungan sosial dari teman sekolah juga dapat menjadi sebuah motivasi bagi anak jalanan untuk bisa menjadi lebih baik dari sekarang seperti layaknya teman sekolah mereka yang bukan anak jalanan.


SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
  1. Dukungan sosial pada anak jalanan di sanggar Alang-alang mayoritas dalam keadaan baik, hal ini karena kedekatan emosional anak jalanan dengan orang-orang berarti di sekelilingnya seperti keluarga, pembina sanggar, dan teman sesama serta faktor kesamaan nasib dengan teman sesama anak jalanan. 
  2. Konsep diri anak jalanan di sanggar Alang-alang mayoritas baik, penghasilan orang tua dibawah UMR tidak mempengaruhi konsep dirinya, kemungkinan hal tersebut karena peran sanggar yang menanamkan nilai-nilai khusus yang menjadikan konsep diri anak jalanan positif. Selain itu konsep diri positif dapat dilihat dari beragamnya cita-cita yang dimiliki responden dan teman sepergaulan yang tidak hanya anak jalanan tapi juga mereka berteman dekat dengan teman-teman di sekolah yang bukan anak jalanan. 3) Dari hasil uji korelasi kedua variabel dapat diketahui bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima anak jalanan, semakin baik pula konsep diri yang mereka miliki.


Saran
  1. Perlu adanya penyuluhan mengenai pentingnya dukungan sosial kepada orang tua anak jalanan agar dapat meningkatkan kualitas dukungan sosial mereka kepada anak-anaknya sehingga anak dapat mengembangkan konsep dirinya ke arah yang lebih baik lagi. 
  2. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsep diri pada anak jalanan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembinaan terhadap mereka.



KEPUSTAKAAN

Baron, RA, & Byrne, Donn. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Ed ke-10. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Calhoun, F & Acocella, JR. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian Hubungan Kemanusiaan. ed ke-3. Semarang: Ikip Semarang Press.
Burns, RB. 1984. ‘The Self Concept: Theory, Measurement, Development, and Behavior’. New York: Longman Inc.
Dianah, A. 2011. Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. 2011. Pedoman Penyusunan Proposal dan Skripsi.
Hayati, S. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Indrawan, DR et al. 2012. Pengembangan Komunitas Anak Jalanan Sanggar Alang-alang Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Kuntjoro, ZS. 2002. Jurnal Psikologi: Dukungan Sosial pada Lansia. http://www.e-psikologi.com/usia/160802.htm.
LPPM USM. 2008. Studi Karakteristik Anak Jalanan dalam Upaya Penyusunan Program Penanggulangannya: Kajian Empirik di Kota Semarang, Riptek,vol. I, No. 2, Hal. 41-45.
Manik, CG. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri pada Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Tanjung Gusta Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Nanik, Nurmawati. 2010. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar pada Siswa Tunarungu di SMALB-B Karya Mulia Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga.
Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Pramuchtia, Yunda & Nurmala KP. 2010. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia: Konsep Diri Anak Jalanan: Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat, vol. 04, No. 02, Hal 255-272.
Pramuchtia, Y. 2008. Konsep Diri Anak Jalanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi, Nur Wahyu. 2009. Hubungan Dukungan Sosial dan Tipe Kepribadian dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM). Skripsi. Universitas Airlangga.
Putri, RL & Cholichul, H. 2007. Jurnal Ppsikologi: Bagaimana Memahami Seorang Diri Remaja?. Universitas Airlangga.
Sarafino, EP. 2006. Health Psychology Biopsychosocial Interaction. 5th edn.  USA: John Wiley & Sons.
Sarason, IG, Sarason, BR & Pierce Gr. 1994. Relationship-Spesific Social Support: Toward A Model For The Analysis Of Supportive Interactions. California: Sage.
Salbiah. 2003. Konsep Diri. http://www.usu.digital.library.ac.id. Diakses pada tanggal 14 April 2012.
Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.
Suyanto, 2002, ‘Krisis and child abuse: kajian tentang kasus anak jalanan’, Airlangga University Press, Surabaya.
Stuart, GW 2006, ‘Buku saku keperawatan jiwa’, Ed Ke-5. EGC, Jakarta.
The Proffesional. (2012, 17 Januari). Upah Minimum Regional Jawa Timur. http://www.theprofessional.biz/article/433/#.T7BRBGF87IU. Diakses tanggal 14 Mei 2012.
Yudi, KK. 2006. Analisis Peranan Rumah Singgah Dalam Upaya Perlindungan Anak Jalanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Yusuf, NR. (2010, 17 Mei). Melirik Kondisi Kejiwaan Anak Jalanan.  http://news.okezone.com/read/2010/05/17/58/333230/melirik-kondisi-kejiwaan-anak-jalanan. Diakses tanggal 15 April 2012.



Your comment here

Radio Rodja 756AM

Last Detik News

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Satya Excel Site - ساتيا ممتاز - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger